Jumat, 20 Juni 2014

Sejarah Timbulnya Kota-Kota di India


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Beberapa kerajaan mendirikan pusat pemerintahan di suatu kota tertentu yang pada akhirnya menjadi suatu ibukota atau sebagai kerajaan kecilnya. Sebagai contoh, kerajaan para Pandawa adalah Indraprastha dan kerajaan Korawa adalah HastinapuraAhichatra adalah ibukota Panchala Utara dan Kampilya adalah ibukota Panchala Selatan sedangkan Kerajaan Kosala memiliki ibukota Ayodhya.
Banyak hal mengenai situasi politik dan keadaan geografi pada zaman kerajaan kuno di India yang dapat disimak dalam kitab Mahabharata. Kitab Ramayana juga dapat memberikan sedikit informasi. Sebelum adanya kitab Mahabharata, Rigveda menguraikan situasi politik dan keadaan alam pada masa India kuno. Setelah zaman Mahabharata berakhir menyusul munculnya zaman Purana, yaitu masa pemulisan kitab-kitab mitologi, yang juga memaparkan situasi politik dan geografi di sekitar India pada masa itu dan diuraikan dengan jelas.
Kapan berdirinya kerajaan-kerajaan di India pada masa lampau tidak diketahui dengan jelas dan tepat, kadangkala disebut “era mitologi”. Zaman keemasan India kuno menurut data klasik terentang selama millenium pertama. Pada zaman prasejarah India, ilmu politik dipercaya muncul bersamaan dengan ditulisnya Weda yang pertama, yaitu Rigveda (sekitar tahun 1500 SM). Kerajaan dalam Ramayana muncul sekitar tahun 500 SM dan dalam Mahabharata sekitar tahun 400 SM. Kerajaan tersebut berakhir ketika munculnya Kerajaan Maurya tahun 321 SM.
Dalam makalah ini akan dijelaskan lebih jauh mengenai Sejarah Timbulnya Kota-kota di India baik dari zaman kuno hingga sekarang yang dilihat dari berbagai perspektif yang akan menjelaskan lebih detail tentang kota India. Selain itu juga ada cerita-cerita kasusastraan yang akan menambah detail cerita mengenai India.

B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Sejarah Awal Mula Munculnya Kota-Kota di India?
2.      Apa saja Bukti-Bukti Munculnya Kota-Kota di India?
3.      Seperti apa Perkembangan Kota di India dilihat dari Kasusastraan?
4.      Seperti apa Perkembangan Kota di India dilihat dari Seni Bangunan?
5.      Kota-kota apa saja yang Menjadi Pusat Kegiatan di India?
6.      Bagaimana Kehidupan Orang Kota di India?
7.      Seperti apa Hiburan yang ada di India?
8.      Bagaimana Karakteristik Kota-Kota di India?

C. Tujuan Penulisan
1.      Tujuan umum penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas Sejarah Perkotaan mengenai Sejarah Timbulnya Kota-Kota di India.
2.      Tujuan Khusus penulisan ini adalah untuk mengetahui tentang :
·         Sejarah Awal Mula Munculnya Kota-Kota di India
·         Bukti-Bukti Munculnya Kota-Kota di India
·         Perkembangan Kota di India dilihat dari Kasusastraan
·         Perkembangan Kota di India dilihat dari Seni Bangunan
·         Kota-kota yang Menjadi Pusat Kegiatan di India
·         Kehidupan Orang Kota di India
·         Hiburan yang ada di India
·         Karakteristik Kota-Kota di India

D.     
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Awal Mula Munculnya Kota-Kota di India
India adalah negara yang memiliki sejarah peradaban tinggi. Para ahli sejarah memperkirakan peradaban Lembah Sungai Indus pada kurun waktu 2800 SM–1800 SM. Peradaban India Kuno ini dikenal sebagai peradaban Harappa karena penggalian pertamanya di kota Harappa. Adalah seorang arkeolog berkebangsaan Inggris bernama Sir John Hubert Marshall yang mengungkapkan adanya kota kuno Harappa dan Mohenjondaro pada awal abad ke-20.
Peradaban kuno tersebut berada di tepi aliran dua sungai besar, yaitu Sungai Indus yang masih ada sampai sekarang dan Sungai Sarasvati yang mungkin telah kering pada akhir 1900 SM. Para ahli meyakini  bahwa pusat peradaban Mohejodaro terletak di Lembah Indus yang berada di timur Sungai Indus, tepatnya di provinsi Sindu Pakistan dan kota Harappa diprovinsi Punjabi, India.
Lambat laun, Lembah Indus menjadi ramai dengan jumlah penduduk diperkirakan mencapai 30 hingga 40 ribu orang. Jumlah populasi sebanyak itu terbagi menjadi dua, yaitu wilayah administratif dan wilayah kota. Wilayah administratif adalah daerah permukiman, banyak ditemui rumah tempat tinggal padat dengan jalan raya yang saling menyilang, serta toko-toko penjual tembikar di kedua sisi jalan.
Sementara itu, wilayah kota adalah daerah pusat pemerintahan. Penghuninya adalah raja dan pimpinan lain beserta keluarganya. Antara wilayah pemukiman dan wilayah pemerintahan dibatasi pagar tinggi besar yang dilengkapi menara dan sistem saluran air bawah tanah.
Pada 3000-an SM, bangsa Harappa membangun kota-kota Zaman Perunggu di Sungai Indus (Pakistan modern). Orang-orang penghuni India awalnya berasal dari Afrika sekitar 40.000 SM. Pada awalnya mereka adalah pemburu dan pengumpul, seperti orang-orang lainnya di seluruh dunia pasa masa itu. Namun sekitar tahun 4000 SM, orang-orang ini mulai bertani dan pada 2500 SM bermukim di lembah sungai Indus. Di sana mereka mulai tinggal di kota-kota dan menggunakan air irigasi untuk mengairi ladang mereka. Ini berlangsung lebih telat daripada di Asia Barat, kemungkinan karena India tidak seramai Asia Barat pada masa itu. Ada pendapat bahwa mereka mulai bertani, dan kemudian membangun kota-kota adalah tren pemanasan berangsur yang menjadikan lebih sulit untuk memperoleh air, dan lebih sulit untuk menemukan tanaman liar untuk dimakan, setiap tahunnya. Jadi tiap tahun semakin banyak orang yang pindah ke lembah sungai Indus, dimana masih ada cukup banyak air. Ketika mulai banyak orang, orang-orang mulai membangun kota-kota.
Peradaban Lembah Sungai Indus, 2800 SM–1800 SM, merupakan sebuah peradaban kuno yang hidup sepanjang Sungai Indus dan Sungai Ghaggar-Hakra yang sekarang Pakistan dan India barat. Peradaban ini sering juga disebut sebagai Peradaban Harappan Lembah Indus, karena kota penggalian pertamanya disebut Harappa, atau juga Peradaban Indus Sarasvati karena Sungai Sarasvati yang mungkin kering pada akhir 1900 SM. Pemusatan terbesar dari Lembah Indus berada di timur Indus, dekat wilayah yang dulunya merupakan Sungai Sarasvati kuno yang pernah mengalir. Peradaban Harappa disebut juga peradaban Lembah Sungai Indus. Ada dua kota utama yang kita ketahui, Harappa dan Mohenjo-Daro, yang terpisah sekitar sekitar 400 kilometer. Keduanya kini ada di negara Pakistan. Orang-orang di kedua kota ini tinggal di rumah batu dengan dua dan tiga lantai, dan memiliki sistem pembuangan. Mereka menggunakan peralatan perunggu. Mereka mungkin mempelajari cara membuat perunggu dari bangsa Sumeria.
Sebuah peradaban tinggi bernama Harappa pernah berada di India pada ribuan tahun yang lalu dengan lay-out kota yang sangat canggih.
Munculnya peradaban Harappa lebih awal dibanding kitab Veda, saat itu bangsa Arya belum sampai India. Waktunya adalah tahun 2500 sebelum masehi, bangsa Troya mendirikan kota Harappa dan Mohenjondaro serta kota megah lainnya didaerah aliran sungai India. Tahun 1500 sebelum masehi, suku Arya baru menjejakkan kaki di bumi India Kuno.
Asal mula peradaban India, berasal dari kebudayaan sungai India, mewakili dua kota peninggalan kuno yang paling penting dan paling awal dalam peradaban sungai India, yang sekarang letaknya di kota Mohenjodaro, propinsi Sindu Pakistan dan kota Harappa dipropinsi Punjabi.
Menurut penentuan karbon 14, keberadaan kedua kota ini seharusnya adalah antara tahun 2000 hingga 3000 sebelum masehi, lagi pula kota Harappa mengekskavasi perkakas batu 10 ribu tahun lampau. Luasnya kurang lebih 25 km persegi.
Awal abad ke-20, arkeolog Inggris Marshell mengekskavasi kota kuno Mohenjondaro dan Harappa. Hasilnya tingkat kesibukan dan keramaian kedua kota tersebut membuat Marshell terkejut. Ini adalah bekas ibukota dua negara merdeka pada jaman peradaban sungai India antara tahun 2350-1750 sebelum masehi, penelitian lebih lanjut menghasilkan perhitungan, dua kota masing-masing terdapat sekitar 30 hingga 40 ribu penduduk, lebih banyak dibanding penduduk kota London yang paling besar pada abad pertengahan.
Kota dibagi 2 bagian yaitu kota pemerintahan dan kota administratif. Kota administratif adalah daerah pemukiman, tempat tinggal yang padat dan jalan raya yang silang menyilang, kedua sisi jalan banyak sekali toko serta pembuatan barang-barang tembikar. Kota pemerintahan adalah wilayah istana kerajaan. Fondasi bangunan yang luas membuat jarak terhadap penduduk, pagar tembok yang tinggi besar disekeliling dan menara gedung mencerminkan kewibawaan Raja. Sistim saluran air bawah tanah yang sempurna dengan menggunakan bata membuat kehidupan kota manusia sudah berubah menjadi nyata.
Puing-puing menunjukkan Harappa merupakan sebuah kota yang mempunyai rancangan bangunan disekeliling ruang lingkup tertentu, kurang lebih menggunakan bahan yang sama, segalanya sangat teratur, bahwa pada tahun 3000 sebelum masehi, orang-orang membangun kota dengan skala yang sedemikian, memperlihatkan tingginya peradaban mereka. Kedua kota ini hilang pada tahun 1750 sebelum masehi, kira-kira dalam waktu 1000 tahun kebelakang, didaerah aliran sungai India tidak pernah ada lagi kota yang demikian megahnya, namun pada 500 tahun lampau, ketika bangsa Arya datang menginvasi, kebudayaan Harappa sudah merosot.
Sejarah peradaban India kuno lalu menampakkan suatu kondisi patah, hingga muncul kerajaan baru pada abad ke-6 sebelum masehi, peradaban kota baru jaya kembali di aliran sungai India.
Menjelang kelahiran sang Buddha, di India Utara telah terdapat beberapa kota kecil. Kota-kota tersebut seperti umpamanya Kasi (Banaras) dan Kausambi telah berdiri selama berabad-abad lamanya. Tetapi boleh dikatakan bahwa pada jaman itu pun belum banyak berdiri kota-kotabesar. Berdasarkan tradisi Buddha kuno, pada saat wafatnya Sang Buddha salah seorang pengikut beliau yang bernama Ananda berkata bahwa ia merasa kecewa bahwasannya Tuannya terpaksa wafat dalam sebuah kota kecil bernama Kusinagara. Ananda selanjutnya menyebutkan enam kota: Sravasti, Campa, Rajargha, Saketa (kemudian di kenal dengan Ayodhya), Kausambi dan Kasi, sebagai kota-kota yang cukup pantas untuk tempat wafatnya Sang Buddha. Nampaknya keenam kota tersebut merupakan kota-kota yang terbesar di India pada abad ke-5 sebelum Masehi, tetapi karena penggalian tempat-tempat dimana diperkirakan kota-kota tersebut berdiri belum lagi selesai, maka para ahli belum dapat, kecuali di satu tempat, menentukan dengan pasti besarnya kota-kota kuno tersebut. Kota kuno yang sudah digali tersebut ialah kota Rajagrha, di mana sampai saat ini temboknya masih utuh. Tembok tersebut menunjukkan bahwa kota Rajagrha itu luasnya kira-kira dua puluh lima mil. Kota tersebut tidak di bangun berdasar suatu pusat kota, dan rumah-rumahnya di kelilingi oleh taman-taman dan lapangan-lapangan yang luas.
Menurut Megasthenes, kotaPataliputra, yang berasal dari zaman Maurya adalah sebuah kota yang panjang dan sempit, terletak sepanjang sembilan mil di tepi sungai Gangga, dan menjorok sepanjang satu setengah mil ke arah daratan. Tak dapat diragukan lagi bahwa kota tersebut hanya di bangun tidak seperti Rajagrha, yang meliputi daerah yang lebih luas tetapi dengan jumlah penduduk yang lebih kecil. Paes mengatakan bahwa pada akhir zaman Maurya, kota Vijayanagara adalah lebih luas dan penduduknya lebih banyak daripada kota Roma. Dari jumlah rumahnya, yakni 100.000 buah rumah dapat ditarik kesimpulan bahwa kota tersebut kira-kira berpenduduk paling sedikit setengah juta manusia bahkan mungkin lebih.
Pada tahun 1977, di beberapa tempat di India baru diadakan penggalian kota-kota kuno. Tetapi hanya satu kota kuno saja yang sudah selesai digali namun tidak representatif untuk dapat menggambarkan tata kota-kota kuno di India. Daerah tersebut adalah Taksasila di mana telah diketemukan dua buah kota kuno. Yang pertama berasal dari zaman raja-raja Persia Achaemenid, sedang yang lain berasal dari zaman Greco-Bactrian. Kedua kota tersebut di bangun di kanan kiri sebuah jalan raya dan rumah-rumah besar kedua kota itu mempunyai lapangan pusat sesuai dengan tradisi India yang berasal dari kebudayaan Harappa. Tetapi dalam beberapa hal kedua kota tersebut sangatlah berlainan. Kota pertama, yang dikenal oleh para ahli purbakala dengan nama  kota Bhir Mound tidak menunjukkan tanda-tanda adanya suatu tatakota yang baik; di sepanjang jalan yang berbelok-belok terdapat banyak sekali lorong-lorong yang bercabang-cabang ke segala arah sekehendak hati si pembangun kota tersebut. Kota kedua yang bernama Sirkap, mempuyai sebuah jalan raya yang bagus dengan lebar kira-kira dua puluh kaki yang membujur ke arah utara selatan kota serta jalan-jalan simpangan kecil yang sangat teratur. Kota ini benar-benar di bangun berdasarkan suatu perencanaan yang baik.
Kita tidak dapat sepenuhnya menghubungkan adanya perencanaan kota Sirkap yang baik itu dengan pengaruh orang Yunani yang suka akan segala sesuatu teratur dengan rapi, sebab dua ribu tahun sebelum kedatangan bangsa Yunani di India, kota Mohenjo Daro dan Harappa di India telah dibangun dengan berdasarkan tata kota yang mirip dengan yang digunakan oleh bangsa Yunani dalam membangun kota-kota mereka. Di samping itu terdapat terdapat pula bukti-bukti yang menunjukkan bahwa kota-kota lainnya di India pun telah dibangun pula berdasarkan perencanaan kota yang rapi. Tidaklah merupakan suatu hal yang luar biasa apabila seorang raja yang besar kekuasaannya memerintahkan membangun sebuah ibukota yang baru dan hal ini pastilah memberikan kesempatan yang luas kepada ahli-ahli tata kota India untuk berkreasi. Untuk hal ini pedoman-pedoman tata kota dapat diperoleh dari buku Arthasastra yang berisi petunjuk lengkap mengenai cara-cara membangun kota. Buku tersebut menganjurkan agar di dalam membangun sebuah kota, orang harus berpedoman pada bentuk kisi-kisi segi empat, dibagi dalam bagian-bagian (sector) dengan cara membuat enam jalur jalan, tiga jalur membujur arah utara selatan dan tiga jalur membujur arah timur barat. Kuil-kuil (tempat pemujaan) utama terletak di pusat kota, dan kasta-kasta yang berbeda harus di tempatkan pada bagian-bagian kota yang terpisah. Kota perbentangan Sisupalgarh jelas dibangun dalam bentuk mirip bujursangkar yang luasnya hamper satu mil persegi. Tetapi karena peninggalan kota ini belum seluruhnya digali, maka belum dapat digali, maka belum dapat dipastikan apakah kota Sisupalgarh ini benar-benar dibangun sesuai berdasarkan petunjuk-petunjuk yang termaktub dalam buku-buku Arthasastra. Ada kemungkinan bahwa kota Ahiccatra di Negara bagian Uttar Pradesh di India Utara di bangun berdasarkan prinsip-prinsip yang sama, tetapi hal inipun belum dapat dipastikan karena bagian kota tersebut yang sudah selesai digali belum cukup untuk dapat dipakai sebagai bukti.

B.     Bukti-Bukti Munculnya Kota-Kota di India
1.      Kota Rajagrha
Kota kuno yang selesai digali yang dahulunya kota ini pernah disebutkan oleh Ananda (pengikut sang Budha) sebagai salah satu dari 6 tempat yang seharusnya tempat wafat sang Budha. Diperkirakan berdiri pada abad ke-5 SM. Sampai saat ini keadaan temboknya masih utuh. Tembok tersebut menunjukkan luasnya kira-kira 25 mil. Kota tersebut tidak dibangun berdasar suatu pusat kota, dan rumah-rumahnya dikelilingi oleh taman-taman dan lapangan-lapangan yang luas.
2.      Kota Bhir Mound dan kota Sirkap
Kedua kota tersebut adalah kota yang ditemukan di daerah Taksasila. Kota Bhir Mound berasal dari jaman raja-raja Persia Achaemenid. Kota ini tidak menunjukkan tanda-tanda adanya suatu tata kota yang baik, disepanjang jalan yang berbelok-belok terdapat banyak sekali lorong-lorong yang bercabang-cabang ke segala arah sekehendak hati si pembangun kota tersebut.
Kota Sirkap berasal dari jaman Greco-Bactrian. Kota ini mempunyai jalan raya yang bagus dengan lebar kira-kira 20 kaki yang membujur ke arah utara selatan kota serta jalan-jalan simpangan kecil yang sangan teratur. Kota ini benar-benar dibangun berdasarkan suatu perencanaan yang baik.
Kedua kota tersebut dibangun di kanan-kiri sebuah jalan raya dan rumah-rumah besar, keduanya juga mempunyai lapangan pusat sesuai dengan tradisi India yang berasal dari kebudayaan Harappa. Tetapi dalam beberapa hal, keduanya sangatlah berlainan.
3.      Kota Perbentengan Sisupalgrah
Kota ini jelas dibangun dalam bentuk mirip bujur sangkar yang luasnya hampir satu mil pesergi. Tetapi karena peninggalan kota ini belum seluruhnya digali, maka belum dapat dipastikan apakah kota Sisupalgrah ini benar-benar dibangun sesuai berdasarkan petunjuk-petunjuk yang termaktub dalam buku-buku Arthasastra.
4.      Kota Ahiccatra
Kota di negara bagian Uttar Pradesh di India Utara  ini mempunyai kemungkinan dibangun berdasarkan prinsip-prinsip yang sama, tetapi hal inipun belum dapat dipastikan karena bagian kota tersebut yang sudah selesai digali belum cukup untuk dapat dipakai sebagai bukti.

C.    Perkembangan Kota di India dilihat dari Kasusastraan
Dari beberapa sumber kesusteraan, patung- patung serta gambar- gambar dapatlah kita peroleh suatu gambaran tentang bentuk rumah-rumah di India pada saat itu. Bentuk rumah orang kaya yang tidak ada bedanya dengan istana-istana raja-raja kecuali dalam hal besarnya. Ciri khas yang dimiliki oleh rumah-rumah besar yang ada di dalam kota ialah rumah-rumah itu terdiri dari beberapa tingkat. Rumah bertingkat tiga tampaknya merupakan bentuk umum yang didapati di kota, walaupun dalam sumber-sumber kesusateraan juga disenut adanya rumah-rumah yang bertingkat tujuh bahkan rumah-rumah yang bertingkat sebelas.
Sampai pada jaman dinasti Gupta kebanyakan rumah dari istana – istana sampai gubug-gubug kecil mempunyai atap yang berbentuk bulat dengan ujung tap yang runcing dan dihiasi dengan berbagai perhiasan. Atap-atapnya dibuat dari ijuk dan genting. Kemudian atap yang berbentuk tinggi, bulat panjang tersebut diganti dnegna yang berbentuk datar, dengan talang-talang yang bergantung.
Rumah-rumah yang lebih besar pada masa-masa berikutnya biasanya berteras tinggi atau beratap rata. Rumah-rumah itu mempunyai jendela dan balkon yang menghadap ke jalan seperti halnya rumah-rumah kota di daerah Indus. Rumah-rumah tersebut juga mempunyai kamar mandi, yang kadang-kadang air yang mengalir berasal dari sungai terdekat yang dialihkan alirannya.
Menurut sumber kesusateraan Sankrit menyebutkan tentang adanya taman-taman yang indah yang dimiliki oleh golongan kaya di kota bahkan kadang-kadang ada yang memiliki taman-taman yang luas di daerah pinggiran kota dengan rumah-rumah peristirahatan di tengah-tenghanya, dimana mereka sering menghabiskan waktu senggangnnya. Seperti halnya di negara-negara yang beriklim panas, petamanan-petamanan yang dimiliki oleh orang kaya mempunyai danau-danau dan kolam-kolam airtiruan, dimana terdapat air mancur yang bertangga menurun sehingga dapa dipergunakan untuk mandi. Selanjutnya guna mendinginkan hawa udara pada musim panas dipasanglah semacam alat “pendingin udara” yang disebut variyantra di taman-taman mereka.di Samping kebun-kebun milik orang-orang kaya, sering pula disebutkan dalam ceritera-ceritera, kebun-kebun bunga serta taman-taman yang sifatnya milik umum. Di sekitar kebanyakan kota terdapat hutan-hutan kecil yang menjadi tempat peristirahatan yang paling disenagi orang kota. Raja Asoka merasa bangga karena beliau pernah membuat hutan-hutan kecil semacam itu guna tempat hiburan bagi mausia dan hewan. Tindakan Asoka itu kemudian ditiru oleh raja-raja lainnya.
Dalam Buku Arthasastra menganjurkan agar disediakan sebuah sumur umum bagi setiap sepulu keluarga yang diam di  kota, membuang sampah secara sembrono di jalan-jalan didenda dan harus diadakan pencegahan-pencegahan yang ketat untuk merintangi timbulnya kebakaran dengan jalan tipa-tiap rumah menyediakan alat-alat pemadam kebakaran yang sederhana. Penguasa-penguasa kota harus menyediakan parit-parit untuk pembuangan air dan barang siapa berbuat sesuatu yang dpat menyumbat parit-parit ini dikenakan denda.
Gambaran tentang keadaan kota kuno India yang paling baik terdapat dalam sebuah syair Tamil kuno yng berjudul The Garland of Madurai yang kata orang yang ditulis khusus untuk menghormati raja Nedunjeliyan dari Negara Pandya yang hidup pada abad ke-2. Sesudah dimulai dengan puji-pujian terhadap sang Raja, penyair kemudian menggambarkan keadaan masing-masing daerah kerajaan tersebut dan berakhir dengan mengambarkan ibukota kerajaan Madurai. Syair tersebut terlalu panjang untuk dikutip seluruhnya, tapi meskipun demikian di bawah ini kami sajikan singkatan dari bagian syair yang menggambarkan kota Madurai.

D.    Perkembangan Kota di India dilihat dari Seni Bangunan
            Dalam sejarahnya, India memiliki dua kota peradaban kuno yang sangat terkenal, yaitu peradaban lembah sungai Indus (Shindu) dan peradaban lembah sungai Gangga. Kedua peradaban ini menjadi bukti penting keberadaan bangsa India sebagai salah satu pemilik kebudayaan tertua yang sangat ternama di dunia.
            Peradaban lembah Sungai Indus berlangsung pada 2800 SM hingga 1800 SM. Peradaban kuno ini ada di sepanjang Sungai Indus dan Sungai Ghaggar-Hakra (sekarang letaknya di Pakistan dan India bagian barat). Sungai Indus sendiri merupakan sungai yang panjangnya 2.900 kilometer. Airnya berasal dari mata air di Tibet, dan mengalir melalui Pegunungan Himalaya. Sisa peradaban Sungai Indus bisa dilihat dari peninggalannya yang sangat mengagumkan, yaitu kota Mohenjodaro dan Harappa. Kota Mohenjodaro dan Harrapa dihuni oleh bangsa Dravida, yang memiliki ciri fisik bertubuh pendek, hidung pesek, kulit hitam, dan rambut keriting hitam. Bangsa inilah pendukung utama peradaban lembah Sungai Indus.
            Mohenjo-daro adalah salah satu situs dari sisa-sisa permukiman terbesar dari Kebudayaan Lembah Sungai Indus, yang terletak di propinsi Sind, Pakistan. Dibangun pada sekitar tahun 2600 SM, kota ini adalah salah satu permukiman kota pertama di dunia, bersamaan dengan peradaban Mesir Kuno, Mesopotamia dan Yunani Kuno. Reruntuhan bersejarah ini dimasukkan oleh UNESCO ke dalam Situs Warisan Dunia. Arti dari Mohenjo-daro adalah “Bukit orang mati”. Seringakali kota tua ini disebut dengan “Metropolis Kuno di Lembah Indus”. Mohenjo-daro terletak di Distrik Larkana sekitar 28 km dari Larkana dan 107 km dari sukkur. 27o 19‘ 30.36“ Bujur Utara and 68o 08‘ 08.77” Bujur Timur.
            Harappa ialah sebuah kota di Punjab, timur laut Pakistan sekitar 35 km tenggara Sahiwal. Kota ini terletak di bantaran bekas Sungai Ravi. Munculnya peradaban Harappa lebih awal dibanding kitab Veda, saat itu bangsa Arya belum sampai India. Waktunya adalah tahun 2500 sebelum masehi, bangsa Troya mendirikan kota Harappa dan Mohenjondaro serta kota megah lainnya didaerah aliran sungai India. Kota modernnya terletak di sebelah kota kuno ini, yang dihuni antara tahun 3300 hingga 1600 SM. Di kota ini banyak ditemukan relik dari masa Budaya Indus, yang juga terkenal sebagai budaya Harappa. Harappa memiliki lay-out kota yang sangat canggih.
            Mohenjo-daro memiliki bangunan yang luar biasa, karena memiliki tata letak terencana yang berbasis grid jalanan yang tersusun menurut pola yang sempurna. Pada puncak kejayaannya, kota ini diduduki sekitar 35.000 orang. Bangunan-bangunan di kota ini begitu maju, dengan struktur-struktur yang terdiri dari batu-bata buatan lumpur dan kayu bakar terjemur matahari yang merata ukurannya.
            Bangunan-bangunan publik di kota ini adalah lambang masyarakat yang sangat terencana. Bangunan yang bergelar Lumbung Besar di Mohenjo-daro menurut interpretasi Sir Mortimer Wheeler pada tahun 1950 dirancang dengan ruang-ruang untuk menyambut gerobak yang mengirim hasil tanaman dari desa, dan juga ada saluran-saluran pendistribusian udara untuk mengeringkannya. Akan tetapi, Jonathan Mark Kenoyer memperhatikan bahwa tidak ada catatan mengenai keberadaan hasil panen dalam lumbung ini. Maka dari itu, Kenoyer mengatakan lebih tepat untuk menjulukinya sebagai "Balai Besar".
            Di dekat lumbung tersebut ada sebuah bangunan publik yang pernah berfungsi sebagai permandian umum besar, dengan tangga yang turun ke arah kolam berlapis bata di dalam lapangan berderetan tiang. Wilayah permandian berhias ini dibangun dengan baik, dengan lapisan tar alami yang menghambat kebocoran, di samping kolam di tengah-tengah. Kolam yang berukuran 12m x 7m, dengan kedalaman 2.4m ini mungkin digunakan untuk upacara keagamaan atau kerohanian.
            Di dalam kota, air dari sumur disalurkan ke rumah-rumah. Beberapa rumah ini dilengkapi kamar yang terlihat ditetapkan untuk mandi. Air buangan disalurkan ke selokan tertutup yang membarisi jalan-jalan utama. Pintu masuk rumah hanya menghadap lapangan dalam dan lorong-lorong kecil. Ada berbagai bangunan yang hanya setinggi satu dua tingkat.
            Sebagai kota pertanian, Mohenjo-daro juga bercirikan sumur besar dan pasar pusat. Kota ini juga memiliki sebuah bangunan yang memiliki hypocaust, yang kemungkinan digunakan untuk pemanasan air mandi.
            Mohenjo-daro adalah sebuah kota yang cukup terlindungi. Walau tak ada tembok, namun terdapat menara di sebelah barat pemukiman utama, dan benteng pertahanan di selatan. Perbentengan tersebut, dan struktur kota-kota lain di Lembah Indus seperti Harappa, menimbulkan pertanyaan apakah Mohenjo-daro memang pusat administrasi. Harappa dan Mohenjo-daro memiliki arsitektur yang mirip, dan tidak berbenteng kuat seperti situs-situs lain di Lembah Indus. Jelas sekali dari tata ruang di semua situs-situs Indus, bahwa ada suatu pusat politik atau administrasi, hanya saja tidak jelas lagi sejauh mana jangkauan dan fungsi pusat administrasi tersebut.
            Mohenjo-daro telah dimusnahkan dan dibangun kembali setidaknya tujuh kali. Setiap kali, kota baru dibangun terus di atas kota lama. Banjir dari Sungai Indus diduga menjadi penyebab utama kerusakan.
            Kota ini terbagi atas dua bagian, yaitu benteng kota dan kota hilir. Kebanyakan wilayah kota hilir masih belum ditemukan. Di benteng kota terdapat sebuah permandian umum, struktur perumahan besar yang dirancang untuk menempatkan 5.000 warga, dan dua buah dewan perhimpunan besar.
            Kota Mohenjodaro dan Harappa hilang menjadi kota mati sekitar tahun 1750 SM. Beberapa faktor yang mengakibatkan penduduknya meninggalkan kota adlah adanya invansi yang dilakukan oleh bangsa Arya ke daerah peradaban Hindustan pada sekitar tahun tersebut. Pada tahun itu hingga 1000 tahun setelahnya, tidak ada pembanguna kota dengan  peradaban tinggi lagi di wilayah tersebut.
            Puing-puing bekas bangunan yang masih berada di kota tersebut tampak sangat teratur dalam penataannya. Puing-puing tersebut terbuat dari bahan yang sama, yakni batu bata tanah liat. Kondisi masa lalu memperlihatkan bahwa system kota yang di terpakan di kota Mohenjodaro dan Harappa sudah sangat maju dengan adanya teknik penataan kota seperti masa sekarang, yakni adanya pola jalan raya dan adanya saluran air bawah tanah.

E.     Kota-kota yang Menjadi Pusat Kegiatan di India
Ada beberapa kota di India yang menjadi pusat kegiatan, baik dalam bidang ekonomi, bisnis, perfilman, maupun tujuan wisata. Beberapa kota-kota tersebut antara lain:
1.      New Delhi
            New Delhi adalah ibu kota dari India, dan bagian dari Wilayah Ibu Kota Nasional Delhi. Ia merupakan tempat pemerintahan liberal demokrasi terbesar di dunia. New Delhi adalah metropolis terbesar ketiga di India. Awal pendiriannya sebagai ibu kota dari India Britania. Penduduknya 10 Juta. New Delhi adalah kota yang mudah dijelajahi karena jalan-jalanya dirancang dengan cermat sebelum pembangunan gedung dimulai pada tahun 1903.
2.      Mumbai
            Mumbai (dahulu dikenal dengan nama Bombay) adalah ibukota negara bagian Maharashtra dan dengan populasi sebesar 12 juta jiwa (2005) adalah kota dengan penduduk terbanyak di India. Kota ini terletak di Pulau Salsette, lepas pantai barat Maharashtra. Bersama kota-kota pinggirannya, Mumbai menjadi area metropolitan terbesar keempat di dunia dengan populasi melebihi 20 juta jiwa. Mumbai adalah pusat perdagangan dan hiburan di India, menjadi lokasi berbagai badan-badan keuangan penting. Kota ini menarik imigran karena memiliki peluang bisnis yang besar dan taraf hidup yang tinggi. Bollywood, pusat perfilman India, juga terletak di kota ini.

3.      Kolkata
            Kolkata (dahulu Calcutta atau Kalkuta) ialah salah satu kota pelabuhan penting di India yang merupakan ibu kota Benggala Barat. Didirikan Inggris pada 1690, ditaklukkan kepala daerah Benggala pada 1756, dan direbut kembali oleh Clive pada 1757. Kolkata ialah ibu kota India antara 1833 sampai 1912. Merupakan pusat industri goni dan tekstil. Mengekspor goni, teh, dan mika. Terdapat Universitas Kolkata dan Museum India. Nama Kolkata resmi dipakai sejak tahun 2001.
4.      Chennai
            Chennai (dulu dikenal sebagai Madras) ialah ibukota negara bagian Tamil Nadu di India. Kota ini adalah kota metropolitan terbesar keempat di India. Luasnya adalah 174 km² (1.180 km² jika menghitung wilayah metropolitan) dan penduduknya berjumlah 4.352.932 jiwa (2006).
5.      Agra
            Agra adalah sebuah kota kuno di Sungai Yamuna di India, berada dalam negara bagian Uttar Pradesh. Dia memiliki peranan penting sebagai ibu kota Kerajaan Mughal dari 1526 sampai 1658 dan menjadi tujuan wisatawan karena bangunan zaman-Mughal yang luar biasa, terutama Taj Mahal.

F.     Kehidupan Orang Kota di India
Dari sumber kesusastraan serta peninggalan-peninggalan Yunani dan Romawi kuno kita dapat banyak mempelajari tentang kehidupan borjuis negara-negara tersebut; tetapi kesulitan yang timbul karena kesusastraan seperti yang terdapat di Yunani dan Roma di India kurang realistis sehingga tidak ada kota yang dapat disamakan dengan kota Pompeii di Italia. Meskipun demikian, ada cukup bukti yang kita miliki untuk dapat menyusun kembali suatu gambaran tentang kehidupan orang muda dari golongan kaya di India secara mendetail. Sumber-sumber tersebut adalah kesusastraan-kesusastraan yang bersifat duniawi seperti umpamanya buku Kamasustra, yang ditulis guna memberikan pedoman bagi orang muda yang ingin berekreasi terutama di dalam bidang sex.
Kamar tidur si pemuda, demikian menurut Kamasutra, haruslah berisi sebuh tempat tidur yang empuk serta menyenangkan, dengan seperai putih, sehelai kelambu yang berhias serta dua buah bantal, satu diletakkan dibagian kepala dan yang satu dibagian kaki. Kamar tersebut juga harus berisi dipan, dibagian atasnya ditaruh kasai, bunga serta pot-pot berisi collyrium hrus diletakkan diatas sebuah meja kecil. Di lantai di dekat dipan itu harus diletakkan tempat ludah untuk membuang sisa sirih, dan sebuah kotak yang berisi pakaian dan perhiasan. Pada tembok kamar tidur tersebut haruslah digantung sebuah kecapi (vina); di tempat itu, juga ditaruh meja kecil, beberapa meja kecil, beberpa buku lontar sebuah kursi bundar dan papan catur. Dekat dengan rumah itu harus ada sangkar burung, sebuah kebun yang ada ayunannya, tanaman-tanaman yang merambat dan sebuah lapangan rumput dimana pemiliknya dapat duduk-duduk bersama dengan tamu-tamunya di tempat rindang.
Segera setelah bangun pagi, kaum pria kota lalu mandi, menggosok gigi, melumuri tubuhnya  dengan kasai dan wangi-wangian, menghitamkan matanya, memerahi bibirnya lau bercermin. Setelah itu ia makan sirih untuk mencegah nafasnya tidak berbau. Ia mandi setiap hari, menggosok badannya dengan minyak kelapa dua hari sekali, bercukur muka empat hari sekali, dan mencukur seluruh tubuhnya lima atau sepuluh hari sekali. Ia makan tiga kali sehari. Hampir seluruh waktunya dihabiskan untuk bersolek dan bermalas-malasan. Ia menghibur dirinya dengan mengajar burung betet serta burung beo-nya berbicara, atau menonton sabung ayam, adu burung gemak (puyuh) atau adu biri-biri jantan, sambil mengobrol dengan pengikut-pengikutnya. Pada musim panas ia juga tidur siang.
Akan tetapi, iapun mempunyai banyak hiburan-hiburan lainnya yang bersifat ilmiah. Ia tidak semata-mata seorang pelindung dan pemuja seni yang pasif, tetapi didorong oleh masyarakat untuk menjadi kreatif pula. Ia harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai empat puluh empat jenis seni. Ia mungkin menjadi penyair menurut ukurannya sendiri, hal ini terbukti bahwa tidak semua syair-syair Sansekerta yang sampai pada tangan kita adalah hasil karya pujangga-pujangga besar.
Raja atau hartawan India sering bertindak sebagai sponsor pertemuan dimana dibacakan syair-syair. Pertemuan-pertemuan semacam itu yang sifatnya kecil-kecilan, sering dilakukan dirumah salah satu anggota kelompok atau ditempat seorang pelacur. Kelompok-kelompok seni sastra ini disebut dalam buku Kamasutra sebagai salah satu hiburan yang utama dari kaum terpelajar pada waktu itu. Anggota kelompok tersebut bisa saja kemudian membentuk sebuah kelompok atau semacam organisasi tetap, dimana anggotanya berjanji akan saling membantu baik di dalam keadaan senang atau susah serta bersikap ramah tamah dalam menjamu pendatang baru dalam organisasi mereka.
Sebagai halnya dengan keturunan-keturunan mereka yang telah modern, orang-orang India kuno adalah manusia yang bersifat duniawi, menyenangkan serta ramah tamah dalam pergaulan mereka. Hal ini disebabkan karena pengaruh agama mereka yang di dalam ajaran-ajarannya selalu menekankan pada kewajban untuk bersifat ramah tamah terhadap sesama.
Kadang-kadang pesta-pesta ini di adakan di atas gang terbuka, di taman-taman dan semak-semak yang terletak disekitar kota tersbut. Pesta-pesta semacam ini kadangkadang diselingi dengan sabung ayam dan mandi-mandi. Seorang cerdik pandai mungkin juga seorang pelukis karena seperti telah kita ketahui, di dalam kamar belajarnya terdapat pula papan untuk menggambar atau kuda-kuda. Bahkan buku Kamasutra menganjurkan agar para cerdikpandai menyediakan sebuah ruangan khusus untuk tempat patung-patung, ukiran-ukiran kayu serta patung-patung dari tanah liat.

G.    Hiburan yang ada di India
Hiburan penduduk kota India kuno tidak selurhnya bersifat kreatif atau ilmiah. Tahun Hindu selalu berisi berbagai perayaan yang penuh dengan kegembiraan serta arak-arakan yang diikuti baik oleh golongan kaya maupun golongan miskin . perayaan yang paling popular pada waktu itu adalah Perayaan Musim Semi yang diadakan untuk menghormati Dewa Kama (Dewa Cinta) yang walaupun sedikit sekali pengaruhnya dikalangan para pendeta tetapi sangat popular dikalangan rakyat biasa. Dalam pesta ini kaum kasta tinggipun melupakan sejenak pantangan-pantangan hukum kasta dan merekapun berpawai sepanjang jalan sambil menabur-naburkan tepung merah pada orang-orang yang ada didekatnya menyirami mereka dengan air yang berwarna serta bertingkah laku yang lucu. Perayaan ini sekarang masih berlaku dengan nama peta Holi, meskipun dewa Cinta tidak lagi mempunyai peranan dalam perayaan itu. Perayaan tersebut jelas merupakan peninggalan dari sebuah pesta kesuburan yag ersifat primitive dan penuh darah. Tetapi nampakna sejak permulaan arti yang menyeramkan dari teung merah dalam perayaa itu telah hilang dan perayaan it sendiri telah berubah menjadi semacam pesta riang gembira agama Hindu dimana orang bebas melakukan apa saja.
Meskipun mendapat kecaman yang hebat, dari para Brahmana yang menjadi pengarang sastra Smtri, perjudian dimana – mana serta di semua golongan merupakan hal yang sangat popular kecuali diantara pemelk agama yang fanatic. Diketemukannya dadu yang berisi enam di kota – kota sekitar Sungai Indus  serta adanya sebuah syair dalam Rg Veda yang berjudul “Keluhan Seorang Penjudi.” Membuktikan populernya perjudian diantara bangsa Arya pada saat itu.
Kata “Aksa” dalam hubungannya dengan perjudian biasanya diterjemahkan begitu saja dengan “dadu”, tetapi sebenarnya kata “Aksa” pada permulaan timbulnya perjudian bukan berarti dadu melainkan buah kecil-kecil yang berkulit keras yang dinamakan Vibhisaka atau Vibhidaka. Mungkin para penjudi dalam berjudi melemparkan segemgam buah tersebut dari dalam sebuah mangkuk dan mereka dinyatakan menang apabila mereka berhasil mencapai kelihatan empat. Kemudian, dalam perkembangan lebih lanjut orang menggunakan sebuah dadu yang berbentuk bujur panjang. Seperti halnya penjudi-penjudi di Eropa, orang-orang India inipun memiliki istilah-istilah tertentu pada waktu melempar dadu. Krta (sisi dadu bermata empat), treta (sisi dadu bermata tiga) , dvapara (sisi dadu bermata dua) dan kali (sisi dadu bermata satu). Peranan perjudian adalah demikian pentingnya dalam kehidupan bangsa India sehingga keempat istilah perjudian tersebut digunakan pula oleh mereka untuk pembagian keempat waktu (yuga) dalam system “aeon” mereka. Walaupun peranan perjudian nampaknya kecil dalam upacara penobatan seorang raja tetapi peranan itu penting. Pada akhir masa Vedic, ruang judi ditempatkan dalam kompleks istana dan selalu dianggap mempunyai sifat magis atau dihubungkan dengan kepentingan agama. Hal ini membuktikan pentingnya perjudian pada masa itu walaupun orang masih belum mengetahui sejauh mana sebenarnya arti pentingnya perjudian itu. Dalam kehidupan kerajaan pada waktu itu, peranan aksayapa yakni seorang hamba raja yang bertugas melempar buah yang berkulit kerasa atau dadu adalah penting karena nampaknya dialah pejabat kerajaan yang bertugas mengorganisir perjudian didalam istana raja. Tema cerita epic Mahabharatapun berkisar pada perjudian, dimana Yudhistira kehilangan kerajaannya karena kalah berjudi dengan saudara sepupunya yang jahat, Duryodhana. Dalam Mahabharata itupun terdapat cerita yang sama tentang Nala. Kitab Arthasastra menganjurkan suatu pengawasan yang ketat terhadap perjudian dengan cara melarang didirikannya tempat-tempat judi liar dan hanya mengijinkan berdirinya tempat-tempat judi yang memperoleh ijin resmi. Tempat-tempat judi yang memperoleh ijin resmi tersebut harus membiayai usahanya dengan cara membayar pajak sebesar 5% dari tiap pasangan dan menyewakan dadu kepada si penjudi yang dilarang keras menggunakan dadunya sendiri dalam perjudian tersebut. Denda yang berat harus dikenakan pada siapa saja yang mencoba-coba untuk menipu dalam perjudian tersebut. Denda yang berat harus dikenakan pada siapa saja yang mencoba-coba unuk menipu dalam perjudian tersebut.
Selain untuk bermain judi, dadupun digunakan pula untuk permainan-permainan lain yang menggunakan papan seperti permainan catur. Permainan-permainan baru ini mirip dengan permainan anak-anak seperti “ludo” umpamanya.
Permainan ini merupakan gabungan unsur-unsur keberuntungan dan ketrampilan. Menjelang permulaan abad masehi salah satu dari permainan tersebut diatas yang menggunakan papanyang berkotak 64 (astapada), berkembang menjadi suatu permainan yang sedikit rumit. Dalam permainan ini digunakan dadu yang berbentuk seorang raja, serta dadu-dadu yang berbentuk seekor gajah, seekor kuda, sebuah kereta perang atau kapal dan empat prajurit, semuanya menggambarkan tentara India Kuno. Permainan yang asli harus dimainkan oleh empat orang dan langkah-langkah pemain ditentukan dengan cara melempar dadu. Karena permainan tersebut dimainkan dengan dadu-dadu yang menyerupai serdadu dan karena caranya bermain mirip seperti cara-cara yang digunakan tentara yang sedang berperang maka permainan tersebut dinamakan caturrangga atau “permainan empat divisi tentara”. Pada abad ke-6 orang-orang Persia berhasil mempelajari permainan tersebut dan ketika negara Persia ditakhlukkan oleh bangsa Arab, permainan itu dengan cepat tersebar ke seluruh Timur Tengah dengan nama shatrani terjemahan bahasa Persia terhadap kata caturangga. Pada perkembangannya permainan ini menjadi sebuah permainan untuk dua orang, masing-masing pemain memiliki dua “divisi tentara”, raja dari satu “divisi tentara” berubah menjadi “jendral” sedang raja dari “divisi tentara” yang lain berubah menjadi “menteri”. Dalam permainan “gaya baru” dadu tidak lagi dipergunakan seperti pada permainan yang asli. Orang belum dapat memastikan apakah penyempurnaan-penyempurnaan permainan tersebut terjadi di India atau Persia tetapi kemungkinan besar hal itu terjadi di Persia. 
Permainan itu kemudian dikenal oleh para prajurit perang Salib melalui orang-orang Muslim dan dengan cepat berkembang di Eropa. Menjelang akhir abad pertengahan permainan itu sudah mendekati bentuk-bentuk permainan catur sekarang dengan berubahnya “jenderal” dalam permainan gaya Islam menjadi ratu. Dengan demikian, apa yang kita kenal dengan permainan catur merupakan produk dari tiga jenis kebudayaan yang masing-masing memberikan sesuatu guna menyempurnakan permainan itu sendiri.
Pemainan terorganisir yang dilakukan diluar rumah jarang terjadi kecuali hanya pada anak-anak dan gadis-gadis yang kadang-kadang bermain sepak bola bersama –sama seperti Nausicaa dalam cerita Odyssey. Sebuah permainan semacam polo yang berasal dari Asia Tengah menjadi sebuah permainan yang popular dikalangan para opsir tentara pada Abad Pertengahan, disamping permainan semacam hockey, walaupun sumber-sumber kesusastraan India tidak menyebut-nyebutnya. Tetapi pada umumnya bangsa India Kuno berbeda dengan bangsa-bangsa yang hidup disekitar Laut Tengah, tidak menaruh banyak minat di olahraga athletic. Lomba kereta perang sudah disebut-sebut dalam kitab Rg Veda sedang lomb kereta lembu sudah popular di India menjelang akhir Abad Pertengahan. Walaupun tinju dan gulat sering disebut-sebut oleh beberapa sumber sebagai hiburan bagi bangsa India tetapi kedua olahraga tersebut bukan merupakan sport kalangan kasta tinggi, hanya khusus dilakukan oleh petinju-petinju golongan kasta rendah guna menghibur penonton. Para ksatrya menyukai perlombaan memanah, hal ini dapat dilihat dalam cerita –cerita Mahabharata dan Ramayana yang banyak menggambarkan perlombaan-perlombaan tersebut.
Sumber-sumber sejarah klasik menyebut adanya semacam perlombaan gladiator yang diadakan didalam istana Candragupta Maurya, bahkan semasa abad pertengahan di Deccan perkelahian seorang lawan seorang merupakan hal yang sering terjadi. Musafir Portugis yang bernama Nuniz dalam tulisannya mengatakan bahwa apabila dua orang bangsawan Vijayanagara bertengkar, mereka akan berkelahi sampai mati dihadapan raja dan anggota-anggota kerajaan lainnya. Walaupun doktrin ahimsa  hingga sekarang di India terus berkembang namun adu binatang selalu menjadi hiburan popular. Binatang-binatang aduan yang selalu diadu ialah burung puyuh, ayam jantan dan kambing jantan tetapi bangsa India pada waktu itu juga mengadu sapi jantan, kerbau dan gajah.
Dalam sebuah syair Tamil Kuno kita jumpai bentuk adu binatang yang kepopulerannya terbatas didaerah Dravida Selatanyakni adu lembu jantan dengan manusia. Olahraga ini tidak tepat sama dengan jenis olahraga yang sama yang popular di Spanyol dimana yang terakhir ini lembunya selalu pada posisi yang lemah. Sedang di Dravida Selatan keadaannya terbalik, yakni manusianyalah yang berada pada posisi yang lemah. Olahraga semacam itu popular dikalangan para gembala. Dimulai dengan masuknya gembala-gembala dalam arena perlombaan tanpa senjata apapun, kemudian mereka “memeluk” sapi jantan itu dalam usahanya mengalahkannya seperti hal yang sama dilakukan oleh para pemain rodeo di Amerika. Mereka tidak berusaha membunuh sapi itu, sebelumnya sapi itu tidak dibuat marah, yang jelas olahraga itu sangat berbahaya. Hal ini dapat kita baca dalam beberapa syair yang menggambarkan kemenangan seekor sapi aduan yang tanduknya beruntaikan isi perut “matador” yang kalah. Olahraga adu sapi ini merupakan suatu sayembara untuk menguji kejantanan pemuda, karena dikatakan bahwa gadis-gadis melihat perlombaan ini untuk memilih calon suami mereka dari kelompok pemenang perlombaan serupa vayamvara tersebut. Meskipun dalam hal ini sumber-sumber kesusastraan Tamil tidak memberikan bukti-bukti yang jelas, tetapi sudah dapat dipastikan bahwa adu sapi jantan itu merupakan suatu upacara agama yang berhubungan erat dengan upacara kesuburan bumi. Karena olahraga adu sapi jantan semacam itu juga dihubungkan dengan upacara agama yang dilakuka oleh orang-orang Kreta Kuno, maka berdasarkan kesamaan ini dan persamaan-persamaan lainnya orang menganggap telah ada kontak budaya antara bangsa Tamil dengan kebudayaan Kuno Laut Tengah. Bergulat dengan lembu jantan sampai saat ini masih merupakan suatu hiburan yang digemari oleh para gembala di India.
Banyak hiburan-hiburan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang-orang India Kuno disajikan oleh artis-artis yang benar-benar ahli. Disamping adanya aris-artis drama, music dan tari-tarian, ada juga artis-artis yang pekerjaannya menghibur para penduduk biasa yang tidak dapat menikmati hasil seni yang lebih tinggi, dengan jalan berkeliling dari satu kota ke kota lainnya, atau dari satu desa ke desa lainnya. Pemain music, penyair, tukang acrobat, tukang sulap dan “pawang ular” pada saat itu teah popular dikalangan rakyat seperti halnya sekarang. Disamping drama-drama istana terdapat juga drama-drama rakyat yang kadang-kadang disebut dalam sumber-sumber kesusastraan, drama ini menggambarkan adegan-adegan kejadian yang berasal dari cerita-cerita mythos dan legenda dalam bentuk tarian, nyanyian dan dari drama inilah kemudian berkembang drama-drama Sansekerta.    

H.    Karakteristik Kota-Kota di India
India merupakan negara yang luas dengan penduduk yang sangat padat. Bahkan India memperoleh peringkat ketiga dalam kalkulasi penduduknya, berada dibawah Amerika Serikat dan Cina. Secara geografis India memiliki Pegunungan tertinggi yakni Himalaya. Selain itu, terdapat pula dua sungai besar, yaitu Sungai Gangga dan Sungai Brahmaputra. Kedua sungai yang bermuara di Teluk Benggala ini dianggap suci oleh umat Hindu di India. Penduduk asli India adalah Bangsa Indo-Arya dan Dravida. India sendiri memiliki banyak kebudayaan yang begitu banyak dan sarat dengan kepercayaan. Meskipun, bukan negara maju, akan tetapi India sendiri merupakan negara yang berkembang cukup baik.
Setelah mengetahui berbagai sejarah dan kehidupan orang-orang kota di India dengan berbagai kebudayaannya, maka dapat dimengerti pula dan diambil sebuah analisis mengenai karakteristik kota di India secara menyeluruh dan umum. Sama dengan negara-negara lain, India pun memiliki wilayah-wilayah yang dapat dikatakan sebagai wilayah perkotaan. Tentu saja wilayah perkotaan di India tersebut telah sesuai dengan persyaratan kota itu sendiri yakni menjadi pusat berbagai kegiatan.
Akan tetapi sebelum mendeskripsikan serta memaparkan bagaimana karakteristik dari kota di India secara umum, perlu dibahas terlebih dahulu mengenai kriteria wilayah yang dapat disebut sebagai kota. Pengertian kota adalah merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas serta fungsi untuk mendukung kehidupan warganya secara mandiri. Sebuah wilayah atau tempat tertentu dapat disebut sebagai kota apabila memiliki spesifikasi dan kriteria secara fisik seperti :
1)      Tersedianya tempat-tempat untuk pasar dan pertokoan
2)      Terdapat tempat-tempat untuk parkir
3)      Adanya sarana rekreasi dan sarana olahraga
4)      Selain itu, sebagai pusat produksi (production centre)
5)      Pusat perdagangan (centre of trade and commerce)
6)      Sebagai pusat pemerintahan (political capital)
7)      Sebagai pusat kebudayaan (culture centre)
8)      dan, sebagai penopang Kota Pusat
Tidak hanya secara fisik, untuk dapat disebut sebagai kota perlu pula memiliki kriteria secara kehidupan masyarakatnya, yang diantaranya yakni :
1)      Adanya pelapisan sosial ekonomi misalnya perbedaan tingkat penghasilan, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan.
2)      Adanya jarak sosial dan kurangnya toleransi sosial di antara warganya.
3)      Adanya penilaian yang berbeda-beda terhadap suatu masalah dengan pertimbangan perbedaan kepentingan, situasi dan kondisi kehidupan.
4)      Warga kota umumnya sangat menghargai waktu.
5)      Cara berpikir dan bertindak warga kota tampak lebih rasional dan berprinsip ekonomi.
6)      Masyarakat kota lebih mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan sosial disebabkan adanya keterbukaan terhadap pengaruh luar.
7)      Pada umumnya masyarakat kota lebih bersifat individu sedangkan sifat solidaritas dan gotong royong sudah mulai tidak terasa lagi. (stereotip ini kemudian menyebabkan penduduk kota dan pendatang mengambil sikap acuh tidak acuh dan tidak peduli ketika berinteraksi dengan orang lain. Mereka mengabaikan fakta bahwa masyarakat kota juga bisa ramah dan santun dalam berinteraksi)
Setelah mengetahui arti dan beberapa ciri dari kota secara universal, maka dalam kaitannya dengan apa yang disebut kota, wilayah-wilayah di India setidaknya harus memiliki kriteria-kriteria perkotaan (kota) tersebut seperti yang disebutkan diatas. Sehingga, untuk dapat disebut sebagai sebuah kota, wilayah-wilayah India harus dapat berproduksi, sebagai pusat pemerintahan, dsb.
Berdasarkan hal itu, kota di India secara umum memiliki beberapa karakteristik khas dan unik yang dapat dipandang dari segi keagamaan, arsitektur (tata kota dan bangunan), kebudayaan, produksi, rekreasi, dsb. Dari segi keagamaan, masyarakat India terbagi dalam beberapa kelompok yang berdasarakan unsur keagamaan. Keagamaan di India sendiri terdiri dari beberapa agama seperti Islam, Buddha, Kristen, dan yang paling dominan adalah agama Hindu. Penggolongan untuk umat agama Hindu tertuju pada Kota Benares. Kota ini merupakan kota yang dianggap suci dan sering menjadi tujuan umat Hindu dalam beribadah setiap tahunnya. Disana terdapat banyak kuil yang penuh oleh umat Hindu sebagai tempat sembahyang.
Dalam hal arsitektur India, banyak memiliki keberagaman sejarah, budaya, dan geografi. Keberagaman tersebut dikarenakan, arsitektur bangunan kota di India telah dipengaruhi oleh bentuk atau gaya dari arsitektur Eropa, Asia Tengah dan Timur. Sehingga, tidak dapat diidentifikasi secara jelas arsitektur asli dari bangunan-bangunan kota di India. Pengaruh dari luar yang mengakibatkan karakteristik bangunan kota di India semakin indah adalah dari Turki dan Afghanistan di Utara pada masa pertengahan telah membawa India kepada tradisi arsitektur kubah ( dome dan vault). Tidak hanya itu, pengaruh lain juga datang dari munculnya arsitektur Mughal pada abad ke-16 yang menggambarkan akulturasi antara elemen arsitektur regional India dengan elemen arsitektur Persia dan Asia Barat. Pengaruh Barat terutama Eropa tidak dapat ditolak pada masa kolonisasi Eropa di India termasuk gaya Manneris, Barok, Neo-klasik, dan Neogotik mulai dari abad ke-16 hingga akhir abad ke-19, yang kemudian dikenal dengan gaya Indo Saracenic.
Sejarah dari adanya arsitektur India ini dimulai dari peradaban lembah Sungai Indus. Peradaban Lembah Sungai Indus, merupakan pemukiman perkotaan kuno yang termasuk kota metropolitan. Seperti pada Mahenjo Daro dan Harappa yang sarat dengan berbagai macam karakteristik rumah dan tempat pemandian. Untuk tempat pemandian sendiri dibangun dengan dihubungkan langsung pada drainase umum dan dipercaya sebagai tempat pemujaan untuk kesuburan. Kemudian untuk struktur kota berbentuk grid diikuti jalur drainase yang dikelilingi oleh benteng. Tipe bangunan yang berkarakteristik lainnya adalah Tipe bangunan penting lainnya adalah lumbung dan tempat berdagang. Keseragaman tatanan kota, tipologi bangunan, dan ukurannya yang terbuat dari batu bata bakar menunjukkan koordinasi yang baik antara sosial dan politik pada saat itu.
Meskipun telah mendapat pengaruh eksternal dari Eropa maupun Timur Tengah, akan tetapi arsitektur paling kuat dari India adalah arsitektur Hindu. Seperti adanya kuil adalah salah satu contoh adanya pengaruh Hindu dalam arsitektur bangunan kota-kota di India. Umumnya arsitektur kuil terbaik ada di wilayah selatan. Berbeda dengan bagian utara yang telah dipengaruhi oleh Persia, Rajastam, dan Langgam Jaina. Selain itu, di wilayah Bengal, Kashmir, dan Kerala juga terdapat kuil. Elemen-elemen dari arsitektur bangunan kota di India diantaranya adalah stupa, sikhara, pagoda (meru), torana (gerbang) telah menjadi simbol terkenal arsitektur Hindu dan Budha yang berkembang dan digunakan di Asia Timur dan Asia Tenggara seperti yang terdapat pada bangunan candi Angkor Wat di Kamboja dan Prambanan di Indonesia. Dengan adanya elemen-elemen bangunan India di negara lain membuktikan bahwa peradaban bangunan India berkembang luas dan sangat berpengaruh. Kota di India yang sangat terkenal dengan kekhasannya yakni Jodhpur yang merupakan kota terbesar kedua di negara bagian Rajasthan, India. Keunikannya terlihat pada rumah-rumah penduduknya yang dicat dengan warna biru secara keseluruhan. Selain itu, kuil-kuil di Kota Jodphur pun indah.
Selain pada arsitekturnya, kota-kota di India juga memiliki kekhasan dalam produksinya. Produksi disini adalah kota-kota di India memiliki sesuatu yang dapat dihasilkan atau dapat diartikan kota yang produktif dimana sebuah kota dapat melakukan suatu kegiatan yang menghasilkan baik itu barang, karya, maupun produk-produk trend lainnya sehingga nantinya akan memperoleh hasil produksi yang dapat menjadi sumber pemasukan (anggaran). Produktivitas wilayah-wilayah di India terletak pada bidang agraris. Dari agraris inilah India banyak memproduksi hasil pertanian. Perlu diketahui pula bahwa perekonomian orang-orang India secara umum berasal dari pertanian. Pertanian di India menghasilkan berbagai macam hasil yakni beras, tebu, kapas, maizena, dan rempah-rempah. Beras dan rempah-rempah merupakan komoditas pertanian utama India. Pada dewasa ini, pertanian India telah menggunakan teknologi maju, seperti dengan memanfaatkan pupuk dan sistem irigasi yang baik. Selain pada bidang agraris, India juga memiliki cadangan mineral dalam jumlah yang besar, seperti batu bara, seng, tembaga, perak, dan emas.  
Dalam bidang industri yang dikembangkan di India adalah perangkat lunak komputer dan telekomunikasi. Selain itu terdapat pula kekhasan industri kota-kota di India yang paling banyak dan unggul yakni industri filmnya. Seperti yang banyak orang ketahui mengenai Bollywood. Itulah yang menjadi julukan untuk film dari India tersebut. Produksi film di India banyak menggunakan setting kota-kota yang indah di India. Kota yang sering digunakan dalam industri perfilman India adala Kota Mumbai. Di kota ini pun telah dibangun sebuah Museum Film India.
Tidak hanya pada industrinya, kota-kota di India juga terkenal degan wisatanya, yang terkenal seperti New Delhi, Jodhpur, Kashmir , Agra, Amer, Ranakpur, dan Udaipur. Kota-kota ini memiliki ikon-ikob wisata yang cukup terkenal bahkan salah satunya menjadi keajaiban di dunia yakni Taj Mahal. Taj Mahal didirikan di Kota Agra. Taj Mahal merupakan tujuan utama dari para wisatawan mancanegara yang berkunjung ke India. Bentuk bangunannya yang megah dan desainnya yang indah, tetapi juga karena sejarah pembangunannya yang romantis. Bangunan yang kental dengan gaya arsitektur Persia dan India tersebut dibangun oleh Maharaja Shah Jahan dari kerajaan Mughal untuk memperingati kematian istri yang begitu dicintainya, Mumtaz MahalSelain Taj Mahal, masih di wilayah yang sama terdapat tempat wisata yakni Benteng Agra. Pada benteng ini didalamnya terdapat istana, paviliun, masjid, balkon, lapangan, dan berbagai jenis patung. Sedangkan untuk New Delhi terdapat banyak kompleks kuil Hindu yang cantik dan sakral. Kuil Hindu di Delhi ini memiliki desain kompleks dengan banyaknya relief, atap, dan tiang-tiang kecil yang menjadi bagian dari kuil.
Selain itu, di kota lain yakni Amer terdapat Benteng Amber yang terletak yang merupakan salah satu tujuan wisata utama di wilayah Jaipur, India. Objek wisata ini berupa benteng yang mengelilingi sebuah istana megah dengan gaya arsitektur khas India.
Setelah dari wilayah Amer di Jaipur, kota wisata lainnya adalah Jodhpur. Di kawasan ini, terdapat benteng fenomenal lainnya yang dikenal dengan nama Benteng Mehrangarh. Di dalam sisi benteng, terdapat istana indah dengan halaman yang luas dan dinding yang penuh dengan ukiran bernilai seni tinggi. Keunikan Benteng Mehrangarh terekam dalam beberapa adegan film box office The Dark Knight Rises yang dirilis pada tahun 2012.
Di Kota Ranakpur terdapat pula tempat wisata yakni Kuil Jain Ranakpur menjadi destinasi terfavorit pula di India berkat desainnya yang unik. Bagian bawah kuil ditopang oleh sekitar 1.444 tiang yang dihias dengan ukiran-ukiran indah. Tak ada satu tiangpun yang memiliki ukiran sama. Daya tarik lainnya dari Kuil Jain di Ranakpur adalah keberadaan patung-patung sakral yang saling berhadapan. Salah satu patung paling istimewa di kuil ini berbentuk 108 kepala ular dengan beberapa ekor buntut. Kepala dan badan patung ular dari marmer tersebut saling membelit hingga sulit menemukan pasangan kepala ular dan ekornya.
Kemudian adapun tempat wisata lainnya yakni Istana Udaipur di Kota Udaipur yang tampak semarak dan cemerlang dengan berbagai kombinasi desain khas Rajahstan dan Mughal. Dari kota Udaipur, Istana Udaipur membentuk pemandangan yang impresif karena terletak di atas bukit. Di malam hari, Istana yang pernah menjadi lokasi syuting film James Bond ini membentuk bayangan cantik berwarna keemasan yang terpantul di perairan sungai. Kemudian yang terakhir adalah Kashmir, wilayah ini memiliki bukit dan lembah yag begitu cantik dan sangat hijau dengan beraneka pepohonan disana. Kashmir juga mendapatkan julukan sebagai surganya India.
Dengan adanya kota-kota wisata di India, tentu saja terdapat pendamping wisata lain yang berupa kuliner. Dalam karakteristik kulinernya, masakan India lebih banyak menggunakan sayuran yang tumbuh di India dan yang palig utama adalah digunakannya rempah-rempah sebagai bumbu utama dalam masakan. Seperti yang diketahui bahwa India sendiri merupakan negara penghasil rempah-rempah. Sehingga banyak makanan khas India cenderung berbahan dasar yang disesuaikan dengan kondisi alam, demografis, dan agama. Apalagi dengan adanya interaksi budaya kuliner India dengan Timur Tengah, Asia Tengah, dan Laut Tengah menyebabkan masakan India menjadi unik yakni bercampurnya berbagai masakan Asia. Masakan India sendiri memberikan pengaruh pada gaya kuliner negara lain terutama dikawasan Asia Tenggara seperti Malaysia dan Indonesia dalam penggunaan rempah yang digunakan sebagai bumbu masak.
Selain memiliki karakteristik sebagai kota wisata, kota-kota di India juga memiliki kota yang dijadikan sebagai pelabuhan. Kota pelabuhan di India diantaranya yang terbesar yakni Kota Kalkuta dan Madras serta Mumbai. Kalkuta merupakan kota pelabuhan terbesar yang juga menghasilkan goni dan tekstil. Dari Kalkuta ini juga dapat mengekspor goni, teh, dan mika. Kota Kalkuta merupakan kota terkenal di India dengan kepadatan dan sibuknya lalu lintas. Di Kota Kalkuta juga terdapat tempat wisata dan Museum India. Di kota Mumbai sendiri selain sebagai kota pelabuhan juga merupakan kota tempat dimana dihasilkan film-film India yang cukup terkenal. Selain itu juga terdapat Museum Film India di Kota Mumbai ini.
Selain kota-kota India yang memang terkenal akan kekhasan keagamaan, wisata, arsitektur, pelabuhan, produksi, industri, kuliner adapun kota-kota di India yang memiliki kekhususan dalam hal budayanya, meskipun perlu diketahui bahwa setiap kota-kota di India memiliki karakteristiknya masing-masing dalam kebudayaan. Namun yang paling kental yakni Mahenjo Daro dan Harappa yang tidak hanya terkenal dalam arsitektur kuno yang indah, tetapi juga sebagai kota dengan budaya yang masih sangat kental. Sebab di kota kuno inilah peradaban India dimulai, dibangun sedemikian rpa oleh orang-orang dimasanya, dan berkembang baik hingga sekarang ini. Tentu saja sebagai awal mula peradaban kota di India, dua wilayah ini Mahenjo Daro dan Harappa memiliki kebudayaan yang tentu masih sangat kental pada wilayah tersebut. Baik budaya bangunannya, kebudayaan masyarakat dan kehidupan ekonominya.


BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Asal mula peradaban India, berasal dari kebudayaan sungai India, mewakili dua kota peninggalan kuno yang paling penting dan paling awal dalam peradaban sungai India, yang sekarang letaknya di kota Mohenjodaro, propinsi Sindu Pakistan dan kota Harappa dipropinsi Punjabi. Peradaban India Kuno dikenal sebagai peradaban Harappa karena penggalian pertamanya di kota Harappa. Peradaban kuno tersebut berada di tepi aliran dua sungai besar, yaitu Sungai Indus dan Sungai Sarasvati. Lambat laun, Lembah Indus menjadi ramai dengan jumlah penduduk diperkirakan mencapai 30 hingga 40 ribu orang. Pada 3000-an SM, bangsa Harappa membangun kota-kota Zaman Perunggu di Sungai Indus (Pakistan modern).
Kota-kota di India juga diartikan kota yang produktif dimana sebuah kota dapat melakukan suatu kegiatan yang menghasilkan baik itu barang, karya, maupun produk-produk trend lainnya sehingga nantinya akan memperoleh hasil produksi yang dapat menjadi sumber pemasukan (anggaran). Pertanian di India menghasilkan berbagai macam hasil yakni beras, tebu, kapas, maizena, dan rempah-rempah. Beras dan rempah-rempah merupakan komoditas pertanian utama India. Pada dewasa ini, pertanian India telah menggunakan teknologi maju, seperti dengan memanfaatkan pupuk dan sistem irigasi yang baik. Dalam bidang industri yang dikembangkan di India adalah perangkat lunak komputer dan telekomunikasi. Selain itu terdapat pula kekhasan industri kota-kota di India yang paling banyak dan unggul yakni industri filmnya. Seperti yang banyak orang ketahui mengenai Bollywood. Kota yang sering digunakan dalam industri perfilman India adala Kota Mumbai. Kota-kota di India juga terkenal degan wisatanya, yang terkenal seperti New Delhi, Jodhpur, Kashmir , Agra, Amer, Ranakpur, dan Udaipur. Kota-kota ini memiliki ikon-ikon wisata yang cukup terkenal bahkan salah satunya menjadi keajaiban di dunia yakni Taj Mahal.


DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :
Kartodirojo, Sartono. 1977. Masyarakat Kuno dan Kelompok-kelompok Sosial. Jakarta : Yayasan Obor Jakarta

Sumber Internet:
          (Diunduh pada 11 April 2014 20.00 WIB)
                  (Diunduh pada 10 April 2014  06.41 WIB)
                  (Diakses pada 10 April 2014  07.42 WIB)
              http://id.wikipedia.org/wiki/Agra
                  (Diakses pada 10 April 2014  08.12 WIB)

Sumber Jurnal:
Adelin Kumurur, Veronica. Pembangunan Kota. Jurnal Online.
Konsep dan Struktur Metropolitan. Jurnal Online
                    http://www.penataanruang.net/taru/nspm/buku/metropolitan/Bab2.pdf
Raziq_hasan.staff.gunadarma.ac.id/.../files/.../ARSITEKTUR+INDIA.pdf. Jurnal Online.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar