BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa
kerajaan mendirikan pusat pemerintahan di suatu kota tertentu yang pada
akhirnya menjadi suatu ibukota atau sebagai kerajaan kecilnya. Sebagai contoh,
kerajaan para Pandawa adalah Indraprastha dan
kerajaan Korawa adalah Hastinapura. Ahichatra adalah
ibukota Panchala Utara dan Kampilya adalah
ibukota Panchala Selatan sedangkan Kerajaan
Kosala memiliki ibukota Ayodhya.
Banyak
hal mengenai situasi politik dan keadaan geografi pada zaman kerajaan kuno di
India yang dapat disimak dalam kitab Mahabharata.
Kitab Ramayana juga
dapat memberikan sedikit informasi. Sebelum adanya kitab Mahabharata, Rigveda menguraikan
situasi politik dan keadaan alam pada masa India kuno. Setelah zaman
Mahabharata berakhir menyusul munculnya zaman Purana,
yaitu masa pemulisan kitab-kitab mitologi, yang juga memaparkan situasi politik
dan geografi di sekitar India pada masa itu dan diuraikan dengan jelas.
Kapan
berdirinya kerajaan-kerajaan di India pada masa lampau tidak diketahui dengan
jelas dan tepat, kadangkala disebut “era mitologi”. Zaman keemasan India kuno
menurut data klasik terentang selama millenium pertama. Pada zaman prasejarah
India, ilmu politik dipercaya muncul bersamaan dengan ditulisnya Weda yang
pertama, yaitu Rigveda (sekitar
tahun 1500 SM). Kerajaan dalam Ramayana muncul
sekitar tahun 500 SM dan dalam Mahabharata sekitar
tahun 400 SM. Kerajaan tersebut berakhir ketika munculnya Kerajaan Maurya tahun
321 SM.
Dalam
makalah ini akan dijelaskan lebih jauh mengenai Sejarah Timbulnya Kota-kota di
India baik dari zaman kuno hingga sekarang yang dilihat dari berbagai
perspektif yang akan menjelaskan lebih detail tentang kota India. Selain itu
juga ada cerita-cerita kasusastraan yang akan menambah detail cerita mengenai
India.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana Sejarah Awal Mula
Munculnya Kota-Kota di India?
2. Apa
saja Bukti-Bukti Munculnya Kota-Kota di India?
3. Seperti apa Perkembangan Kota di
India dilihat dari Kasusastraan?
4. Seperti apa Perkembangan Kota di
India dilihat dari Seni Bangunan?
5. Kota-kota apa saja yang Menjadi
Pusat Kegiatan di India?
6. Bagaimana Kehidupan Orang Kota di
India?
7. Seperti apa Hiburan yang ada di
India?
8. Bagaimana Karakteristik Kota-Kota di
India?
C. Tujuan
Penulisan
1. Tujuan umum penulisan ini adalah
untuk memenuhi tugas Sejarah Perkotaan mengenai Sejarah Timbulnya Kota-Kota di
India.
2. Tujuan Khusus penulisan ini adalah
untuk mengetahui tentang :
·
Sejarah
Awal Mula Munculnya Kota-Kota di India
·
Bukti-Bukti Munculnya Kota-Kota di India
·
Perkembangan
Kota di India dilihat dari Kasusastraan
·
Perkembangan
Kota di India dilihat dari Seni Bangunan
·
Kota-kota
yang Menjadi Pusat Kegiatan di India
·
Kehidupan
Orang Kota di India
·
Hiburan
yang ada di India
·
Karakteristik
Kota-Kota di India
D.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Awal Mula Munculnya
Kota-Kota di India
India adalah
negara yang memiliki sejarah peradaban tinggi. Para ahli sejarah memperkirakan
peradaban Lembah Sungai Indus pada kurun waktu 2800 SM–1800 SM. Peradaban India
Kuno ini dikenal sebagai peradaban Harappa karena penggalian pertamanya di kota
Harappa. Adalah seorang arkeolog berkebangsaan Inggris bernama Sir John Hubert
Marshall yang mengungkapkan adanya kota kuno Harappa dan Mohenjondaro pada awal
abad ke-20.
Peradaban kuno
tersebut berada di tepi aliran dua sungai besar, yaitu Sungai Indus yang masih
ada sampai sekarang dan Sungai Sarasvati yang mungkin telah kering pada akhir
1900 SM. Para ahli meyakini bahwa pusat
peradaban Mohejodaro terletak di Lembah Indus yang berada di timur Sungai
Indus, tepatnya di provinsi Sindu Pakistan dan kota Harappa diprovinsi Punjabi,
India.
Lambat laun,
Lembah Indus menjadi ramai dengan jumlah penduduk diperkirakan mencapai 30
hingga 40 ribu orang. Jumlah populasi sebanyak itu terbagi menjadi dua, yaitu
wilayah administratif dan wilayah kota. Wilayah administratif adalah daerah
permukiman, banyak ditemui rumah tempat tinggal padat dengan jalan raya yang
saling menyilang, serta toko-toko penjual tembikar di kedua sisi jalan.
Sementara itu,
wilayah kota adalah daerah pusat pemerintahan. Penghuninya adalah raja dan
pimpinan lain beserta keluarganya. Antara wilayah pemukiman dan wilayah
pemerintahan dibatasi pagar tinggi besar yang dilengkapi menara dan sistem
saluran air bawah tanah.
Pada 3000-an SM,
bangsa Harappa membangun kota-kota Zaman Perunggu di Sungai Indus (Pakistan
modern). Orang-orang penghuni India awalnya berasal dari Afrika sekitar 40.000
SM. Pada awalnya mereka adalah pemburu dan pengumpul, seperti orang-orang
lainnya di seluruh dunia pasa masa itu. Namun sekitar tahun 4000 SM,
orang-orang ini mulai bertani dan pada 2500 SM bermukim di lembah sungai Indus.
Di sana mereka mulai tinggal di kota-kota dan menggunakan air irigasi untuk
mengairi ladang mereka. Ini berlangsung lebih telat daripada di Asia Barat,
kemungkinan karena India tidak seramai Asia Barat pada masa itu. Ada pendapat
bahwa mereka mulai bertani, dan kemudian membangun kota-kota adalah tren
pemanasan berangsur yang menjadikan lebih sulit untuk memperoleh air, dan lebih
sulit untuk menemukan tanaman liar untuk dimakan, setiap tahunnya. Jadi tiap
tahun semakin banyak orang yang pindah ke lembah sungai Indus, dimana masih ada
cukup banyak air. Ketika mulai banyak orang, orang-orang mulai membangun
kota-kota.
Peradaban Lembah
Sungai Indus, 2800 SM–1800 SM, merupakan sebuah peradaban kuno yang hidup
sepanjang Sungai Indus dan Sungai Ghaggar-Hakra yang sekarang Pakistan dan
India barat. Peradaban ini sering juga disebut sebagai Peradaban Harappan
Lembah Indus, karena kota penggalian pertamanya disebut Harappa, atau juga
Peradaban Indus Sarasvati karena Sungai Sarasvati yang mungkin kering pada
akhir 1900 SM. Pemusatan terbesar dari Lembah Indus berada di timur Indus,
dekat wilayah yang dulunya merupakan Sungai Sarasvati kuno yang pernah
mengalir. Peradaban Harappa disebut juga peradaban Lembah Sungai Indus. Ada dua
kota utama yang kita ketahui, Harappa dan Mohenjo-Daro, yang terpisah sekitar
sekitar 400 kilometer. Keduanya kini ada di negara Pakistan. Orang-orang di
kedua kota ini tinggal di rumah batu dengan dua dan tiga lantai, dan memiliki
sistem pembuangan. Mereka menggunakan peralatan perunggu. Mereka mungkin
mempelajari cara membuat perunggu dari bangsa Sumeria.
Sebuah peradaban
tinggi bernama Harappa pernah berada di India pada ribuan tahun yang lalu
dengan lay-out kota yang sangat
canggih.
Munculnya
peradaban Harappa lebih awal dibanding kitab Veda, saat itu bangsa Arya belum
sampai India. Waktunya adalah tahun 2500 sebelum masehi, bangsa Troya
mendirikan kota Harappa dan Mohenjondaro serta kota megah lainnya didaerah
aliran sungai India. Tahun 1500 sebelum masehi, suku Arya baru menjejakkan kaki
di bumi India Kuno.
Asal mula
peradaban India, berasal dari kebudayaan sungai India, mewakili dua kota
peninggalan kuno yang paling penting dan paling awal dalam peradaban sungai
India, yang sekarang letaknya di kota Mohenjodaro, propinsi Sindu Pakistan dan
kota Harappa dipropinsi Punjabi.
Menurut
penentuan karbon 14, keberadaan kedua kota ini seharusnya adalah antara tahun
2000 hingga 3000 sebelum masehi, lagi pula kota Harappa mengekskavasi perkakas
batu 10 ribu tahun lampau. Luasnya kurang lebih 25 km persegi.
Awal abad ke-20,
arkeolog Inggris Marshell mengekskavasi kota kuno Mohenjondaro dan Harappa.
Hasilnya tingkat kesibukan dan keramaian kedua kota tersebut membuat Marshell
terkejut. Ini adalah bekas ibukota dua negara merdeka pada jaman peradaban
sungai India antara tahun 2350-1750 sebelum masehi, penelitian lebih lanjut
menghasilkan perhitungan, dua kota masing-masing terdapat sekitar 30 hingga 40
ribu penduduk, lebih banyak dibanding penduduk kota London yang paling besar
pada abad pertengahan.
Kota dibagi 2
bagian yaitu kota pemerintahan dan kota administratif. Kota administratif
adalah daerah pemukiman, tempat tinggal yang padat dan jalan raya yang silang
menyilang, kedua sisi jalan banyak sekali toko serta pembuatan barang-barang
tembikar. Kota pemerintahan adalah wilayah istana kerajaan. Fondasi bangunan
yang luas membuat jarak terhadap penduduk, pagar tembok yang tinggi besar
disekeliling dan menara gedung mencerminkan kewibawaan Raja. Sistim saluran air
bawah tanah yang sempurna dengan menggunakan bata membuat kehidupan kota
manusia sudah berubah menjadi nyata.
Puing-puing
menunjukkan Harappa merupakan sebuah kota yang mempunyai rancangan bangunan
disekeliling ruang lingkup tertentu, kurang lebih menggunakan bahan yang sama,
segalanya sangat teratur, bahwa pada tahun 3000 sebelum masehi, orang-orang
membangun kota dengan skala yang sedemikian, memperlihatkan tingginya peradaban
mereka. Kedua kota ini hilang pada tahun 1750 sebelum masehi, kira-kira dalam
waktu 1000 tahun kebelakang, didaerah aliran sungai India tidak pernah ada lagi
kota yang demikian megahnya, namun pada 500 tahun lampau, ketika bangsa Arya
datang menginvasi, kebudayaan Harappa sudah merosot.
Sejarah
peradaban India kuno lalu menampakkan suatu kondisi patah, hingga muncul
kerajaan baru pada abad ke-6 sebelum masehi, peradaban kota baru jaya kembali
di aliran sungai India.
Menjelang
kelahiran sang Buddha, di India Utara telah terdapat beberapa kota kecil.
Kota-kota tersebut seperti umpamanya Kasi (Banaras) dan Kausambi telah berdiri
selama berabad-abad lamanya. Tetapi boleh dikatakan bahwa pada jaman itu pun
belum banyak berdiri kota-kotabesar. Berdasarkan tradisi Buddha kuno, pada saat
wafatnya Sang Buddha salah seorang pengikut beliau yang bernama Ananda berkata
bahwa ia merasa kecewa bahwasannya Tuannya terpaksa wafat dalam sebuah kota
kecil bernama Kusinagara. Ananda selanjutnya menyebutkan enam kota: Sravasti,
Campa, Rajargha, Saketa (kemudian di kenal dengan Ayodhya), Kausambi dan Kasi,
sebagai kota-kota yang cukup pantas untuk tempat wafatnya Sang Buddha.
Nampaknya keenam kota tersebut merupakan kota-kota yang terbesar di India pada
abad ke-5 sebelum Masehi, tetapi karena penggalian tempat-tempat dimana
diperkirakan kota-kota tersebut berdiri belum lagi selesai, maka para ahli
belum dapat, kecuali di satu tempat, menentukan dengan pasti besarnya kota-kota
kuno tersebut. Kota kuno yang sudah digali tersebut ialah kota Rajagrha, di
mana sampai saat ini temboknya masih utuh. Tembok tersebut menunjukkan bahwa
kota Rajagrha itu luasnya kira-kira dua puluh lima mil. Kota tersebut tidak di
bangun berdasar suatu pusat kota, dan rumah-rumahnya di kelilingi oleh
taman-taman dan lapangan-lapangan yang luas.
Menurut
Megasthenes, kotaPataliputra, yang berasal dari zaman Maurya adalah sebuah kota
yang panjang dan sempit, terletak sepanjang sembilan mil di tepi sungai Gangga,
dan menjorok sepanjang satu setengah mil ke arah daratan. Tak dapat diragukan
lagi bahwa kota tersebut hanya di bangun tidak seperti Rajagrha, yang meliputi
daerah yang lebih luas tetapi dengan jumlah penduduk yang lebih kecil. Paes
mengatakan bahwa pada akhir zaman Maurya, kota Vijayanagara adalah lebih luas
dan penduduknya lebih banyak daripada kota Roma. Dari jumlah rumahnya, yakni
100.000 buah rumah dapat ditarik kesimpulan bahwa kota tersebut kira-kira
berpenduduk paling sedikit setengah juta manusia bahkan mungkin lebih.
Pada tahun 1977,
di beberapa tempat di India baru diadakan penggalian kota-kota kuno. Tetapi
hanya satu kota kuno saja yang sudah selesai digali namun tidak representatif
untuk dapat menggambarkan tata kota-kota kuno di India. Daerah tersebut adalah
Taksasila di mana telah diketemukan dua buah kota kuno. Yang pertama berasal
dari zaman raja-raja Persia Achaemenid, sedang yang lain berasal dari zaman
Greco-Bactrian. Kedua kota tersebut di bangun di kanan kiri sebuah jalan raya
dan rumah-rumah besar kedua kota itu mempunyai lapangan pusat sesuai dengan
tradisi India yang berasal dari kebudayaan Harappa. Tetapi dalam beberapa hal
kedua kota tersebut sangatlah berlainan. Kota pertama, yang dikenal oleh para
ahli purbakala dengan nama kota Bhir
Mound tidak menunjukkan tanda-tanda adanya suatu tatakota yang baik; di
sepanjang jalan yang berbelok-belok terdapat banyak sekali lorong-lorong yang
bercabang-cabang ke segala arah sekehendak hati si pembangun kota tersebut.
Kota kedua yang bernama Sirkap, mempuyai sebuah jalan raya yang bagus dengan
lebar kira-kira dua puluh kaki yang membujur ke arah utara selatan kota serta
jalan-jalan simpangan kecil yang sangat teratur. Kota ini benar-benar di bangun
berdasarkan suatu perencanaan yang baik.
Kita tidak dapat
sepenuhnya menghubungkan adanya perencanaan kota Sirkap yang baik itu dengan
pengaruh orang Yunani yang suka akan segala sesuatu teratur dengan rapi, sebab
dua ribu tahun sebelum kedatangan bangsa Yunani di India, kota Mohenjo Daro dan
Harappa di India telah dibangun dengan berdasarkan tata kota yang mirip dengan
yang digunakan oleh bangsa Yunani dalam membangun kota-kota mereka. Di samping
itu terdapat terdapat pula bukti-bukti yang menunjukkan bahwa kota-kota lainnya
di India pun telah dibangun pula berdasarkan perencanaan kota yang rapi.
Tidaklah merupakan suatu hal yang luar biasa apabila seorang raja yang besar
kekuasaannya memerintahkan membangun sebuah ibukota yang baru dan hal ini
pastilah memberikan kesempatan yang luas kepada ahli-ahli tata kota India untuk
berkreasi. Untuk hal ini pedoman-pedoman tata kota dapat diperoleh dari buku
Arthasastra yang berisi petunjuk lengkap mengenai cara-cara membangun kota.
Buku tersebut menganjurkan agar di dalam membangun sebuah kota, orang harus
berpedoman pada bentuk kisi-kisi segi empat, dibagi dalam bagian-bagian
(sector) dengan cara membuat enam jalur jalan, tiga jalur membujur arah utara
selatan dan tiga jalur membujur arah timur barat. Kuil-kuil (tempat pemujaan)
utama terletak di pusat kota, dan kasta-kasta yang berbeda harus di tempatkan
pada bagian-bagian kota yang terpisah. Kota perbentangan Sisupalgarh jelas
dibangun dalam bentuk mirip bujursangkar yang luasnya hamper satu mil persegi.
Tetapi karena peninggalan kota ini belum seluruhnya digali, maka belum dapat
digali, maka belum dapat dipastikan apakah kota Sisupalgarh ini benar-benar
dibangun sesuai berdasarkan petunjuk-petunjuk yang termaktub dalam buku-buku
Arthasastra. Ada kemungkinan bahwa kota Ahiccatra di Negara bagian Uttar
Pradesh di India Utara di bangun berdasarkan prinsip-prinsip yang sama, tetapi
hal inipun belum dapat dipastikan karena bagian kota tersebut yang sudah
selesai digali belum cukup untuk dapat dipakai sebagai bukti.
B.
Bukti-Bukti
Munculnya Kota-Kota di India
1.
Kota Rajagrha
Kota kuno yang selesai digali yang dahulunya kota
ini pernah disebutkan oleh Ananda (pengikut sang Budha) sebagai salah satu dari
6 tempat yang seharusnya tempat wafat sang Budha. Diperkirakan berdiri pada
abad ke-5 SM. Sampai saat ini keadaan temboknya masih utuh. Tembok tersebut
menunjukkan luasnya kira-kira 25 mil. Kota tersebut tidak dibangun berdasar
suatu pusat kota, dan rumah-rumahnya dikelilingi oleh taman-taman dan
lapangan-lapangan yang luas.
2.
Kota Bhir Mound dan kota Sirkap
Kedua kota tersebut adalah kota yang ditemukan di
daerah Taksasila. Kota Bhir Mound berasal dari jaman raja-raja Persia
Achaemenid. Kota ini tidak menunjukkan tanda-tanda adanya suatu tata kota yang
baik, disepanjang jalan yang berbelok-belok terdapat banyak sekali
lorong-lorong yang bercabang-cabang ke segala arah sekehendak hati si pembangun
kota tersebut.
Kota Sirkap berasal dari jaman Greco-Bactrian. Kota
ini mempunyai jalan raya yang bagus dengan lebar kira-kira 20 kaki yang
membujur ke arah utara selatan kota serta jalan-jalan simpangan kecil yang
sangan teratur. Kota ini benar-benar dibangun berdasarkan suatu perencanaan
yang baik.
Kedua kota tersebut dibangun di kanan-kiri sebuah
jalan raya dan rumah-rumah besar, keduanya juga mempunyai lapangan pusat sesuai
dengan tradisi India yang berasal dari kebudayaan Harappa. Tetapi dalam
beberapa hal, keduanya sangatlah berlainan.
3.
Kota Perbentengan Sisupalgrah
Kota ini jelas dibangun dalam bentuk mirip bujur
sangkar yang luasnya hampir satu mil pesergi. Tetapi karena peninggalan kota
ini belum seluruhnya digali, maka belum dapat dipastikan apakah kota
Sisupalgrah ini benar-benar dibangun sesuai berdasarkan petunjuk-petunjuk yang
termaktub dalam buku-buku Arthasastra.
4.
Kota Ahiccatra
Kota di negara bagian Uttar Pradesh di India
Utara ini mempunyai kemungkinan dibangun
berdasarkan prinsip-prinsip yang sama, tetapi hal inipun belum dapat dipastikan
karena bagian kota tersebut yang sudah selesai digali belum cukup untuk dapat
dipakai sebagai bukti.
C.
Perkembangan Kota di India dilihat
dari Kasusastraan
Dari
beberapa sumber kesusteraan, patung- patung serta gambar- gambar dapatlah kita
peroleh suatu gambaran tentang bentuk rumah-rumah di India pada saat itu.
Bentuk rumah orang kaya yang tidak ada bedanya dengan istana-istana raja-raja
kecuali dalam hal besarnya. Ciri khas yang dimiliki oleh rumah-rumah besar yang
ada di dalam kota ialah rumah-rumah itu terdiri dari beberapa tingkat. Rumah
bertingkat tiga tampaknya merupakan bentuk umum yang didapati di kota, walaupun
dalam sumber-sumber kesusateraan juga disenut adanya rumah-rumah yang
bertingkat tujuh bahkan rumah-rumah yang bertingkat sebelas.
Sampai
pada jaman dinasti Gupta kebanyakan rumah dari istana – istana sampai
gubug-gubug kecil mempunyai atap yang berbentuk bulat dengan ujung tap yang
runcing dan dihiasi dengan berbagai perhiasan. Atap-atapnya dibuat dari ijuk
dan genting. Kemudian atap yang berbentuk tinggi, bulat panjang tersebut diganti
dnegna yang berbentuk datar, dengan talang-talang yang bergantung.
Rumah-rumah
yang lebih besar pada masa-masa berikutnya biasanya berteras tinggi atau
beratap rata. Rumah-rumah itu mempunyai jendela dan balkon yang menghadap ke
jalan seperti halnya rumah-rumah kota di daerah Indus. Rumah-rumah tersebut
juga mempunyai kamar mandi, yang kadang-kadang air yang mengalir berasal dari
sungai terdekat yang dialihkan alirannya.
Menurut
sumber kesusateraan Sankrit menyebutkan tentang adanya taman-taman yang indah
yang dimiliki oleh golongan kaya di kota bahkan kadang-kadang ada yang memiliki
taman-taman yang luas di daerah pinggiran kota dengan rumah-rumah
peristirahatan di tengah-tenghanya, dimana mereka sering menghabiskan waktu
senggangnnya. Seperti halnya di negara-negara yang beriklim panas,
petamanan-petamanan yang dimiliki oleh orang kaya mempunyai danau-danau dan
kolam-kolam airtiruan, dimana terdapat air mancur yang bertangga menurun
sehingga dapa dipergunakan untuk mandi. Selanjutnya guna mendinginkan hawa
udara pada musim panas dipasanglah semacam alat “pendingin udara” yang disebut variyantra di taman-taman mereka.di
Samping kebun-kebun milik orang-orang kaya, sering pula disebutkan dalam
ceritera-ceritera, kebun-kebun bunga serta taman-taman yang sifatnya milik
umum. Di sekitar kebanyakan kota terdapat hutan-hutan kecil yang menjadi tempat
peristirahatan yang paling disenagi orang kota. Raja Asoka merasa bangga karena
beliau pernah membuat hutan-hutan kecil semacam itu guna tempat hiburan bagi
mausia dan hewan. Tindakan Asoka itu kemudian ditiru oleh raja-raja lainnya.
Dalam
Buku Arthasastra menganjurkan agar disediakan sebuah sumur umum bagi setiap
sepulu keluarga yang diam di kota,
membuang sampah secara sembrono di jalan-jalan didenda dan harus diadakan
pencegahan-pencegahan yang ketat untuk merintangi timbulnya kebakaran dengan
jalan tipa-tiap rumah menyediakan alat-alat pemadam kebakaran yang sederhana.
Penguasa-penguasa kota harus menyediakan parit-parit untuk pembuangan air dan
barang siapa berbuat sesuatu yang dpat menyumbat parit-parit ini dikenakan
denda.
Gambaran
tentang keadaan kota kuno India yang paling baik terdapat dalam sebuah syair
Tamil kuno yng berjudul The Garland of
Madurai yang kata orang yang ditulis khusus untuk menghormati raja Nedunjeliyan
dari Negara Pandya yang hidup pada abad ke-2. Sesudah dimulai dengan
puji-pujian terhadap sang Raja, penyair kemudian menggambarkan keadaan
masing-masing daerah kerajaan tersebut dan berakhir dengan mengambarkan ibukota
kerajaan Madurai. Syair tersebut terlalu panjang untuk dikutip seluruhnya, tapi
meskipun demikian di bawah ini kami sajikan singkatan dari bagian syair yang
menggambarkan kota Madurai.
D.
Perkembangan Kota di India dilihat
dari Seni Bangunan
Dalam
sejarahnya, India memiliki dua kota peradaban kuno yang sangat terkenal, yaitu
peradaban lembah sungai Indus (Shindu) dan peradaban lembah sungai Gangga.
Kedua peradaban ini menjadi bukti penting keberadaan bangsa India sebagai salah
satu pemilik kebudayaan tertua yang sangat ternama di dunia.
Peradaban
lembah Sungai Indus berlangsung pada 2800 SM hingga 1800 SM. Peradaban kuno ini
ada di sepanjang Sungai Indus dan Sungai Ghaggar-Hakra (sekarang letaknya di
Pakistan dan India bagian barat). Sungai Indus sendiri merupakan sungai yang
panjangnya 2.900 kilometer. Airnya berasal dari mata air di Tibet, dan mengalir
melalui Pegunungan Himalaya. Sisa peradaban Sungai Indus bisa dilihat dari
peninggalannya yang sangat mengagumkan, yaitu kota Mohenjodaro dan Harappa. Kota
Mohenjodaro dan Harrapa dihuni oleh bangsa Dravida, yang memiliki ciri fisik
bertubuh pendek, hidung pesek, kulit hitam, dan rambut keriting hitam. Bangsa
inilah pendukung utama peradaban lembah Sungai Indus.
Mohenjo-daro
adalah salah satu situs dari sisa-sisa permukiman terbesar dari Kebudayaan
Lembah Sungai Indus, yang terletak di propinsi Sind, Pakistan. Dibangun pada
sekitar tahun 2600 SM, kota ini adalah salah satu permukiman kota pertama di
dunia, bersamaan dengan peradaban Mesir Kuno, Mesopotamia dan Yunani Kuno. Reruntuhan
bersejarah ini dimasukkan oleh UNESCO ke dalam Situs Warisan Dunia. Arti dari
Mohenjo-daro adalah “Bukit orang mati”. Seringakali kota tua ini disebut dengan
“Metropolis Kuno di Lembah Indus”. Mohenjo-daro terletak di Distrik Larkana
sekitar 28 km dari Larkana dan 107 km dari sukkur. 27o 19‘ 30.36“
Bujur Utara and 68o 08‘ 08.77” Bujur Timur.
Harappa
ialah sebuah kota di Punjab, timur laut Pakistan sekitar 35 km tenggara
Sahiwal. Kota ini terletak di bantaran bekas Sungai Ravi. Munculnya peradaban Harappa
lebih awal dibanding kitab Veda, saat itu bangsa Arya belum sampai India.
Waktunya adalah tahun 2500 sebelum masehi, bangsa Troya mendirikan kota Harappa
dan Mohenjondaro serta kota megah lainnya didaerah aliran sungai India. Kota
modernnya terletak di sebelah kota kuno ini, yang dihuni antara tahun 3300
hingga 1600 SM. Di kota ini banyak ditemukan relik dari masa Budaya Indus, yang
juga terkenal sebagai budaya Harappa. Harappa memiliki lay-out kota yang sangat
canggih.
Mohenjo-daro memiliki bangunan yang
luar biasa, karena memiliki tata letak terencana
yang berbasis grid jalanan yang tersusun menurut pola yang sempurna.
Pada puncak kejayaannya, kota ini diduduki sekitar 35.000 orang.
Bangunan-bangunan di kota ini begitu maju, dengan struktur-struktur yang
terdiri dari batu-bata buatan lumpur dan kayu bakar terjemur matahari yang
merata ukurannya.
Bangunan-bangunan publik di kota ini
adalah lambang masyarakat yang sangat terencana. Bangunan yang bergelar Lumbung
Besar di Mohenjo-daro menurut interpretasi Sir Mortimer Wheeler pada tahun 1950
dirancang dengan ruang-ruang untuk menyambut gerobak yang mengirim hasil
tanaman dari desa, dan juga ada saluran-saluran pendistribusian udara untuk
mengeringkannya. Akan tetapi, Jonathan Mark Kenoyer memperhatikan bahwa tidak
ada catatan mengenai keberadaan hasil panen dalam lumbung ini. Maka dari itu,
Kenoyer mengatakan lebih tepat untuk menjulukinya sebagai "Balai
Besar".
Di dekat lumbung tersebut ada sebuah
bangunan publik yang pernah berfungsi sebagai permandian umum
besar, dengan tangga yang turun ke arah kolam berlapis bata di dalam
lapangan berderetan tiang. Wilayah permandian berhias ini dibangun dengan baik,
dengan lapisan tar alami yang menghambat kebocoran,
di samping kolam di tengah-tengah. Kolam yang berukuran 12m x 7m, dengan
kedalaman 2.4m ini mungkin digunakan untuk upacara keagamaan atau kerohanian.
Di dalam kota, air dari sumur
disalurkan ke rumah-rumah. Beberapa rumah ini dilengkapi kamar yang terlihat
ditetapkan untuk mandi. Air buangan disalurkan ke selokan tertutup yang
membarisi jalan-jalan utama. Pintu masuk rumah hanya menghadap lapangan dalam
dan lorong-lorong kecil. Ada berbagai bangunan yang hanya setinggi satu dua
tingkat.
Sebagai kota pertanian, Mohenjo-daro
juga bercirikan sumur besar dan pasar pusat. Kota ini juga memiliki sebuah
bangunan yang memiliki hypocaust, yang kemungkinan
digunakan untuk pemanasan air mandi.
Mohenjo-daro adalah sebuah kota yang
cukup terlindungi. Walau tak ada tembok, namun terdapat menara di sebelah barat
pemukiman utama, dan benteng pertahanan di selatan. Perbentengan tersebut, dan
struktur kota-kota lain di Lembah Indus seperti Harappa,
menimbulkan pertanyaan apakah Mohenjo-daro memang pusat administrasi. Harappa
dan Mohenjo-daro memiliki arsitektur yang mirip, dan tidak berbenteng kuat
seperti situs-situs lain di Lembah Indus. Jelas sekali dari tata ruang di semua
situs-situs Indus, bahwa ada suatu pusat politik atau administrasi, hanya saja
tidak jelas lagi sejauh mana jangkauan dan fungsi pusat administrasi tersebut.
Mohenjo-daro telah dimusnahkan dan
dibangun kembali setidaknya tujuh kali. Setiap kali, kota baru dibangun terus
di atas kota lama. Banjir dari Sungai
Indus diduga menjadi penyebab utama kerusakan.
Kota ini terbagi atas dua bagian,
yaitu benteng kota dan kota hilir.
Kebanyakan wilayah kota hilir masih belum ditemukan. Di benteng kota terdapat
sebuah permandian umum, struktur perumahan besar yang dirancang untuk
menempatkan 5.000 warga, dan dua buah dewan perhimpunan besar.
Kota Mohenjodaro dan Harappa hilang
menjadi kota mati sekitar tahun 1750 SM. Beberapa faktor yang mengakibatkan
penduduknya meninggalkan kota adlah adanya invansi yang dilakukan oleh bangsa
Arya ke daerah peradaban Hindustan pada sekitar tahun tersebut. Pada tahun itu
hingga 1000 tahun setelahnya, tidak ada pembanguna kota dengan peradaban
tinggi lagi di wilayah tersebut.
Puing-puing bekas bangunan yang
masih berada di kota tersebut tampak sangat teratur dalam penataannya.
Puing-puing tersebut terbuat dari bahan yang sama, yakni batu bata tanah liat.
Kondisi masa lalu memperlihatkan bahwa system kota yang di terpakan di kota
Mohenjodaro dan Harappa sudah sangat maju dengan adanya teknik penataan kota
seperti masa sekarang, yakni adanya pola jalan raya dan adanya saluran air
bawah tanah.
E.
Kota-kota yang Menjadi Pusat
Kegiatan di India
Ada
beberapa kota di India yang menjadi pusat kegiatan, baik dalam bidang ekonomi,
bisnis, perfilman, maupun tujuan wisata. Beberapa kota-kota tersebut antara
lain:
1.
New
Delhi
New Delhi adalah ibu kota dari India, dan bagian dari
Wilayah Ibu Kota Nasional Delhi. Ia merupakan tempat pemerintahan liberal
demokrasi terbesar di dunia. New Delhi adalah metropolis terbesar ketiga di
India. Awal pendiriannya sebagai ibu kota dari India Britania. Penduduknya 10
Juta. New Delhi adalah kota yang mudah dijelajahi karena jalan-jalanya
dirancang dengan cermat sebelum pembangunan gedung dimulai pada tahun 1903.
2.
Mumbai
Mumbai (dahulu dikenal dengan nama Bombay) adalah ibukota
negara bagian Maharashtra dan dengan populasi sebesar 12 juta jiwa (2005)
adalah kota dengan penduduk terbanyak di India. Kota ini terletak di Pulau
Salsette, lepas pantai barat Maharashtra. Bersama kota-kota pinggirannya,
Mumbai menjadi area metropolitan terbesar keempat di dunia dengan populasi
melebihi 20 juta jiwa. Mumbai adalah pusat perdagangan dan hiburan di India,
menjadi lokasi berbagai badan-badan keuangan penting. Kota ini menarik imigran
karena memiliki peluang bisnis yang besar dan taraf hidup yang tinggi. Bollywood,
pusat perfilman India, juga terletak di kota ini.
3.
Kolkata
Kolkata (dahulu Calcutta atau Kalkuta) ialah salah satu
kota pelabuhan penting di India yang merupakan ibu kota Benggala Barat.
Didirikan Inggris pada 1690, ditaklukkan kepala daerah Benggala pada 1756, dan
direbut kembali oleh Clive pada 1757. Kolkata ialah ibu kota India antara 1833
sampai 1912. Merupakan pusat industri goni dan tekstil. Mengekspor goni, teh,
dan mika. Terdapat Universitas Kolkata dan Museum India. Nama Kolkata resmi dipakai
sejak tahun 2001.
4.
Chennai
Chennai (dulu dikenal sebagai Madras) ialah ibukota
negara bagian Tamil Nadu di India. Kota ini adalah kota metropolitan terbesar
keempat di India. Luasnya adalah 174 km² (1.180 km² jika menghitung wilayah
metropolitan) dan penduduknya berjumlah 4.352.932 jiwa (2006).
5.
Agra
Agra
adalah sebuah kota kuno di Sungai Yamuna
di India,
berada dalam negara bagian Uttar
Pradesh. Dia memiliki peranan penting sebagai ibu kota
Kerajaan Mughal
dari 1526
sampai 1658
dan menjadi tujuan wisatawan karena bangunan zaman-Mughal yang luar biasa,
terutama Taj Mahal.
F.
Kehidupan Orang Kota di India
Dari sumber
kesusastraan serta peninggalan-peninggalan Yunani dan Romawi kuno kita dapat
banyak mempelajari tentang kehidupan borjuis negara-negara tersebut; tetapi
kesulitan yang timbul karena kesusastraan seperti yang terdapat di Yunani dan
Roma di India kurang realistis sehingga tidak ada kota yang dapat disamakan
dengan kota Pompeii di Italia. Meskipun demikian, ada cukup bukti yang kita
miliki untuk dapat menyusun kembali suatu gambaran tentang kehidupan orang muda
dari golongan kaya di India secara mendetail. Sumber-sumber tersebut adalah
kesusastraan-kesusastraan yang bersifat duniawi seperti umpamanya buku
Kamasustra, yang ditulis guna memberikan pedoman bagi orang muda yang ingin
berekreasi terutama di dalam bidang sex.
Kamar tidur si
pemuda, demikian menurut Kamasutra, haruslah berisi sebuh tempat tidur yang
empuk serta menyenangkan, dengan seperai putih, sehelai kelambu yang berhias
serta dua buah bantal, satu diletakkan dibagian kepala dan yang satu dibagian
kaki. Kamar tersebut juga harus berisi dipan, dibagian atasnya ditaruh kasai,
bunga serta pot-pot berisi collyrium hrus diletakkan diatas sebuah meja kecil.
Di lantai di dekat dipan itu harus diletakkan tempat ludah untuk membuang sisa
sirih, dan sebuah kotak yang berisi pakaian dan perhiasan. Pada tembok kamar
tidur tersebut haruslah digantung sebuah kecapi (vina); di tempat itu, juga ditaruh meja kecil, beberapa meja
kecil, beberpa buku lontar sebuah kursi bundar dan papan catur. Dekat dengan
rumah itu harus ada sangkar burung, sebuah kebun yang ada ayunannya,
tanaman-tanaman yang merambat dan sebuah lapangan rumput dimana pemiliknya
dapat duduk-duduk bersama dengan tamu-tamunya di tempat rindang.
Segera setelah
bangun pagi, kaum pria kota lalu mandi, menggosok gigi, melumuri tubuhnya dengan kasai dan wangi-wangian, menghitamkan
matanya, memerahi bibirnya lau bercermin. Setelah itu ia makan sirih untuk
mencegah nafasnya tidak berbau. Ia mandi setiap hari, menggosok badannya dengan
minyak kelapa dua hari sekali, bercukur muka empat hari sekali, dan mencukur
seluruh tubuhnya lima atau sepuluh hari sekali. Ia makan tiga kali sehari.
Hampir seluruh waktunya dihabiskan untuk bersolek dan bermalas-malasan. Ia
menghibur dirinya dengan mengajar burung betet serta burung beo-nya berbicara,
atau menonton sabung ayam, adu burung gemak (puyuh) atau adu biri-biri jantan,
sambil mengobrol dengan pengikut-pengikutnya. Pada musim panas ia juga tidur
siang.
Akan tetapi,
iapun mempunyai banyak hiburan-hiburan lainnya yang bersifat ilmiah. Ia tidak
semata-mata seorang pelindung dan pemuja seni yang pasif, tetapi didorong oleh
masyarakat untuk menjadi kreatif pula. Ia harus memiliki pengetahuan yang cukup
mengenai empat puluh empat jenis seni. Ia mungkin menjadi penyair menurut
ukurannya sendiri, hal ini terbukti bahwa tidak semua syair-syair Sansekerta
yang sampai pada tangan kita adalah hasil karya pujangga-pujangga besar.
Raja atau
hartawan India sering bertindak sebagai sponsor pertemuan dimana dibacakan
syair-syair. Pertemuan-pertemuan semacam itu yang sifatnya kecil-kecilan,
sering dilakukan dirumah salah satu anggota kelompok atau ditempat seorang
pelacur. Kelompok-kelompok seni sastra ini disebut dalam buku Kamasutra sebagai
salah satu hiburan yang utama dari kaum terpelajar pada waktu itu. Anggota
kelompok tersebut bisa saja kemudian membentuk sebuah kelompok atau semacam
organisasi tetap, dimana anggotanya berjanji akan saling membantu baik di dalam
keadaan senang atau susah serta bersikap ramah tamah dalam menjamu pendatang
baru dalam organisasi mereka.
Sebagai halnya
dengan keturunan-keturunan mereka yang telah modern, orang-orang India kuno
adalah manusia yang bersifat duniawi, menyenangkan serta ramah tamah dalam
pergaulan mereka. Hal ini disebabkan karena pengaruh agama mereka yang di dalam
ajaran-ajarannya selalu menekankan pada kewajban untuk bersifat ramah tamah
terhadap sesama.
Kadang-kadang
pesta-pesta ini di adakan di atas gang terbuka, di taman-taman dan semak-semak
yang terletak disekitar kota tersbut. Pesta-pesta semacam ini kadangkadang
diselingi dengan sabung ayam dan mandi-mandi. Seorang cerdik pandai mungkin
juga seorang pelukis karena seperti telah kita ketahui, di dalam kamar
belajarnya terdapat pula papan untuk menggambar atau kuda-kuda. Bahkan buku
Kamasutra menganjurkan agar para cerdikpandai menyediakan sebuah ruangan khusus
untuk tempat patung-patung, ukiran-ukiran kayu serta patung-patung dari tanah
liat.
G.
Hiburan yang ada di India
Hiburan penduduk
kota India kuno tidak selurhnya bersifat kreatif atau ilmiah. Tahun Hindu
selalu berisi berbagai perayaan yang penuh dengan kegembiraan serta arak-arakan
yang diikuti baik oleh golongan kaya maupun golongan miskin . perayaan yang
paling popular pada waktu itu adalah Perayaan Musim Semi yang diadakan untuk
menghormati Dewa Kama (Dewa Cinta) yang walaupun sedikit sekali pengaruhnya
dikalangan para pendeta tetapi sangat popular dikalangan rakyat biasa. Dalam
pesta ini kaum kasta tinggipun melupakan sejenak pantangan-pantangan hukum
kasta dan merekapun berpawai sepanjang jalan sambil menabur-naburkan tepung
merah pada orang-orang yang ada didekatnya menyirami mereka dengan air yang
berwarna serta bertingkah laku yang lucu. Perayaan ini sekarang masih berlaku
dengan nama peta Holi, meskipun dewa Cinta tidak lagi mempunyai peranan dalam
perayaan itu. Perayaan tersebut jelas merupakan peninggalan dari sebuah pesta
kesuburan yag ersifat primitive dan penuh darah. Tetapi nampakna sejak
permulaan arti yang menyeramkan dari teung merah dalam perayaa itu telah hilang
dan perayaan it sendiri telah berubah menjadi semacam pesta riang gembira agama
Hindu dimana orang bebas melakukan apa saja.
Meskipun
mendapat kecaman yang hebat, dari para Brahmana yang menjadi pengarang sastra
Smtri, perjudian dimana – mana serta di semua golongan merupakan hal yang
sangat popular kecuali diantara pemelk agama yang fanatic. Diketemukannya dadu
yang berisi enam di kota – kota sekitar Sungai Indus serta adanya sebuah syair dalam Rg Veda yang
berjudul “Keluhan Seorang Penjudi.” Membuktikan populernya perjudian diantara
bangsa Arya pada saat itu.
Kata “Aksa”
dalam hubungannya dengan perjudian biasanya diterjemahkan begitu saja dengan
“dadu”, tetapi sebenarnya kata “Aksa” pada permulaan timbulnya perjudian bukan
berarti dadu melainkan buah kecil-kecil yang berkulit keras yang dinamakan
Vibhisaka atau Vibhidaka. Mungkin para penjudi dalam berjudi melemparkan
segemgam buah tersebut dari dalam sebuah mangkuk dan mereka dinyatakan menang
apabila mereka berhasil mencapai kelihatan empat. Kemudian, dalam perkembangan
lebih lanjut orang menggunakan sebuah dadu yang berbentuk bujur panjang.
Seperti halnya penjudi-penjudi di Eropa, orang-orang India inipun memiliki
istilah-istilah tertentu pada waktu melempar dadu. Krta (sisi dadu bermata empat), treta
(sisi dadu bermata tiga) , dvapara (sisi
dadu bermata dua) dan kali (sisi dadu
bermata satu). Peranan perjudian adalah demikian pentingnya dalam kehidupan
bangsa India sehingga keempat istilah perjudian tersebut digunakan pula oleh
mereka untuk pembagian keempat waktu (yuga)
dalam system “aeon” mereka. Walaupun peranan perjudian nampaknya kecil dalam
upacara penobatan seorang raja tetapi peranan itu penting. Pada akhir masa
Vedic, ruang judi ditempatkan dalam kompleks istana dan selalu dianggap
mempunyai sifat magis atau dihubungkan dengan kepentingan agama. Hal ini
membuktikan pentingnya perjudian pada masa itu walaupun orang masih belum
mengetahui sejauh mana sebenarnya arti pentingnya perjudian itu. Dalam
kehidupan kerajaan pada waktu itu, peranan aksayapa
yakni seorang hamba raja yang bertugas melempar buah yang berkulit kerasa atau
dadu adalah penting karena nampaknya dialah pejabat kerajaan yang bertugas
mengorganisir perjudian didalam istana raja. Tema cerita epic Mahabharatapun
berkisar pada perjudian, dimana Yudhistira kehilangan kerajaannya karena kalah
berjudi dengan saudara sepupunya yang jahat, Duryodhana. Dalam Mahabharata
itupun terdapat cerita yang sama tentang Nala. Kitab Arthasastra menganjurkan
suatu pengawasan yang ketat terhadap perjudian dengan cara melarang
didirikannya tempat-tempat judi liar dan hanya mengijinkan berdirinya
tempat-tempat judi yang memperoleh ijin resmi. Tempat-tempat judi yang
memperoleh ijin resmi tersebut harus membiayai usahanya dengan cara membayar
pajak sebesar 5% dari tiap pasangan dan menyewakan dadu kepada si penjudi yang
dilarang keras menggunakan dadunya sendiri dalam perjudian tersebut. Denda yang
berat harus dikenakan pada siapa saja yang mencoba-coba untuk menipu dalam perjudian
tersebut. Denda yang berat harus dikenakan pada siapa saja yang mencoba-coba
unuk menipu dalam perjudian tersebut.
Selain untuk
bermain judi, dadupun digunakan pula untuk permainan-permainan lain yang
menggunakan papan seperti permainan catur. Permainan-permainan baru ini mirip
dengan permainan anak-anak seperti “ludo” umpamanya.
Permainan ini
merupakan gabungan unsur-unsur keberuntungan dan ketrampilan. Menjelang
permulaan abad masehi salah satu dari permainan tersebut diatas yang
menggunakan papanyang berkotak 64 (astapada),
berkembang menjadi suatu permainan yang sedikit rumit. Dalam permainan ini
digunakan dadu yang berbentuk seorang raja, serta dadu-dadu yang berbentuk
seekor gajah, seekor kuda, sebuah kereta perang atau kapal dan empat prajurit,
semuanya menggambarkan tentara India Kuno. Permainan yang asli harus dimainkan
oleh empat orang dan langkah-langkah pemain ditentukan dengan cara melempar
dadu. Karena permainan tersebut dimainkan dengan dadu-dadu yang menyerupai
serdadu dan karena caranya bermain mirip seperti cara-cara yang digunakan
tentara yang sedang berperang maka permainan tersebut dinamakan caturrangga atau “permainan empat divisi
tentara”. Pada abad ke-6 orang-orang Persia berhasil mempelajari permainan
tersebut dan ketika negara Persia ditakhlukkan oleh bangsa Arab, permainan itu
dengan cepat tersebar ke seluruh Timur Tengah dengan nama shatrani terjemahan bahasa Persia terhadap kata caturangga. Pada perkembangannya
permainan ini menjadi sebuah permainan untuk dua orang, masing-masing pemain
memiliki dua “divisi tentara”, raja dari satu “divisi tentara” berubah menjadi
“jendral” sedang raja dari “divisi tentara” yang lain berubah menjadi
“menteri”. Dalam permainan “gaya baru” dadu tidak lagi dipergunakan seperti
pada permainan yang asli. Orang belum dapat memastikan apakah
penyempurnaan-penyempurnaan permainan tersebut terjadi di India atau Persia
tetapi kemungkinan besar hal itu terjadi di Persia.
Permainan itu
kemudian dikenal oleh para prajurit perang Salib melalui orang-orang Muslim dan
dengan cepat berkembang di Eropa. Menjelang akhir abad pertengahan permainan
itu sudah mendekati bentuk-bentuk permainan catur sekarang dengan berubahnya
“jenderal” dalam permainan gaya Islam menjadi ratu. Dengan demikian, apa yang
kita kenal dengan permainan catur merupakan produk dari tiga jenis kebudayaan
yang masing-masing memberikan sesuatu guna menyempurnakan permainan itu
sendiri.
Pemainan
terorganisir yang dilakukan diluar rumah jarang terjadi kecuali hanya pada
anak-anak dan gadis-gadis yang kadang-kadang bermain sepak bola bersama –sama
seperti Nausicaa dalam cerita Odyssey. Sebuah permainan semacam polo yang
berasal dari Asia Tengah menjadi sebuah permainan yang popular dikalangan para
opsir tentara pada Abad Pertengahan, disamping permainan semacam hockey,
walaupun sumber-sumber kesusastraan India tidak menyebut-nyebutnya. Tetapi pada
umumnya bangsa India Kuno berbeda dengan bangsa-bangsa yang hidup disekitar
Laut Tengah, tidak menaruh banyak minat di olahraga athletic. Lomba kereta perang
sudah disebut-sebut dalam kitab Rg Veda sedang lomb kereta lembu sudah popular
di India menjelang akhir Abad Pertengahan. Walaupun tinju dan gulat sering
disebut-sebut oleh beberapa sumber sebagai hiburan bagi bangsa India tetapi
kedua olahraga tersebut bukan merupakan sport kalangan kasta tinggi, hanya
khusus dilakukan oleh petinju-petinju golongan kasta rendah guna menghibur
penonton. Para ksatrya menyukai perlombaan memanah, hal ini dapat dilihat dalam
cerita –cerita Mahabharata dan Ramayana yang banyak menggambarkan
perlombaan-perlombaan tersebut.
Sumber-sumber
sejarah klasik menyebut adanya semacam perlombaan gladiator yang diadakan
didalam istana Candragupta Maurya, bahkan semasa abad pertengahan di Deccan
perkelahian seorang lawan seorang merupakan hal yang sering terjadi. Musafir
Portugis yang bernama Nuniz dalam tulisannya mengatakan bahwa apabila dua orang
bangsawan Vijayanagara bertengkar, mereka akan berkelahi sampai mati dihadapan
raja dan anggota-anggota kerajaan lainnya. Walaupun doktrin ahimsa hingga sekarang di India terus berkembang
namun adu binatang selalu menjadi hiburan popular. Binatang-binatang aduan yang
selalu diadu ialah burung puyuh, ayam jantan dan kambing jantan tetapi bangsa
India pada waktu itu juga mengadu sapi jantan, kerbau dan gajah.
Dalam sebuah
syair Tamil Kuno kita jumpai bentuk adu binatang yang kepopulerannya terbatas
didaerah Dravida Selatanyakni adu lembu jantan dengan manusia. Olahraga ini
tidak tepat sama dengan jenis olahraga yang sama yang popular di Spanyol dimana
yang terakhir ini lembunya selalu pada posisi yang lemah. Sedang di Dravida
Selatan keadaannya terbalik, yakni manusianyalah yang berada pada posisi yang
lemah. Olahraga semacam itu popular dikalangan para gembala. Dimulai dengan
masuknya gembala-gembala dalam arena perlombaan tanpa senjata apapun, kemudian
mereka “memeluk” sapi jantan itu dalam usahanya mengalahkannya seperti hal yang
sama dilakukan oleh para pemain rodeo di
Amerika. Mereka tidak berusaha membunuh sapi itu, sebelumnya sapi itu tidak
dibuat marah, yang jelas olahraga itu sangat berbahaya. Hal ini dapat kita baca
dalam beberapa syair yang menggambarkan kemenangan seekor sapi aduan yang
tanduknya beruntaikan isi perut “matador” yang kalah. Olahraga adu sapi ini
merupakan suatu sayembara untuk menguji kejantanan pemuda, karena dikatakan
bahwa gadis-gadis melihat perlombaan ini untuk memilih calon suami mereka dari
kelompok pemenang perlombaan serupa vayamvara
tersebut. Meskipun dalam hal ini sumber-sumber kesusastraan Tamil tidak
memberikan bukti-bukti yang jelas, tetapi sudah dapat dipastikan bahwa adu sapi
jantan itu merupakan suatu upacara agama yang berhubungan erat dengan upacara
kesuburan bumi. Karena olahraga adu sapi jantan semacam itu juga dihubungkan
dengan upacara agama yang dilakuka oleh orang-orang Kreta Kuno, maka
berdasarkan kesamaan ini dan persamaan-persamaan lainnya orang menganggap telah
ada kontak budaya antara bangsa Tamil dengan kebudayaan Kuno Laut Tengah.
Bergulat dengan lembu jantan sampai saat ini masih merupakan suatu hiburan yang
digemari oleh para gembala di India.
Banyak
hiburan-hiburan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang-orang India Kuno
disajikan oleh artis-artis yang benar-benar ahli. Disamping adanya aris-artis
drama, music dan tari-tarian, ada juga artis-artis yang pekerjaannya menghibur
para penduduk biasa yang tidak dapat menikmati hasil seni yang lebih tinggi,
dengan jalan berkeliling dari satu kota ke kota lainnya, atau dari satu desa ke
desa lainnya. Pemain music, penyair, tukang acrobat, tukang sulap dan “pawang
ular” pada saat itu teah popular dikalangan rakyat seperti halnya sekarang.
Disamping drama-drama istana terdapat juga drama-drama rakyat yang
kadang-kadang disebut dalam sumber-sumber kesusastraan, drama ini menggambarkan
adegan-adegan kejadian yang berasal dari cerita-cerita mythos dan legenda dalam bentuk tarian, nyanyian dan dari drama
inilah kemudian berkembang drama-drama Sansekerta.
H.
Karakteristik Kota-Kota di India
India
merupakan negara yang luas dengan penduduk yang sangat padat. Bahkan India
memperoleh peringkat ketiga dalam kalkulasi penduduknya, berada dibawah Amerika
Serikat dan Cina. Secara geografis India memiliki Pegunungan tertinggi yakni Himalaya.
Selain itu, terdapat pula dua sungai besar, yaitu Sungai Gangga dan Sungai
Brahmaputra. Kedua sungai yang bermuara di Teluk Benggala ini dianggap suci
oleh umat Hindu di India. Penduduk asli India adalah Bangsa Indo-Arya dan
Dravida. India sendiri memiliki banyak kebudayaan yang begitu banyak dan sarat
dengan kepercayaan. Meskipun, bukan negara maju, akan tetapi India sendiri
merupakan negara yang berkembang cukup baik.
Setelah
mengetahui berbagai sejarah dan kehidupan orang-orang kota di India dengan
berbagai kebudayaannya, maka dapat dimengerti pula dan diambil sebuah analisis
mengenai karakteristik kota di India secara menyeluruh dan umum. Sama dengan
negara-negara lain, India pun memiliki wilayah-wilayah yang dapat dikatakan
sebagai wilayah perkotaan. Tentu saja wilayah perkotaan di India tersebut telah
sesuai dengan persyaratan kota itu sendiri yakni menjadi pusat berbagai
kegiatan.
Akan
tetapi sebelum mendeskripsikan serta memaparkan bagaimana karakteristik dari
kota di India secara umum, perlu dibahas terlebih dahulu mengenai kriteria
wilayah yang dapat disebut sebagai kota. Pengertian kota adalah merupakan
kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang
mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas serta fungsi untuk
mendukung kehidupan warganya secara mandiri. Sebuah wilayah atau tempat
tertentu dapat disebut sebagai kota apabila memiliki spesifikasi dan kriteria
secara fisik seperti :
1) Tersedianya tempat-tempat untuk pasar dan
pertokoan
2) Terdapat tempat-tempat untuk parkir
3) Adanya sarana rekreasi dan sarana olahraga
4) Selain
itu, sebagai pusat produksi (production centre)
5) Pusat perdagangan (centre of trade and
commerce)
6) Sebagai pusat pemerintahan (political capital)
7) Sebagai pusat kebudayaan (culture centre)
8) dan, sebagai penopang Kota Pusat
Tidak hanya secara fisik, untuk dapat disebut
sebagai kota perlu pula memiliki kriteria secara kehidupan masyarakatnya, yang
diantaranya yakni :
1)
Adanya
pelapisan sosial ekonomi misalnya perbedaan tingkat penghasilan, tingkat pendidikan
dan jenis pekerjaan.
2)
Adanya
jarak sosial dan kurangnya toleransi sosial di antara warganya.
3)
Adanya
penilaian yang berbeda-beda terhadap suatu masalah dengan pertimbangan
perbedaan kepentingan, situasi dan kondisi kehidupan.
4)
Warga
kota umumnya sangat menghargai waktu.
5)
Cara
berpikir dan bertindak warga kota tampak lebih rasional dan berprinsip ekonomi.
6)
Masyarakat
kota lebih mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan sosial disebabkan adanya
keterbukaan terhadap pengaruh luar.
7)
Pada
umumnya masyarakat kota lebih bersifat individu sedangkan sifat solidaritas dan
gotong royong sudah mulai tidak terasa lagi. (stereotip ini kemudian
menyebabkan penduduk kota dan pendatang mengambil sikap acuh tidak acuh dan
tidak peduli ketika berinteraksi dengan orang lain. Mereka mengabaikan fakta
bahwa masyarakat kota juga bisa ramah dan santun dalam berinteraksi)
Setelah
mengetahui arti dan beberapa ciri dari kota secara universal, maka dalam
kaitannya dengan apa yang disebut kota, wilayah-wilayah di India setidaknya
harus memiliki kriteria-kriteria perkotaan (kota) tersebut seperti yang
disebutkan diatas. Sehingga, untuk dapat disebut sebagai sebuah kota,
wilayah-wilayah India harus dapat berproduksi, sebagai pusat pemerintahan, dsb.
Berdasarkan hal itu, kota di
India secara umum memiliki beberapa karakteristik khas dan unik yang dapat
dipandang dari segi keagamaan, arsitektur (tata kota dan bangunan), kebudayaan,
produksi, rekreasi, dsb. Dari segi keagamaan, masyarakat India terbagi dalam
beberapa kelompok yang berdasarakan unsur keagamaan. Keagamaan di India sendiri
terdiri dari beberapa agama seperti Islam, Buddha, Kristen, dan yang paling
dominan adalah agama Hindu. Penggolongan untuk umat agama Hindu tertuju pada
Kota Benares. Kota ini merupakan kota yang dianggap suci dan sering menjadi
tujuan umat Hindu dalam beribadah setiap tahunnya. Disana terdapat banyak kuil
yang penuh oleh umat Hindu sebagai tempat sembahyang.
Dalam hal arsitektur India,
banyak memiliki keberagaman sejarah, budaya, dan geografi. Keberagaman tersebut
dikarenakan, arsitektur bangunan kota di India telah dipengaruhi oleh bentuk
atau gaya dari arsitektur Eropa, Asia Tengah dan Timur. Sehingga, tidak dapat
diidentifikasi secara jelas arsitektur asli dari bangunan-bangunan kota di
India. Pengaruh dari luar yang mengakibatkan karakteristik bangunan kota di
India semakin indah adalah dari Turki dan Afghanistan di Utara pada masa
pertengahan telah membawa India kepada tradisi arsitektur kubah ( dome dan
vault). Tidak hanya itu, pengaruh lain juga datang dari munculnya
arsitektur Mughal pada abad ke-16 yang menggambarkan akulturasi antara elemen arsitektur
regional India dengan elemen arsitektur Persia dan Asia Barat. Pengaruh Barat
terutama Eropa tidak dapat ditolak pada masa kolonisasi Eropa di India termasuk
gaya Manneris, Barok, Neo-klasik, dan Neogotik mulai dari abad ke-16 hingga
akhir abad ke-19, yang kemudian dikenal dengan gaya Indo Saracenic.
Sejarah dari adanya
arsitektur India ini dimulai dari peradaban lembah Sungai Indus. Peradaban Lembah
Sungai Indus, merupakan pemukiman perkotaan kuno yang termasuk kota
metropolitan. Seperti pada Mahenjo Daro dan Harappa yang sarat dengan berbagai
macam karakteristik rumah dan tempat pemandian. Untuk tempat pemandian sendiri
dibangun dengan dihubungkan langsung pada drainase umum dan dipercaya sebagai
tempat pemujaan untuk kesuburan. Kemudian untuk struktur kota berbentuk grid
diikuti jalur drainase yang dikelilingi oleh benteng. Tipe bangunan yang
berkarakteristik lainnya adalah Tipe bangunan penting lainnya adalah lumbung
dan tempat berdagang. Keseragaman tatanan kota, tipologi bangunan, dan
ukurannya yang terbuat dari batu bata bakar menunjukkan koordinasi yang baik
antara sosial dan politik pada saat itu.
Meskipun telah mendapat
pengaruh eksternal dari Eropa maupun Timur Tengah, akan tetapi arsitektur
paling kuat dari India adalah arsitektur Hindu. Seperti adanya kuil adalah
salah satu contoh adanya pengaruh Hindu dalam arsitektur bangunan kota-kota di
India. Umumnya arsitektur kuil terbaik ada di wilayah selatan. Berbeda dengan
bagian utara yang telah dipengaruhi oleh Persia, Rajastam, dan Langgam Jaina.
Selain itu, di wilayah Bengal, Kashmir, dan Kerala juga terdapat kuil.
Elemen-elemen dari arsitektur bangunan kota di India diantaranya adalah stupa,
sikhara, pagoda (meru), torana (gerbang) telah menjadi simbol
terkenal arsitektur Hindu dan Budha yang berkembang dan digunakan di Asia Timur
dan Asia Tenggara seperti yang terdapat pada bangunan candi Angkor Wat di
Kamboja dan Prambanan di Indonesia. Dengan adanya elemen-elemen bangunan India
di negara lain membuktikan bahwa peradaban bangunan India berkembang luas dan
sangat berpengaruh. Kota di India yang sangat terkenal dengan kekhasannya yakni
Jodhpur yang merupakan kota terbesar kedua di negara bagian Rajasthan, India.
Keunikannya terlihat pada rumah-rumah penduduknya yang dicat dengan warna biru
secara keseluruhan. Selain itu, kuil-kuil di Kota Jodphur pun indah.
Selain pada arsitekturnya,
kota-kota di India juga memiliki kekhasan dalam produksinya. Produksi disini
adalah kota-kota di India memiliki sesuatu yang dapat dihasilkan atau dapat
diartikan kota yang produktif dimana sebuah kota dapat melakukan suatu kegiatan
yang menghasilkan baik itu barang, karya, maupun produk-produk trend lainnya sehingga
nantinya akan memperoleh hasil produksi yang dapat menjadi sumber pemasukan
(anggaran). Produktivitas wilayah-wilayah di India terletak pada bidang
agraris. Dari agraris inilah India banyak memproduksi hasil pertanian. Perlu
diketahui pula bahwa perekonomian orang-orang India secara umum berasal dari
pertanian. Pertanian di India menghasilkan berbagai macam hasil yakni beras,
tebu, kapas, maizena, dan rempah-rempah. Beras dan rempah-rempah merupakan
komoditas pertanian utama India. Pada dewasa ini, pertanian India telah menggunakan
teknologi maju, seperti dengan memanfaatkan pupuk dan sistem irigasi yang baik.
Selain pada bidang agraris, India juga memiliki cadangan mineral dalam jumlah
yang besar, seperti batu bara, seng, tembaga, perak, dan emas.
Dalam bidang industri yang
dikembangkan di India adalah perangkat lunak komputer dan telekomunikasi. Selain
itu terdapat pula kekhasan industri kota-kota di India yang paling banyak dan
unggul yakni industri filmnya. Seperti yang banyak orang ketahui mengenai
Bollywood. Itulah yang menjadi julukan untuk film dari India tersebut. Produksi
film di India banyak menggunakan setting kota-kota yang indah di India. Kota
yang sering digunakan dalam industri perfilman India adala Kota Mumbai. Di kota
ini pun telah dibangun sebuah Museum Film India.
Tidak hanya pada industrinya,
kota-kota di India juga terkenal degan wisatanya, yang terkenal seperti New
Delhi, Jodhpur, Kashmir , Agra, Amer, Ranakpur, dan Udaipur. Kota-kota ini
memiliki ikon-ikob wisata yang cukup terkenal bahkan salah satunya menjadi
keajaiban di dunia yakni Taj Mahal. Taj Mahal didirikan di Kota Agra. Taj Mahal
merupakan tujuan utama dari para wisatawan mancanegara yang berkunjung ke
India. Bentuk bangunannya yang megah dan desainnya yang indah, tetapi juga
karena sejarah pembangunannya yang romantis. Bangunan yang kental dengan gaya
arsitektur Persia dan India tersebut dibangun oleh Maharaja Shah Jahan dari
kerajaan Mughal untuk memperingati kematian istri yang begitu dicintainya,
Mumtaz Mahal. Selain
Taj Mahal, masih di wilayah yang sama terdapat tempat wisata yakni Benteng
Agra. Pada benteng ini didalamnya terdapat istana, paviliun, masjid, balkon,
lapangan, dan berbagai jenis patung. Sedangkan untuk New Delhi terdapat banyak
kompleks kuil Hindu yang cantik dan sakral. Kuil Hindu di Delhi ini memiliki
desain kompleks dengan banyaknya relief, atap, dan tiang-tiang kecil yang
menjadi bagian dari kuil.
Selain itu, di kota lain
yakni Amer terdapat Benteng Amber yang terletak yang merupakan salah satu tujuan
wisata utama di wilayah Jaipur, India. Objek wisata ini berupa benteng yang
mengelilingi sebuah istana megah dengan gaya arsitektur khas India.
Setelah dari wilayah Amer di
Jaipur, kota wisata lainnya adalah Jodhpur. Di kawasan ini, terdapat benteng
fenomenal lainnya yang dikenal dengan nama Benteng Mehrangarh. Di dalam sisi
benteng, terdapat istana indah dengan halaman yang luas dan dinding yang penuh
dengan ukiran bernilai seni tinggi. Keunikan Benteng Mehrangarh terekam dalam
beberapa adegan film box office The Dark Knight Rises yang dirilis pada tahun
2012.
Di Kota Ranakpur terdapat
pula tempat wisata yakni Kuil Jain Ranakpur menjadi destinasi terfavorit pula di
India berkat desainnya yang unik. Bagian bawah kuil ditopang oleh sekitar 1.444
tiang yang dihias dengan ukiran-ukiran indah. Tak ada satu tiangpun yang
memiliki ukiran sama. Daya tarik lainnya dari Kuil Jain di Ranakpur adalah
keberadaan patung-patung sakral yang saling berhadapan. Salah satu patung
paling istimewa di kuil ini berbentuk 108 kepala ular dengan beberapa ekor
buntut. Kepala dan badan patung ular dari marmer tersebut saling membelit
hingga sulit menemukan pasangan kepala ular dan ekornya.
Kemudian adapun tempat wisata
lainnya yakni Istana Udaipur di Kota Udaipur yang tampak semarak dan cemerlang
dengan berbagai kombinasi desain khas Rajahstan dan Mughal. Dari kota Udaipur,
Istana Udaipur membentuk pemandangan yang impresif karena terletak di atas
bukit. Di malam hari, Istana yang pernah menjadi lokasi syuting film James Bond
ini membentuk bayangan cantik berwarna keemasan yang terpantul di perairan
sungai. Kemudian yang terakhir adalah Kashmir, wilayah ini memiliki bukit dan
lembah yag begitu cantik dan sangat hijau dengan beraneka pepohonan disana.
Kashmir juga mendapatkan julukan sebagai surganya India.
Dengan adanya kota-kota
wisata di India, tentu saja terdapat pendamping wisata lain yang berupa
kuliner. Dalam karakteristik kulinernya, masakan India lebih banyak menggunakan
sayuran yang tumbuh di India dan yang palig utama adalah digunakannya
rempah-rempah sebagai bumbu utama dalam masakan. Seperti yang diketahui bahwa
India sendiri merupakan negara penghasil rempah-rempah. Sehingga banyak makanan
khas India cenderung berbahan dasar yang disesuaikan dengan kondisi alam,
demografis, dan agama. Apalagi dengan adanya interaksi budaya kuliner India
dengan Timur Tengah, Asia Tengah, dan Laut Tengah menyebabkan masakan India
menjadi unik yakni bercampurnya berbagai masakan Asia. Masakan India sendiri
memberikan pengaruh pada gaya kuliner negara lain terutama dikawasan Asia
Tenggara seperti Malaysia dan Indonesia dalam penggunaan rempah yang digunakan
sebagai bumbu masak.
Selain memiliki karakteristik
sebagai kota wisata, kota-kota di India juga memiliki kota yang dijadikan
sebagai pelabuhan. Kota pelabuhan di India diantaranya yang terbesar yakni Kota
Kalkuta dan Madras serta Mumbai. Kalkuta merupakan kota pelabuhan terbesar yang
juga menghasilkan goni dan tekstil. Dari Kalkuta ini juga dapat mengekspor
goni, teh, dan mika. Kota Kalkuta merupakan kota terkenal di India dengan
kepadatan dan sibuknya lalu lintas. Di Kota Kalkuta juga terdapat tempat wisata
dan Museum India. Di kota Mumbai sendiri selain sebagai kota pelabuhan juga
merupakan kota tempat dimana dihasilkan film-film India yang cukup terkenal.
Selain itu juga terdapat Museum Film India di Kota Mumbai ini.
Selain kota-kota India yang
memang terkenal akan kekhasan keagamaan, wisata, arsitektur, pelabuhan,
produksi, industri, kuliner adapun kota-kota di India yang memiliki kekhususan
dalam hal budayanya, meskipun perlu diketahui bahwa setiap kota-kota di India
memiliki karakteristiknya masing-masing dalam kebudayaan. Namun yang paling
kental yakni Mahenjo Daro dan Harappa yang tidak hanya terkenal dalam
arsitektur kuno yang indah, tetapi juga sebagai kota dengan budaya yang masih
sangat kental. Sebab di kota kuno inilah peradaban India dimulai, dibangun
sedemikian rpa oleh orang-orang dimasanya, dan berkembang baik hingga sekarang
ini. Tentu saja sebagai awal mula peradaban kota di India, dua wilayah ini
Mahenjo Daro dan Harappa memiliki kebudayaan yang tentu masih sangat kental
pada wilayah tersebut. Baik budaya bangunannya, kebudayaan masyarakat dan
kehidupan ekonominya.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Asal mula
peradaban India, berasal dari kebudayaan sungai India, mewakili dua kota
peninggalan kuno yang paling penting dan paling awal dalam peradaban sungai
India, yang sekarang letaknya di kota Mohenjodaro, propinsi Sindu Pakistan dan
kota Harappa dipropinsi Punjabi. Peradaban India Kuno dikenal sebagai peradaban
Harappa karena penggalian pertamanya di kota Harappa. Peradaban kuno tersebut
berada di tepi aliran dua sungai besar, yaitu Sungai Indus dan Sungai
Sarasvati. Lambat laun, Lembah Indus menjadi ramai dengan jumlah penduduk
diperkirakan mencapai 30 hingga 40 ribu orang. Pada 3000-an SM, bangsa Harappa
membangun kota-kota Zaman Perunggu di Sungai Indus (Pakistan modern).
Kota-kota di
India juga diartikan kota yang produktif dimana sebuah kota dapat melakukan
suatu kegiatan yang menghasilkan baik itu barang, karya, maupun produk-produk
trend lainnya sehingga nantinya akan memperoleh hasil produksi yang dapat
menjadi sumber pemasukan (anggaran). Pertanian di India menghasilkan berbagai
macam hasil yakni beras, tebu, kapas, maizena, dan rempah-rempah. Beras dan
rempah-rempah merupakan komoditas pertanian utama India. Pada dewasa ini,
pertanian India telah menggunakan teknologi maju, seperti dengan memanfaatkan
pupuk dan sistem irigasi yang baik. Dalam bidang industri yang dikembangkan di
India adalah perangkat lunak komputer dan telekomunikasi. Selain itu terdapat
pula kekhasan industri kota-kota di India yang paling banyak dan unggul yakni
industri filmnya. Seperti yang banyak orang ketahui mengenai Bollywood. Kota
yang sering digunakan dalam industri perfilman India adala Kota Mumbai. Kota-kota
di India juga terkenal degan wisatanya, yang terkenal seperti New Delhi,
Jodhpur, Kashmir , Agra, Amer, Ranakpur, dan Udaipur. Kota-kota ini memiliki
ikon-ikon wisata yang cukup terkenal bahkan salah satunya menjadi keajaiban di
dunia yakni Taj Mahal.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber
Buku :
Kartodirojo,
Sartono. 1977. Masyarakat Kuno dan
Kelompok-kelompok Sosial. Jakarta : Yayasan Obor Jakarta
Sumber
Internet:
(Diunduh pada 11 April
2014 20.00 WIB)
(Diunduh pada 10 April 2014 06.41 WIB)
(Diakses pada 10 April 2014 07.42 WIB)
(Diakses pada 10 April 2014 08.12 WIB)
Sumber
Jurnal:
Adelin
Kumurur, Veronica. Pembangunan Kota. Jurnal Online.
Konsep
dan Struktur Metropolitan. Jurnal Online
http://www.penataanruang.net/taru/nspm/buku/metropolitan/Bab2.pdf
Raziq_hasan.staff.gunadarma.ac.id/.../files/.../ARSITEKTUR+INDIA.pdf.
Jurnal Online.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar