BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu
tugas utama dan tugas pokok Guru sebagai pendidik profesional adalah
melaksanakan bimbingan bagi peserta didik. Oleh karena itu, agar seorang
guru dapat melaksanakan tugas membimbing
dengan benar perlu menguasai dasar ilmu bimbingan, memiliki sikap sebagai
seorang “pembimbing” dan memiliki keterampilan melaksanakan bimbingan. Sehingga
guru mata pelajaran tertentu tidak hanya mengajar materi tetapi juga harus bisa
melakukan suatu bimbingan terutama kepada peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar dan memiliki permaalah baik di lingkungan keluarga,
masyarakat bahkan dari pihak sekolah. Dengan adanya bimbingan yang diarahkan
kepada peserta didik yang mengalami permasalahan, peran guru sanatlah penting
yaitu dengan memberi nasehat atau solusi agar peserta didik mampu terarah ke
arah yang positif. Ditambah lagi jika permasalahan itu sedang dialami oleh
peserta didik yang berada dalam masa remaja dengan kondisi kejiwaan yang masih
bisa dikatakan labil atau sedang mencari jati diri. Dalam makalah ini akan
dibahas tentang peranan guru dalam layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Observasi dilakukan di MTs Negeri
2 Surakarta.
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar
belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut:
1.
Seperti apa Profil Sekolah MTs Negeri 2
Surakarta?
2.
Seperti apa wawancara antara Guru
Bimbingan dan Konseling dan Guru Sejarah MTs Negeri 2 Surakarta?
3. Bagaimana
Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah?
4. Bagaimana
Kolaborasi Guru Bimbingan dan Konseling dengan Guru Mata Pelajaran khususnya
Sejarah?
5.
Cara seperti apa dalam mengatasi peserta
didik yang bermasalah dan kaitannya dengan prestasi belajar?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Tujuan umum penelitian ini adalah
untuk memenuhi tugas Bimbingan dan Konseling tentang Peranan Guru dalam Layanan
Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
2. Tujuan Khusus penelitian ini adalah
untuk mengetahui tentang Profil Sekolah MTs Negeri 2 Surakarta,
mengetahui
wawancara antara Guru Bimbingan dan Konseling dan Guru Sejarah MTs Negeri 2
Surakarta, Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah, Kolaborasi Guru
Bimbingan dan Konseling dengan Guru Mata Pelajaran khususnya Sejarah,
Cara
mengatasi peserta didik yang bermasalah dan kaitannya dengan prestasi belajar.
D.
Metode
Penelitian
1. Teknik
Pengambilan Sampel
a. Penentuan
lokasi observasi dilakukan secara purposif (disengaja) dengan ketentuan sesuai
dengan kebutuhan.
2. Teknik
Pengumpulan Data
a. Wawancara,
mahasiswa mendatangi objek dan melakukan penelitian secara langsung dengan
wawancara kepada beberapa Guru Bimbingan dan Konseling dan Guru Sejarah, Orangtua
murid dan beberapa peserta didik.
b. Observasi,
dengan melakukan pengamatan secara langsung dan tidak langsung (melalui alat
komunikasi).
3. Jenis
dan Sumber
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam observasi terhadap Layanan Bimbingan
dan Konseling , yaitu :
a.
Data
primer : data yang diperoleh secara langsung dari responden dengan wawancara.
Contoh : dengan bertanya secara langsung kepada Guru maupun peserta didik.
E.
Waktu
dan Tempat Observasi
Hari/Tanggal : Selasa, 8 Oktober 2013
Tempat
: MTs Negeri 2 Surakarta
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Konsep
Dasar Bimbingan dan Konseling
Salah satu tugas utama dan tugas pokok Guru sebagai pendidik profesional
adalah melaksanakan bimbingan bagi peserta didik. Seorang Guru tidak hanya
mengajarkan mata pelajaran kepada peserta didiknya saja tetapi seorang Guru
harus mampu membimbing peserta didiknya juga. Oleh karena itu, agar seorang guru dapat melaksanakan tugas membimbing
dengan baik dan benar perlu menguasai dasar ilmu bimbingan, memiliki sikap
sebagai seorang “pembimbing” dan memiliki keterampilan melaksanakan bimbingan.
Bimbingan adalah proses
pemberian bantuan kepada individu agar ia dapat mandiri, dengan menggunakan
bahan berupa interaksi, saran, gagasan, dan asuhan, yang didasarkan atas
norma-norma yang berlaku”
Konseling individual adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui
wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang
sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien), yang bermuara pada teratasi
masalah yang sedang dihadapi klien”.
Sedangkan “konseling kelompok adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang konselor kepada beberapa klien
(individu-individu klien dalam kelompok) melalui teknik-teknik yang sesuai,
yang bermuara pada teratasi masalah yang sedang dihadapi oleh klien-klien tersebut. ”
Bimbingan dan konseling
merupakan salah satu komponen penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang sangat
penting dan dibutuhkan keberadaannya, khususnya untuk membantu peserta
didik dalam pengembangan pribadi,
kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir.
Bimbingan
dan konseling menempati bidang dan pelayanan pribadi dalam keseluruhan proses
dan kegiatan pendidikan. Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi dimaksudkan
agar peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri. Dalam
hubungan ini pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada siswa agar
siswa dapat menemukan pribadi, mengenali lingkungan dan merencanakan masa
depan. Jadi, bimbingan dalam rangka menemukan pribadi dimaksudkan agar peserta
didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerimanya secara
positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut.
B.
Faktor
Pentingnya Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Program Bimbingan dan Konseling
sangat perlu diterapkan dilingkungan sekolah. Adapun yang melatar belakangi
program tersebut yang meliputi :
1. Berdasarkan factor psikologis
Bimbingan
dan Konseling sangat perlu sekali karena pada dasarnya Bimbingan dan Konseling
dapat memberikan penjelasan kepada kita bahwa individu merupakan pribadi yang
unik dan setiap individu pasti tidak sama dan pasti memiliki perbedaan, serta
dapat memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang seiring
perkembangannya selalu berubah naik turun sesuai dengan tugas perkembangannya.
Serta dapat memberikan pemahaman tentang maslah-masalah psikologis sepertib : deliqiuency, infantilr, dan maladjustment.
2. Berdasarkan factor sosial-budaya
Individu
merupakan biopsikososiospiritual,
yang artinya bahwa individu makhluk biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Setiap anak sejak lahir tidak hanya mampu memenuhi tuntutan biologisnya, tetapi
juga tuntutan budaya dimana individu itu tinggal, tuntutan budaya itu dilakukan
agar segala dampak modernisasi dapat di filter oleh individu tersebut secara
otomatis, serta individu diharapkan dapat menyesuaikan tingkah lakunya sesuai
dengan budaya yang sudah ada, agar dapat diterima dengan baik oleh lingkungan
tersebut. Untuk mengembangkan semua kemampuan penyesuaian tersebut, sangat
diperlukan sebuah bimbingan.
3. Berdasarkan factor agama
Setiap
individu merupakan makhluk Tuhan yang pada dasarannya sama memiliki fitrah
sebagai khalifah dan hamba-Nya. Dalam kategori ini pun, sangat diperlukan
sekali bimbingan terhadap setiap tantangan dimensi spiritualitas individu ,
seperti ; dekadensi moral, budaya hedonistic dan penyakit hati. Bimbingan
dalam hal ini diperuntukan agar setiap tantangan kearah positif bukan malah
terjerumus kearah negative, sehingga kehidupan dapat dijalani sesuai dengan
kaidah-kaidah agama.
4. Berdasarkan factor pendidikan
Bimbingan
dan Konseling diperlukan untuk mengembangkan pendidikan yang bersifat meninggi,
meluas dan mendalam. Meninggi artinya membantu membimbing individu memilih
jenjang pendidikan yang lebih tepat, karena semakin bertambahnya kesempatan dan
kemungkinan untuk mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Serta sangat
diperlukan untuk membuat individu lebih mandiri dan berkembang secara optimal
dalam berbagai bimbingan,seperti bimbingan pribadi, sosial, belajar dan
bimbingan karir melalui berbagai jenis kegiatan bimbingan, sehingga pendidkan
dapat berjalan dengan lancer dengan adanya bimbingan dan konseling.
5. Berdasarkan factor IPTEK
Di
era ini perkembangan ilmu pengetahuan informasi dan teknologi sangat pesat.
Oleh karena itu, diperlukannya bimbingan dan konseling agar individu dapat
mengetahui dampak positif dan negatifnya dari perkembangan tersebut. Lewat Bimbingan
dan Konseling, individu diarahkankepada dampak positif dari IPTEK yng lebih
ditujukan pada penerapan teknologi yang harus dimiliki dan dikuasai karena
semakin kompleknya jenis-jenis dan syarat pekerjaan serta persaingan antar individu.
Tujuan umum dari
Bimbingan dan Konseling adalah untuk membantu individu memperkembangkan diri
secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan
bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti latar belakang
keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi ) serta sesuai dengan tuntutan
positif lingkungannya.
Dalam kaitan ini,
bimbingan dan konseling membantu individu untuk menjadi insan yang berguna
dalam kehidupan yang memiliki berbagai wawasan, pandangan, interpretasi,
pilihan, penyesuaian dan keterampilan yang tepat dan objektif, menerima diri
sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, maupun mengambil keputusan
secara tepat dan bijaksana, mengarahkan diri sendiri sesuai dengan keputusan
yang diambilnya itu, serta akhirnya mampu mewujudkan diri sendiri secara
optimal.
Adapun tujuan khusus
bimbingan dan konseling merupakan penjabaran tujuan umum tersebut yang dikaikan
secara langsing dari permaslahan yang
dialami oleh individu berbagai macam ragam jenis, intensitas, dan sangkut
pautnya, serta masing-masing bersifat unik.
Oleh karena itu, tujuan
khusus bimbingan dan konseling untuk masing-masing individu bersifat unik pula.
Tujuan bimbingan dan konseling untuk seorang individu berbeda dari (dan tidak
boleh disamakan dengan) tujuan bimbingan dan konseling untuk individu lainnya.
C.
Fungsi
Layanan Bimbingan dan Konseling
Fungsi
bimbingan dan konseling secara umum adalah sebagai fasilitator dan motivator
klien dalam upaya mengatasi dan mencegah problema kehidupan client dengan
kemampuan yang ada pada diri sendiri. Seperti yang telah dijelaskan tadi bahwa
bimbingan dan konseling bertujuan agar peserta didik dapat menemukan dirinya,
mengenal dirinya dan mampu merencanakan masa depannya.
Dalam hubungan ini
bimbingan dan konseling berfungsi sebagai pemberi layanan kepada peserta didik
agar masing-masing peserta didik dapat berkembang secara optimal sehingga
menjadi pribadi yang utuh dan mandiri oleh karena itu pelayanan bimbingan dan
konseling mengembangkan sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui kegiatan
bimbingan dan konseling. Fungsi-fungsi tersebut meliputi :
1.
Fungsi
pemahaman
Pemahaman tentang diri klien , permasalahannya
dan lingkungan
klien. Sehingga
konselor dapat memahami betul tentang masalah yang sedang dihadapi oeh klien
dan tercapai suatu penyelesaian karena factor pemahaman yang melibatkan masalah
klien dapat dimengerti dan diphami oleh konselor.
2.
Fungsi
pencegahan
a.
Menghindari timbulnya atau meningkatnya kondisi bermasalah pada diri klien. mengurangi dan
menurunkan faktor organik dan
stress.
b.
meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah, penilaian
positif terhadap diri sendiri, dan dukungan kelompok.
3.
Fungsi
pengentasan
Mengentaskan masalah yang dialami seseorang
sehingga masalah yang sedang dihadapi oleh seseorang dapat diselesaikan secara
tuntas dan penyelesaian diantara kedua belak pihak dapat berjalan dengan baik.
4.
Fungsi
pemeliharaan
Memelihara segala sesuatu yang baik yang ada pada diri
individu.
Begitupula dengan konselor yang harus mengerti benar tentang masalah yang
sedang dihadapi oleh klien , sehingga konselor dapat mengarahkan tingkah laku
klien kearah yang positif dan pemeliharan diantara pihak yang dilibatkan dapat
berjalan dengan baik.
5.
Fungsi
pengembangan
Mengusahakan agar hal-hal yang sudah baik bertambah baik,
kalau dapat lebih indah, lebih menyenangkan, memiliki nilai-nilai tambah daripada
sebelumnya.
BAB
III
HASIL
OBSERVASI LAPANGAN
A.
Profil
Sekolah MTs Negeri 2 Surakarta
Nama Sekolah
|
:
|
MTSN 2 SURAKARTA
|
|
|
NPSN
|
:
|
20364813
|
|
Alamat Sekolah
|
:
|
JALAN TRANSITO, SURONALAN, PAJANG,
LAWEYAN, SURAKARTA
|
|
Kode Pos
|
:
|
57146
|
|
Desa/Kelurahan
|
:
|
PAJANG
|
|
Kecamatan
|
:
|
KEC. LAWEYAN
|
|
Kabupaten/Kota
|
:
|
KOTA SURAKARTA
|
|
Propinsi
|
:
|
JAWA TENGAH
|
|
Status Sekolah
|
:
|
NEGERI
|
|
Tahun Pendirian
|
:
|
-
|
|
Waktu Penyelenggaraan
|
:
|
|
|
Jenjang Pendidikan
|
:
|
SMP
|
|
Mutu Pendidikan
|
:
|
|
|
Gugus Sekolah
|
:
|
|
|
Kurikulum
|
:
|
B.
Wawancara
Guru Bimbingan dan Konseling dan Guru Sejarah MTs Negeri 2 Surakarta
Dalam melakukan
pengamatan di MTs Negeri 2 Surakarta, kita melakukan wawancara dengan Guru
Bimbingan dan Konseling maupun Guru Sejarah untuk mengetahui peran dan
kolaborasi kedua guru dalam menagatasi masalah elajar anak yang pasti akan
berpengaruh pada prestasi anak.
1.
Guru
Bimbingan dan Konseling
Ø Ibu Sukamti
Ø Bapak Fatoni
Ø Bapak Sri Sugeng
Ø Ibu Suyamti
Hasil wawancara dengan guru Bimbingan
dan Konseling mengenai pelayanan BK disekolah dan peran serta BK dalam
mengarahkan dan menanamkan karakter pada anak. Pendekatan yang dilakukan Guru
BK :
Guru senantiasa
membangun suasana akrab dengan siswa di manapun dan kapanpun. Bimbingan
Konseling atau sering disebut sebagai BP dahulu sering kali menjadi momok atau
bahkan sesuatu yang dibenci oleh siswa karena lebih berfungsi sebagai
pengadilan siswa dari pada membimbing siswa. Jika ada siswa yang bermasalah
melanggar aturan sekolah maka langsung dipanggil guru BP untuk dilakukan
pembinaan yang cenderung ke arah penghakiman. Paradigma itu semestinya perlu
sedikit diubah yaitu bahwa Bimbingan Konseling tidak hanya mengurusi anak yang
bermasalah melanggar aturan sekolah namun juga harus bisa berfungsi sebagai
teman bagi siswa dan pelajar hingga bisa menjadi tempat curhat. Bimbingan
konseling semestinya bisa memberikan rasa nyaman kepada siswa dengan dapat
memberikan banyak solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi siswa baik stres
masalah pelajaran, keluarga, pertemanan dan lain sebagainya. Perubahan
paradigma ini diharapkan kenakalan maupun stress dikalangan siswa bisa
teratasi.
2.
Guru
IPS
Ø Endang Tri Purwanti
Ø Eny Mahmudah
Ø Suwarno
Ø Tri
Hasil wawancara dengan
salah satu guru IPS tentang peranan guru mata pelajaran dalam menangani
permasalah yang dihadpi oleh siswa dalam kaitannya dengan prestasi belajar.
Memang dalam suatu permasalah yang dialami seorang siswa akan langsung
diserahkan kepada guru Bimbingan dan Konseling yang notabene mengetahui tentang
kepribadian dan masalah siswa, tetapi hal itu tidak menutup kemungkinan bahwa
guru mata pelajaran juga bisa mengatasi dengan cara memperhatikan keseharian
anak dalam mengikuti pelajaran. Dalam hal ini guru kelas juga dapat memahami
tentang anak dikelas, seperti anak yang kreatif akan selalu bayak bertanya,
aktif dalam mengerjakan tugas baik ada gurunya maupun tidak sehingga dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa sedangkan anak yang kurang aktif dikelas
akan cenderung diam dan cuek jika ada guru yang sedang mengajar didepan kelas
maka tidak ada kompetisi untuk menjadi yang terbaik di kelas. Guru mata
pelajaran bisa melakukan pendekatan terhadap siswa yang dianggap memiliki
masalah dalam menerima pelajaran, dengan melakukan “introgasi” dapat diketahui
factor yang mempengaruhi seperti factor dari keluarga, lingkungan masyarakat
dimana anak itu tinggal, dan lingkungan sekolahan dengan teman sepergaulan.
Anak yang mengalami penyimpangan harus ada pendekatan khusus dengan guru yang
dianggap sudah seperti sehabat sendiri, sehingga anak lebih terbuka dan nyaman
bercerita. Pendekatan dilakukan dengan perlahan, dipncing agar anak mau
bercerita secara keseluruhan. Guru harus mengetahui apakah permasalahan yang
dihadapi anak sudah melampaui batas atau belum karena akan berpengaruh terhadap
hukuman yang akan diberikan. Untuk hukuman sendiri tidak dilakukan dengan fisik
tetapi dengan melakukan sholat dimasjid (sholat dhuha, sholat taubat, sholat
wajib berjamaah) karena seperti kita tahu bahwa sekolah ini berdasarkan pada
agama.
C.
Pelaksanaan
Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Kewajiban sekolah, selain mengajar mata pelajaran, juga
berusaha membentuk pribadi anak menjadi manusia yang berwatak baik. Mengajar
tidak sekedar transfer pengetahuan, tetapi lebih kepada usaha untuk membentuk
pribadi santun dan mampu berdiri sendiri. Sehingga jika terjadi suatu
permasalahan pada siswa, pendidik atau pihak sekolah juga turut memikirkannya,
berusaha mencarikan jalan keluar.
Dalam menghadapi anak tersebut peran BK sangatlah penting.
Sebagai sarana untuk mencari solusi, fungsi BK cukup efisien. Melalui
pendekatan personal, harapannya siswa dapat lebih terbuka dengan
pemasalahannya, sehingga pembimbing dapat memahami dan mendapat gambaran secara
jelas apa yang sedang dihadapi siswa. salah satu usaha dari pihak sekolah ialah
dengan program Bimbingan Konseling (BK). Kita mungkin pernah melihat atau
bahkan mengalami sendiri bagaimana rasanya dihukum karena melanggar peraturan.
Padahal menghukum bukanlah satu-satunya jalan untuk membuat siswa jera dalam melakukan
perbuatannya. Bisa jadi hal tersebut malah menjadikan anak lebih bengal dan
lebih susah ditangani. Sebab siswa remaja merupakan masa kondisi emosi yang
tidak stabil, mudah tersinggung dan mudah sekali marah. Oleh karena itu,
penanganannya harus hati - hati.
a. Siswa
yang mengalami kesulitan belajar
Untuk mengetahui
siswa yang mengalami kesulitan belajar di sekolah ini Guru melihat dari
nilai-nilai siswa. Jadi, sebagai patokannya adalah nilai. Siswa yang
mendapatkan peringkat bawah atau dengan
nilai-nilai yang tidak memuaskan, siswa tersebut dipanggil ke ruang BK kemudian siswa
diwawancarai mengenai apa yang
menyebabkan ia mendapatkan prestasi yang rendah. Selain itu Guru BK juga
memberikan arahan kepada siswa yang mengalami masalah tersebut, sebab siswa
yang mengalami kesulitan belajar perlu dibimbing lagi. Untuk mengetahui
perkembangan peserta didik di sekolah
ini Guru BK masuk kekelas setiap seminggu 1x 45 menit, sedangkan untuk praktek konseling Guru BK standby
diruang BK dari pukul 07.00 hingga pukul 14.00 WIB.
Tindakan yang
dilakukan pihak sekolah untuk menghadapi siswa yang mengalami kesulitan belajar
juga dapat dengan
mengetahui faktor - faktor penyebabnya, pembimbing sedikit tahu bagaimana
kondisi permasalahan siswa. Langkah selanjutnya ialah melalui pendekatan supaya
siswa mau menerima arahan dari pembimbing. Adapun jika siswa masih bersikap
tertutup, tidak mau menceritakan permasalahan mengapa ia membuat masalah, maka
pembimbing menggunakan cara lain yaitu menanyakan pada teman dekatnya. Begitu
semua informasi yang diperlukan telah diperoleh, pembimbing langsung mengambil
tindakan preventif dan pengobatan. Memberi nasehat dan arahan yang baik akan
lebih mengena dari pada membentak dan memarahinya. Oleh karena itu, tugas BK
selain memberi arahan pada siswa juga mengkondisikan lingkungan sekolahnya
sebaik mungkin supaya siswa merasa betah berada di sekolah. Selain itu
pembimbing juga selalu menjalin komunikasi dengan keluarga siswa ada
kesepakatan dalam usaha mengatasi masalah anak.
Terdapat beberapa
faktor yang menyebabkan siswa mendapatkan prestasi yang rendah, antara lain :
-
Faktor Keluarga
Di sekolah ini rata-rata orang tua
murid bermata pencaharian sebagai buruh yang jam kerjanya itu dari pagi hingga
sore sekali bahkan ada yang hingga malam hari. Oleh karena itu, kurangnya
perhatian dan pengawasan dari orang tua murid terhadap anaknya sendiri.
Sehingga anak-anak sering pulang telat, mereka pulang sekolah tidak langsung
pulang kerumahnya karena dirumah juga tidak ada orang. Jadi daripada pulang
kerumah tidak ada orang, siswa tersebut lebih memilih main diluar. Banyak siswa
yang pulang dari sekolah langsung nongkrong bersama teman-temannya, anak- anak
tersebut biasanya nongkrong di tugu lilin daerah dekat sekolahannya ini.
Siswa-siswa itulah yang biasanya mendapatkan nilai prestasi yang rendah.
-
Kurangnya Kepercayaan Diri
Kurang
percaya diri merupakan faktor utama penghalang kesuksesan. Kurangnya percaya
diri dapat mematikan kreatifitas siswa. Meskipun begitu banyak ide dan
kecerdasan yang dimiliki siswa, tetapi jika tidak berani atau merasa tidak
mampu untuk melakukannya sama saja percuma. Perasaan diri tidak mampu dan takut
akan selalu gagal membuat siswa tidak percaya diri dengan segala yang
dilakukannya. Ia tidak ingin malu, merasa tidak berharga, serta dicemooh
sebagai akibat dari kegagalan tersebut. Perasaan rendah diri tidak selalu
muncul pada setiap mata pelajaran. Terkadang ia merasa tidak mampu dengan mata
pelajaran tertentu, tetapi ia mampu pada mata pelajaran yang lain. Pada mata
pelajaran yang ia tidak suka, ia cenderung berusaha untuk menghindarinya,
sehingga ia akan pilih-pilih jika akan masuk sekolah. Sementara itu siswa tidak
menyadari bahwa dengan tidak masuk sekolah justru membuat dirinya ketinggalan
materi pelajaran. Melarikan diri dari masalah malah akan menambah masalah
tersebut.
-
Faktor
Personal
Faktor
personal misalnya terkait dengan menurunnya motivasi atau hilangnya minat
akademik siswa, kondisi ketinggalan pelajaran, atau karena kenakalan remaja.
b. Siswa
yang berprestasi
Untuk siswa yang berprestasi baik
dan unggul, agar bakat dan kemampuan siswa tersalurkan, siswa tersebut sering
diikutkan lomba. Banyak siswa yang sering mengikuti lomba dan memenangkannya.
Lomba-lomba yang pernah dimenangkan siswa MTs 2 Surakarta ini, antara lain ;
matematika, futsal, PMR, dan tilawah.
Solusi menghadapi siswa bermasalah :
1.
Guru
melakukan pendekatan persuasif dan edukatif kepada siswa, memposisikan siswa
sebagai teman bicara dan bukan sebagai terdakwa.
2.
Guru
memberikan teladan yang baik kepada siswa, jangan sampai siswa terlambat
dihukum sedangkan guru yang sering terlambat dibiarkan saja.
3.
Guru
selalu berkreasi, berinovasi agar suasana kelas tercipta ceria menyenangkan dan
hidup.
4.
Guru
hendaknya merefleksi dan mengevaluasi diri apakah siswa dapat menerima dan
memahami yang telah diajarkan guru.
5.
Guru
harus memberikan penilaian kepada siswa dengan adil, transparan, jujur dan
tidak merekayasa.
Penanaman karakter
Untuk penanaman karakter, di sekolah ini
Guru menjadi contoh sehingga apa yang dilakukan guru akan ditiru oleh peserta
didik karena pada masa ini menjadi masa yang rentan bagi anak untuk melakukan
hal-hal yang negative, maka peran serta guru sangatlah penting dalam membentuk
karakter anak.
D.
Kolaborasi
Guru Bimbingan dan Konseling dengan Guru Mata Pelajaran khususnya Sejarah
Kerja
sama antara guru sejarah dengan guru Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi
masalah peserta didik baik dalam masalah belajar maupun masalah pribadi peseta
didik itu sendiri di MTs N 2 Surakarta. Dari wawancara yang kami lakukan pada
guru sejarah yang mengajar pada MTs N 2 Surakarta, beliau mengatakan bahwa
setiap siswa memiliki masalah atau kesulitannya sendiri-sendiri dari setiap
mata pelajaran, untuk pelajaran IPS terpadu khususnya sejarah langkah yang di
ambil dari beliau adalah dengan pendekatan secara halus, seandainya masalah
yang di alami peserta didik masih bisa di tangani sendiri oleh beliau,
seandainya masalahnya sudah mengacu pada kenakalan remaja maka guru mata
pelajaran dan guru Bimbingan dan Konseling akan berkerja sama untuk mencoba
membantu, atau menyelesaikan masalah peserta didik, atau paling tidak memberi
saran atau motifasi bagi peserta didik.
Akan
tetapi guru sejarah juga bisa saja hanya membiarkan peserta didik yang selalu
melanggar peraturan , kalau sudah seperti itu biasanya guru Bimbingan dan
Konseling yang mengambil alih peserta didik ini, dengan memberi peringatan
sampai pada hukuman.
E.
Cara
mengatasi peserta didik yang bermasalah dan kaitannya dengan prestasi belajar
Cara mengatasi peserta didik yang
bermasalah dan kaitannya dengan prestasi belajar.
1.
Perhatian guru (teacher's attention)
Ø Terkadang
peserta didik berperilaku nyentrik atau menyimpang oleh karena ia ingin
mendapat perhatian dari gurunya, jadi seorang pendidik memandang perilaku peserta
didik yang aneh-aneh tersebut sebagai tindakan yang normal dan wajar.
Ø Berikan
perhatian kepada peserta didik yang mengerjakan tugas atau berperilaku baik
dengan cara memberikan hadiah atau pujian yang tulus, sedangkan bila
berperilaku sebaliknya abaikan atau pura-pura tidak memperhatikan peserta didik
yang melakukan perbuatan tersebut.
Ø Bila
dengan cara mengabaikan peserta didik masih belum (kurang) berhasil, maka
lakukan "time-out" atau “Punishment”, yaitu dengan ganjaran atau
hukuman yang sifatnya edukatif dan menimbulkan efek jera seperti ; memberikan
sanksi menulis, merangkum, atau sanksi-sanksi lain yang memiliki dasar untuk
mendidik.
2.
Perhatian siswa (peers' attention)
Ø Dorongan,
dukungan, dan motivasi dari rekan-rekannya dapat membuat peserta didik
berperilaku menyimpang, perilaku tersebut bisa muncul dikarenakan fantasi,
impian, atau imajinasi yang tidak logis dari pemikiran peserta didik, perbuatan
tersebut janganlah diabaikan dan dibiarkan karena akan dapat mempengaruhi pola
pikir peserta didik lainnya.
Ø Setidaknya
ada dua cara dalam menghadapi peserta didik yang berperilaku aneh-aneh karena
dukungan dari rekannya, yakni dengan memindahkan posisi atau tempat duduk
peserta didik tersebut dari yang lainnya, sedangkan yang kedua adalah dengan
menerapkan strategi "group contigencies" yaitu dengan cara menawarkan
atau memberikan hadiah dan keuntungan (reward) yang dapat dimanfaatkan oleh
seluruh kelas berdasarkan sikap atau perilaku peserta didik yang diinginkan
oleh guru. Bila ada seorang peserta didik saja melakukan kekeliruan maka
dampaknya seluruh kelas tidak akan memperoleh hadiah tersebut. Misalnya,
seluruh siswa akan memperoleh tambahan waktu istirahat 5 menit apabila tidak
ada seorang siswa pun yang berbuat kesalahan di dalam kelas.
3.
Menghindari situasi tidak menyenangkan
Ø Peserta
didik yang merasa bosan, jenuh, lelah di dalam kelas dapat mendorongnya
berperilaku menyimpang, hal tersebut sangat wajar dan guru wajib menanggapi hal
tersebut dengan normal dan tidak berprasangka terhadap peserta didik.
Ø Cara
mengatasi masalah ini diantaranya memperbaiki strategi pembelajaran di kelas,
misalnya dengan menggunakan metode belajar bersama (cooperative learning) yang
membuat peserta didik terlibat secara aktif, langsung, dan dinamis dalam
belajar. Misalnya, diskusi kelompok, pemecahan masalah, dan masih banyak yang
lainnya.
Ø Gunakan
pula penghargaan dan atau hadiah-hadiah ringan misalnya dengan memberikan
pujian dan sanjungan bagi peserta didik yang melakukan atau menanggapi tugas
dengan baik. Akan tetapi cara ini kurang efektif bila diterapkan bagi peserta
didik yang tingkat pencapaian tugasnya rendah (low-achieving student), pada
kasus ini guru perlu memberikan bimbingan belajar yang khusus.
4.
Tidak Tergesa- gesa Marah
Ø Perilaku
siswa bermacam-macam dan tidak jarang bisa sangat menjengkelkan sehingga
beberapa guru mengatakan” kami harus bagaimana lagi berbagai cara sudah kami
lakukan ya sudah akhirnya kami pukul ...guru kan juga manusia..!”.Padahal
dibalik ulah siswa yang bermasalah itu ada berbagai latar belakang... Bisa jadi
latar belakangnya adalah permasalahan pribadi yang dihadapi siswa itu
sendiri,bisa jadi munculnya masalah karena mereka merespon anda sebagai guru
yang dianggap mendatangkan masalah baginya dsb. Intinya jangan tergesa gesa
marah.
Ø Guru
bersangkutan harus menyadari menghadapi beragam perilaku siswa termasuk siswa
bermasalah adalah tantang bagi kompetensi kepribadian guru,justru lantaran
itulah keberadaan guru dibutuhkan bukankah pembelajaran adalah menumbuhkan perubahan perilaku kearah kebaikan dan
kemajuan.
Ø Dengan
sikap tidak tergesa gesa marah itulah anda sebagai guru dapat melihat sisi lain
dari perilaku siswa yang bermasalah itu. Dal hal ini guru harus mampu put your
self in the other shoes artinya menepatkan diri
dari sisi siswa dengan latar belakang
permasalahan yang dihadapinya. Kalau seandainya anda jadi dia.
Ø Guru
harus tahu apakah permasalahan siswanya
adalah masalah psikologis atau neurotik yang memang membutuhkan bantuan tenaga
ahli . Maka dari itu guru tidak boleh tergesa gesa marah agar dapat mengenali
gangguan perilaku akibat masalah yang dihadapi siswa.
5.
Hasrat dan Minat Membantu Kesulitan
Siswa.
Ø Dalam
mengatasi permasalahan siswa guru bersangkutan harus memiliki hasrat yang
kuat untuk membantu memecahkan
persoalan yang dihadapi siswa sekaligus
,memiliki minat untuk mempelajari jalan
keluarnya. Disinilah peran rasa empati guru dibutuhkan dikarenakan rasa empati
guru dapat meningkatkan perasaan peka
terhadap realitas yang dihadapi siswanya
(to be sensitive the reality ) sekaligus berpikir jalan keluarnya,sense to
goal.
Ø Rasa
empati ini amat penting bagi guru agar dapat menyusun rencana pembelajaran
berbasis kebutuhan belajar siswa. Dengan adanya rasa empati guru bersangkutan
dapat mengenali ,memberikan jalan keluar atas permasalahan yang dihadapi siswa
sekaligus dapat mengelola konflik perasaan yang dihadapi guru bersangkutan.
Guru yang memiliki rasa empati atas permasalahan yang dihadapi siswa biasanya
lebih dihargai siswanya karena dianggap
yang paling mengerti persoalan diri peserta didik.
6.
Miliki Strategi Pembelajaran Berbasis
Permasalahan Siswa.
Ø Menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran atau merencanakan strategi pengelolaan kelas
bukan sekedar rutinitas administrasi saja melainkan juga kemampuan guru
berpikir imajinasi tentang situasi kelas yang bakal dihadapinya. Kemampuan guru
dalam memvisualisasikan platform pembelajarannya semestinya sudah mencakup
situasi real yang dihadapi siswa di dalam kelas. Harus mampu menjawab tantangan
kesulitan yang bakal dihadapinya termasuk solusi efektivitas pembelajaran.
Ø Memang
menyusun rencana /strategi pembelajaran tidak serta merta dapat langsung menyelesaikan masalah namun
setidaknya guru bersangkutan memiliki rencana tindakan strategis atas situasi
“perang ‘ yang bakal dihadapinya. Dalam hal mengatasi permasalahan siswa atas
siswa bermasalah harus dilakukan secara bertahap.Tidak boleh tergesa gesa
,termasuk memang harus berkonsultasi dengan berbagai pihak seperti dengan
guru/wali kelas sebelumnya, kepala sekolah, orang tua
siswa, pengawas sekolah dan para ahli (
psikolog /psikiater).
Tugas guru di masa
depan memang tidak mudah, namun jika guru memiliki hasrat belajar yang kuat
semua persoalan bisa diatasi. Termasuk belajar menghadapi tantangan permasalahan siswa dan siswa bermasalah.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Dari observasi yang dilakukan di MTs Negeri 2
Surakarta kita dapat mengambil kesimpulan bahwa peran serta guru dalam
melakukan pendidikan tidak hanya terfokus pada satu tujuan yaitu mendidik di
kelas, tetapi peranan guru lainnya adalah membantu siswa dalam mengatasi
masalah pribadi yang akan mempengaruhi prestasi peserta didik. Guru Bimbingan
dan Konseling yang notabene mengerti tentang kepribadian seorang anak harus
melakukan tindakan-tindakan seperti mengerti kondisi anak dalam menerima mata
pelajaran yang dirasa suit, maka guru Bimbingan dan Konseling dapat
berkolaborasi dengan guru mata pelajaran , khusus dalam hal ini adalah guru IPS
yaitu Sejarah. Banyak siswa yang masih kesulitan dalam memahami sejarah karena
mindset siswa masih terpacu paa hafalan, sehingga peran kedua guru sangatlah
penting yaitu dengan member solusi agar siswa tidak lagi mengalami kesulitan
dalam menghadapi mata pelajaran.
B.
Saran
Sebagai calon pendidik
yang professional kita harus mengerti tentang konsep Bimbingan dan Konseling
agar kita bisa mengatasi permasalahan yang sedang dialami oleh peserta didik.
Kita tidak hanya terpacu untuk mengajar dan mendidik di kelas, tetapi kita juga
harus mengerti keadaan peserta didik dalam menerima pelajaran sehingga prestasi
dan hubungan dengan guru dapat berjalan dengan baik. Guru mata pelajaran harus
berkolaborasi dengan guru Bimbingan dan Konseling agar terjadi suatu sinergi
bisa mewujudkan peserta didik yang dapat menunjang prestasi belajarnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Sumber
Buku :
Rubiyanto, Rubino, dkk. 2008. Bimbingan Konseling. Surakarta : BP-FKIP UMS
Sukadji, Soetarlinah. 2000. Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah .Depok: Lembaga
Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi. Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia
Wawancara
:
-
Guru Bimbingan Konseling
-
Guru IPS
-
Peserta Didik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar