Senin, 23 Juni 2014

Kolaborasi Antara Guru Bimbingan dan Konseling Dengan Guru Sejarah Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Salah satu tugas utama dan tugas pokok Guru sebagai pendidik profesional adalah melaksanakan bimbingan bagi peserta didik. Oleh karena itu, agar seorang guru dapat  melaksanakan tugas membimbing dengan benar perlu menguasai dasar ilmu bimbingan, memiliki sikap sebagai seorang “pembimbing” dan memiliki keterampilan melaksanakan bimbingan. Sehingga guru mata pelajaran tertentu tidak hanya mengajar materi tetapi juga harus bisa melakukan suatu bimbingan terutama kepada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dan memiliki permaalah baik di lingkungan keluarga, masyarakat bahkan dari pihak sekolah. Dengan adanya bimbingan yang diarahkan kepada peserta didik yang mengalami permasalahan, peran guru sanatlah penting yaitu dengan memberi nasehat atau solusi agar peserta didik mampu terarah ke arah yang positif. Ditambah lagi jika permasalahan itu sedang dialami oleh peserta didik yang berada dalam masa remaja dengan kondisi kejiwaan yang masih bisa dikatakan labil atau sedang mencari jati diri. Dalam makalah ini akan dibahas tentang peranan guru dalam layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Observasi dilakukan di MTs Negeri 2 Surakarta.

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Seperti apa Profil Sekolah MTs Negeri 2 Surakarta?
2.      Seperti apa wawancara antara Guru Bimbingan dan Konseling dan Guru Sejarah MTs Negeri 2 Surakarta?
3.      Bagaimana Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah?
4.      Bagaimana Kolaborasi Guru Bimbingan dan Konseling dengan Guru Mata Pelajaran khususnya Sejarah?
5.      Cara seperti apa dalam mengatasi peserta didik yang bermasalah dan kaitannya dengan prestasi belajar?

C.    Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1.      Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memenuhi tugas Bimbingan dan Konseling tentang Peranan Guru dalam Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
2.      Tujuan Khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang Profil Sekolah MTs Negeri 2 Surakarta, mengetahui wawancara antara Guru Bimbingan dan Konseling dan Guru Sejarah MTs Negeri 2 Surakarta, Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Kolaborasi Guru Bimbingan dan Konseling dengan Guru Mata Pelajaran khususnya Sejarah, Cara mengatasi peserta didik yang bermasalah dan kaitannya dengan prestasi belajar.

D.    Metode Penelitian
1.      Teknik Pengambilan Sampel
a.       Penentuan lokasi observasi dilakukan secara purposif (disengaja) dengan ketentuan sesuai dengan kebutuhan.
2.      Teknik Pengumpulan Data
a.       Wawancara, mahasiswa mendatangi objek dan melakukan penelitian secara langsung dengan wawancara kepada beberapa Guru Bimbingan dan Konseling dan Guru Sejarah, Orangtua murid dan beberapa peserta didik.
b.      Observasi, dengan melakukan pengamatan secara langsung dan tidak langsung (melalui alat komunikasi).


3.      Jenis dan Sumber
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam observasi terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling , yaitu :
a.       Data primer : data yang diperoleh secara langsung dari responden dengan wawancara. Contoh : dengan bertanya secara langsung kepada Guru maupun peserta didik.
E.     Waktu dan Tempat Observasi
Hari/Tanggal   : Selasa, 8 Oktober 2013
Tempat            : MTs Negeri 2 Surakarta


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling
Salah satu tugas utama dan tugas pokok Guru sebagai pendidik profesional adalah melaksanakan bimbingan bagi peserta didik. Seorang Guru tidak hanya mengajarkan mata pelajaran kepada peserta didiknya saja tetapi seorang Guru harus mampu membimbing peserta didiknya juga. Oleh karena itu, agar seorang guru dapat melaksanakan tugas membimbing dengan baik dan benar perlu menguasai dasar ilmu bimbingan, memiliki sikap sebagai seorang “pembimbing” dan memiliki keterampilan melaksanakan bimbingan.
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar ia dapat mandiri, dengan menggunakan bahan berupa interaksi, saran, gagasan, dan asuhan, yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku
Konseling individual adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien), yang bermuara pada teratasi masalah yang sedang dihadapi klien”. Sedangkan konseling kelompok adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang konselor kepada beberapa klien (individu-individu klien dalam kelompok) melalui teknik-teknik yang sesuai, yang bermuara pada teratasi masalah yang sedang dihadapi oleh klien-klien tersebut.
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang sangat penting dan dibutuhkan keberadaannya, khususnya untuk membantu peserta didik  dalam pengembangan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir.
Bimbingan dan konseling menempati bidang dan pelayanan pribadi dalam keseluruhan proses dan kegiatan pendidikan. Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi dimaksudkan agar peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri. Dalam hubungan ini pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada siswa agar siswa dapat menemukan pribadi, mengenali lingkungan dan merencanakan masa depan. Jadi, bimbingan dalam rangka menemukan pribadi dimaksudkan agar peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut.

B.     Faktor Pentingnya Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Program Bimbingan dan Konseling sangat perlu diterapkan dilingkungan sekolah. Adapun yang melatar belakangi program tersebut yang meliputi :
1.      Berdasarkan factor  psikologis
Bimbingan dan Konseling sangat perlu sekali karena pada dasarnya Bimbingan dan Konseling dapat memberikan penjelasan kepada kita bahwa individu merupakan pribadi yang unik dan setiap individu pasti tidak sama dan pasti memiliki perbedaan, serta dapat memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang seiring perkembangannya selalu berubah naik turun sesuai dengan tugas perkembangannya. Serta dapat memberikan pemahaman tentang maslah-masalah psikologis sepertib : deliqiuency, infantilr, dan maladjustment.          
2.      Berdasarkan factor sosial-budaya
Individu merupakan biopsikososiospiritual, yang artinya bahwa individu makhluk biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Setiap anak sejak lahir tidak hanya mampu memenuhi tuntutan biologisnya, tetapi juga tuntutan budaya dimana individu itu tinggal, tuntutan budaya itu dilakukan agar segala dampak modernisasi dapat di filter oleh individu tersebut secara otomatis, serta individu diharapkan dapat menyesuaikan tingkah lakunya sesuai dengan budaya yang sudah ada, agar dapat diterima dengan baik oleh lingkungan tersebut. Untuk mengembangkan semua kemampuan penyesuaian tersebut, sangat diperlukan sebuah bimbingan.
3.      Berdasarkan factor agama
Setiap individu merupakan makhluk Tuhan yang pada dasarannya sama memiliki fitrah sebagai khalifah dan hamba-Nya. Dalam kategori ini pun, sangat diperlukan sekali bimbingan terhadap setiap tantangan dimensi spiritualitas individu , seperti ; dekadensi moral, budaya hedonistic dan penyakit hati. Bimbingan dalam hal ini diperuntukan agar setiap tantangan kearah positif bukan malah terjerumus kearah negative, sehingga kehidupan dapat dijalani sesuai dengan kaidah-kaidah agama.
4.      Berdasarkan factor pendidikan
Bimbingan dan Konseling diperlukan untuk mengembangkan pendidikan yang bersifat meninggi, meluas dan mendalam. Meninggi artinya membantu membimbing individu memilih jenjang pendidikan yang lebih tepat, karena semakin bertambahnya kesempatan dan kemungkinan untuk mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Serta sangat diperlukan untuk membuat individu lebih mandiri dan berkembang secara optimal dalam berbagai bimbingan,seperti bimbingan pribadi, sosial, belajar dan bimbingan karir melalui berbagai jenis kegiatan bimbingan, sehingga pendidkan dapat berjalan dengan lancer dengan adanya bimbingan dan konseling.
5.      Berdasarkan factor IPTEK
Di era ini perkembangan ilmu pengetahuan informasi dan teknologi sangat pesat. Oleh karena itu, diperlukannya bimbingan dan konseling agar individu dapat mengetahui dampak positif dan negatifnya dari perkembangan tersebut. Lewat Bimbingan dan Konseling, individu diarahkankepada dampak positif dari IPTEK yng lebih ditujukan pada penerapan teknologi yang harus dimiliki dan dikuasai karena semakin kompleknya jenis-jenis dan syarat pekerjaan serta persaingan antar  individu.
Tujuan umum dari Bimbingan dan Konseling adalah untuk membantu individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti latar belakang keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi ) serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya.
Dalam kaitan ini, bimbingan dan konseling membantu individu untuk menjadi insan yang berguna dalam kehidupan yang memiliki berbagai wawasan, pandangan, interpretasi, pilihan, penyesuaian dan keterampilan yang tepat dan objektif, menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, maupun mengambil keputusan secara tepat dan bijaksana, mengarahkan diri sendiri sesuai dengan keputusan yang diambilnya itu, serta akhirnya mampu mewujudkan diri sendiri secara optimal.
Adapun tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran tujuan umum tersebut yang dikaikan secara langsing  dari permaslahan yang dialami oleh individu berbagai macam ragam jenis, intensitas, dan sangkut pautnya, serta masing-masing bersifat unik.
Oleh karena itu, tujuan khusus bimbingan dan konseling untuk masing-masing individu bersifat unik pula. Tujuan bimbingan dan konseling untuk seorang individu berbeda dari (dan tidak boleh disamakan dengan) tujuan bimbingan dan konseling untuk individu lainnya.

C.    Fungsi Layanan Bimbingan dan Konseling
Fungsi bimbingan dan konseling secara umum adalah sebagai fasilitator dan motivator klien dalam upaya mengatasi dan mencegah problema kehidupan client dengan kemampuan yang ada pada diri sendiri. Seperti yang telah dijelaskan tadi bahwa bimbingan dan konseling bertujuan agar peserta didik dapat menemukan dirinya, mengenal dirinya dan mampu merencanakan masa depannya.
Dalam hubungan ini bimbingan dan konseling berfungsi sebagai pemberi layanan kepada peserta didik agar masing-masing peserta didik dapat berkembang secara optimal sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling mengembangkan sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui kegiatan bimbingan dan konseling. Fungsi-fungsi tersebut meliputi :
1.      Fungsi pemahaman      
Pemahaman tentang diri klien , permasalahannya dan lingkungan klien. Sehingga konselor dapat memahami betul tentang masalah yang sedang dihadapi oeh klien dan tercapai suatu penyelesaian karena factor pemahaman yang melibatkan masalah klien dapat dimengerti dan diphami oleh konselor.
2.      Fungsi pencegahan    
a.       Menghindari timbulnya atau meningkatnya kondisi bermasalah pada diri klien. mengurangi  dan   menurunkan  faktor organik dan stress.
b.      meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, penilaian  positif terhadap diri sendiri, dan dukungan kelompok.
3.      Fungsi pengentasan
Mengentaskan masalah yang dialami seseorang sehingga masalah yang sedang dihadapi oleh seseorang dapat diselesaikan secara tuntas dan penyelesaian diantara kedua belak pihak dapat berjalan dengan baik.
4.      Fungsi pemeliharaan
Memelihara segala sesuatu yang baik yang ada pada diri individu. Begitupula dengan konselor yang harus mengerti benar tentang masalah yang sedang dihadapi oleh klien , sehingga konselor dapat mengarahkan tingkah laku klien kearah yang positif dan pemeliharan diantara pihak yang dilibatkan dapat berjalan dengan baik.
5.      Fungsi pengembangan
Mengusahakan agar hal-hal yang sudah baik bertambah baik, kalau dapat lebih indah, lebih menyenangkan, memiliki nilai-nilai tambah daripada sebelumnya.


BAB III
HASIL OBSERVASI LAPANGAN

A.    Profil Sekolah MTs Negeri 2 Surakarta

Nama Sekolah
:
MTSN 2 SURAKARTA

NPSN
:
20364813

Alamat Sekolah
:
JALAN TRANSITO, SURONALAN, PAJANG, LAWEYAN, SURAKARTA

Kode Pos
:
57146

Desa/Kelurahan
:
PAJANG

Kecamatan
:
KEC. LAWEYAN

Kabupaten/Kota
:
KOTA SURAKARTA

Propinsi
:
JAWA TENGAH

Status Sekolah
:
NEGERI

Tahun Pendirian
:
-

Waktu Penyelenggaraan
:

Jenjang Pendidikan
:
SMP

Mutu Pendidikan
:

Gugus Sekolah
:

Kurikulum
:

B.     Wawancara Guru Bimbingan dan Konseling dan Guru Sejarah  MTs Negeri 2 Surakarta
Dalam melakukan pengamatan di MTs Negeri 2 Surakarta, kita melakukan wawancara dengan Guru Bimbingan dan Konseling maupun Guru Sejarah untuk mengetahui peran dan kolaborasi kedua guru dalam menagatasi masalah elajar anak yang pasti akan berpengaruh pada prestasi anak.
1.      Guru Bimbingan dan Konseling
Ø  Ibu Sukamti
Ø  Bapak Fatoni
Ø  Bapak Sri Sugeng
Ø  Ibu Suyamti
Hasil wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling mengenai pelayanan BK disekolah dan peran serta BK dalam mengarahkan dan menanamkan karakter pada anak. Pendekatan yang dilakukan Guru BK :
Guru senantiasa membangun suasana akrab dengan siswa di manapun dan kapanpun. Bimbingan Konseling atau sering disebut sebagai BP dahulu sering kali menjadi momok atau bahkan sesuatu yang dibenci oleh siswa karena lebih berfungsi sebagai pengadilan siswa dari pada membimbing siswa. Jika ada siswa yang bermasalah melanggar aturan sekolah maka langsung dipanggil guru BP untuk dilakukan pembinaan yang cenderung ke arah penghakiman. Paradigma itu semestinya perlu sedikit diubah yaitu bahwa Bimbingan Konseling tidak hanya mengurusi anak yang bermasalah melanggar aturan sekolah namun juga harus bisa berfungsi sebagai teman bagi siswa dan pelajar hingga bisa menjadi tempat curhat. Bimbingan konseling semestinya bisa memberikan rasa nyaman kepada siswa dengan dapat memberikan banyak solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi siswa baik stres masalah pelajaran, keluarga, pertemanan dan lain sebagainya. Perubahan paradigma ini diharapkan kenakalan maupun stress dikalangan siswa bisa teratasi.
2.      Guru IPS
Ø  Endang Tri Purwanti
Ø  Eny Mahmudah
Ø  Suwarno
Ø  Tri
Hasil wawancara dengan salah satu guru IPS tentang peranan guru mata pelajaran dalam menangani permasalah yang dihadpi oleh siswa dalam kaitannya dengan prestasi belajar. Memang dalam suatu permasalah yang dialami seorang siswa akan langsung diserahkan kepada guru Bimbingan dan Konseling yang notabene mengetahui tentang kepribadian dan masalah siswa, tetapi hal itu tidak menutup kemungkinan bahwa guru mata pelajaran juga bisa mengatasi dengan cara memperhatikan keseharian anak dalam mengikuti pelajaran. Dalam hal ini guru kelas juga dapat memahami tentang anak dikelas, seperti anak yang kreatif akan selalu bayak bertanya, aktif dalam mengerjakan tugas baik ada gurunya maupun tidak sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa sedangkan anak yang kurang aktif dikelas akan cenderung diam dan cuek jika ada guru yang sedang mengajar didepan kelas maka tidak ada kompetisi untuk menjadi yang terbaik di kelas. Guru mata pelajaran bisa melakukan pendekatan terhadap siswa yang dianggap memiliki masalah dalam menerima pelajaran, dengan melakukan “introgasi” dapat diketahui factor yang mempengaruhi seperti factor dari keluarga, lingkungan masyarakat dimana anak itu tinggal, dan lingkungan sekolahan dengan teman sepergaulan. Anak yang mengalami penyimpangan harus ada pendekatan khusus dengan guru yang dianggap sudah seperti sehabat sendiri, sehingga anak lebih terbuka dan nyaman bercerita. Pendekatan dilakukan dengan perlahan, dipncing agar anak mau bercerita secara keseluruhan. Guru harus mengetahui apakah permasalahan yang dihadapi anak sudah melampaui batas atau belum karena akan berpengaruh terhadap hukuman yang akan diberikan. Untuk hukuman sendiri tidak dilakukan dengan fisik tetapi dengan melakukan sholat dimasjid (sholat dhuha, sholat taubat, sholat wajib berjamaah) karena seperti kita tahu bahwa sekolah ini berdasarkan pada agama.

C.    Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Kewajiban sekolah, selain mengajar mata pelajaran, juga berusaha membentuk pribadi anak menjadi manusia yang berwatak baik. Mengajar tidak sekedar transfer pengetahuan, tetapi lebih kepada usaha untuk membentuk pribadi santun dan mampu berdiri sendiri. Sehingga jika terjadi suatu permasalahan pada siswa, pendidik atau pihak sekolah juga turut memikirkannya, berusaha mencarikan jalan keluar.
Dalam menghadapi anak tersebut peran BK sangatlah penting. Sebagai sarana untuk mencari solusi, fungsi BK cukup efisien. Melalui pendekatan personal, harapannya siswa dapat lebih terbuka dengan pemasalahannya, sehingga pembimbing dapat memahami dan mendapat gambaran secara jelas apa yang sedang dihadapi siswa. salah satu usaha dari pihak sekolah ialah dengan program Bimbingan Konseling (BK). Kita mungkin pernah melihat atau bahkan mengalami sendiri bagaimana rasanya dihukum karena melanggar peraturan. Padahal menghukum bukanlah satu-satunya jalan untuk membuat siswa jera dalam melakukan perbuatannya. Bisa jadi hal tersebut malah menjadikan anak lebih bengal dan lebih susah ditangani. Sebab siswa remaja merupakan masa kondisi emosi yang tidak stabil, mudah tersinggung dan mudah sekali marah. Oleh karena itu, penanganannya harus hati - hati.
a.       Siswa yang mengalami kesulitan belajar
Untuk mengetahui siswa yang mengalami kesulitan belajar di sekolah ini Guru melihat dari nilai-nilai siswa. Jadi, sebagai patokannya adalah nilai. Siswa yang mendapatkan peringkat bawah  atau dengan nilai-nilai yang tidak memuaskan, siswa tersebut  dipanggil ke ruang BK kemudian siswa diwawancarai  mengenai apa yang menyebabkan ia mendapatkan prestasi yang rendah. Selain itu Guru BK juga memberikan arahan kepada siswa yang mengalami masalah tersebut, sebab siswa yang mengalami kesulitan belajar perlu dibimbing lagi. Untuk mengetahui perkembangan peserta didik  di sekolah ini Guru BK masuk kekelas setiap seminggu 1x 45 menit, sedangkan  untuk praktek konseling Guru BK standby diruang BK dari pukul 07.00 hingga pukul 14.00 WIB.
Tindakan yang dilakukan pihak sekolah untuk menghadapi siswa yang mengalami kesulitan belajar juga dapat dengan mengetahui faktor - faktor penyebabnya, pembimbing sedikit tahu bagaimana kondisi permasalahan siswa. Langkah selanjutnya ialah melalui pendekatan supaya siswa mau menerima arahan dari pembimbing. Adapun jika siswa masih bersikap tertutup, tidak mau menceritakan permasalahan mengapa ia membuat masalah, maka pembimbing menggunakan cara lain yaitu menanyakan pada teman dekatnya. Begitu semua informasi yang diperlukan telah diperoleh, pembimbing langsung mengambil tindakan preventif dan pengobatan. Memberi nasehat dan arahan yang baik akan lebih mengena dari pada membentak dan memarahinya. Oleh karena itu, tugas BK selain memberi arahan pada siswa juga mengkondisikan lingkungan sekolahnya sebaik mungkin supaya siswa merasa betah berada di sekolah. Selain itu pembimbing juga selalu menjalin komunikasi dengan keluarga siswa ada kesepakatan dalam usaha mengatasi masalah anak.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan siswa mendapatkan prestasi yang rendah, antara lain :
-          Faktor Keluarga
Di sekolah ini rata-rata orang tua murid bermata pencaharian sebagai buruh yang jam kerjanya itu dari pagi hingga sore sekali bahkan ada yang hingga malam hari. Oleh karena itu, kurangnya perhatian dan pengawasan dari orang tua murid terhadap anaknya sendiri. Sehingga anak-anak sering pulang telat, mereka pulang sekolah tidak langsung pulang kerumahnya karena dirumah juga tidak ada orang. Jadi daripada pulang kerumah tidak ada orang, siswa tersebut lebih memilih main diluar. Banyak siswa yang pulang dari sekolah langsung nongkrong bersama teman-temannya, anak- anak tersebut biasanya nongkrong di tugu lilin daerah dekat sekolahannya ini. Siswa-siswa itulah yang biasanya mendapatkan nilai prestasi yang rendah.
-          Kurangnya Kepercayaan Diri
Kurang percaya diri merupakan faktor utama penghalang kesuksesan. Kurangnya percaya diri dapat mematikan kreatifitas siswa. Meskipun begitu banyak ide dan kecerdasan yang dimiliki siswa, tetapi jika tidak berani atau merasa tidak mampu untuk melakukannya sama saja percuma. Perasaan diri tidak mampu dan takut akan selalu gagal membuat siswa tidak percaya diri dengan segala yang dilakukannya. Ia tidak ingin malu, merasa tidak berharga, serta dicemooh sebagai akibat dari kegagalan tersebut. Perasaan rendah diri tidak selalu muncul pada setiap mata pelajaran. Terkadang ia merasa tidak mampu dengan mata pelajaran tertentu, tetapi ia mampu pada mata pelajaran yang lain. Pada mata pelajaran yang ia tidak suka, ia cenderung berusaha untuk menghindarinya, sehingga ia akan pilih-pilih jika akan masuk sekolah. Sementara itu siswa tidak menyadari bahwa dengan tidak masuk sekolah justru membuat dirinya ketinggalan materi pelajaran. Melarikan diri dari masalah malah akan menambah masalah tersebut.

-          Faktor Personal
Faktor personal misalnya terkait dengan menurunnya motivasi atau hilangnya minat akademik siswa, kondisi ketinggalan pelajaran, atau karena kenakalan remaja.

b.      Siswa yang berprestasi
Untuk siswa yang berprestasi baik dan unggul, agar bakat dan kemampuan siswa tersalurkan, siswa tersebut sering diikutkan lomba. Banyak siswa yang sering mengikuti lomba dan memenangkannya. Lomba-lomba yang pernah dimenangkan siswa MTs 2 Surakarta ini, antara lain ; matematika, futsal, PMR, dan tilawah.
Solusi menghadapi siswa bermasalah :
1.      Guru melakukan pendekatan persuasif dan edukatif kepada siswa, memposisikan siswa sebagai teman bicara dan bukan sebagai terdakwa.
2.      Guru memberikan teladan yang baik kepada siswa, jangan sampai siswa terlambat dihukum sedangkan guru yang sering terlambat dibiarkan saja.
3.      Guru selalu berkreasi, berinovasi agar suasana kelas tercipta ceria menyenangkan dan hidup.
4.      Guru hendaknya merefleksi dan mengevaluasi diri apakah siswa dapat menerima dan memahami yang telah diajarkan guru.
5.      Guru harus memberikan penilaian kepada siswa dengan adil, transparan, jujur dan tidak merekayasa.
Penanaman karakter
Untuk penanaman karakter, di sekolah ini Guru menjadi contoh sehingga apa yang dilakukan guru akan ditiru oleh peserta didik karena pada masa ini menjadi masa yang rentan bagi anak untuk melakukan hal-hal yang negative, maka peran serta guru sangatlah penting dalam membentuk karakter anak.

D.    Kolaborasi Guru Bimbingan dan Konseling dengan Guru Mata Pelajaran khususnya Sejarah
Kerja sama antara guru sejarah dengan guru Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi masalah peserta didik baik dalam masalah belajar maupun masalah pribadi peseta didik itu sendiri di MTs N 2 Surakarta. Dari wawancara yang kami lakukan pada guru sejarah yang mengajar pada MTs N 2 Surakarta, beliau mengatakan bahwa setiap siswa memiliki masalah atau kesulitannya sendiri-sendiri dari setiap mata pelajaran, untuk pelajaran IPS terpadu khususnya sejarah langkah yang di ambil dari beliau adalah dengan pendekatan secara halus, seandainya masalah yang di alami peserta didik masih bisa di tangani sendiri oleh beliau, seandainya masalahnya sudah mengacu pada kenakalan remaja maka guru mata pelajaran dan guru Bimbingan dan Konseling akan berkerja sama untuk mencoba membantu, atau menyelesaikan masalah peserta didik, atau paling tidak memberi saran atau motifasi bagi peserta didik.
Akan tetapi guru sejarah juga bisa saja hanya membiarkan peserta didik yang selalu melanggar peraturan , kalau sudah seperti itu biasanya guru Bimbingan dan Konseling yang mengambil alih peserta didik ini, dengan memberi peringatan sampai pada hukuman.

E.     Cara mengatasi peserta didik yang bermasalah dan kaitannya dengan prestasi belajar
Cara mengatasi peserta didik yang bermasalah dan kaitannya dengan prestasi belajar.
1.      Perhatian guru (teacher's attention)
Ø  Terkadang peserta didik berperilaku nyentrik atau menyimpang oleh karena ia ingin mendapat perhatian dari gurunya, jadi seorang pendidik memandang perilaku peserta didik yang aneh-aneh tersebut sebagai tindakan yang normal dan wajar.
Ø  Berikan perhatian kepada peserta didik yang mengerjakan tugas atau berperilaku baik dengan cara memberikan hadiah atau pujian yang tulus, sedangkan bila berperilaku sebaliknya abaikan atau pura-pura tidak memperhatikan peserta didik yang melakukan perbuatan tersebut.
Ø  Bila dengan cara mengabaikan peserta didik masih belum (kurang) berhasil, maka lakukan "time-out" atau “Punishment”, yaitu dengan ganjaran atau hukuman yang sifatnya edukatif dan menimbulkan efek jera seperti ; memberikan sanksi menulis, merangkum, atau sanksi-sanksi lain yang memiliki dasar untuk mendidik.
2.      Perhatian siswa (peers' attention)
Ø  Dorongan, dukungan, dan motivasi dari rekan-rekannya dapat membuat peserta didik berperilaku menyimpang, perilaku tersebut bisa muncul dikarenakan fantasi, impian, atau imajinasi yang tidak logis dari pemikiran peserta didik, perbuatan tersebut janganlah diabaikan dan dibiarkan karena akan dapat mempengaruhi pola pikir peserta didik lainnya.
Ø  Setidaknya ada dua cara dalam menghadapi peserta didik yang berperilaku aneh-aneh karena dukungan dari rekannya, yakni dengan memindahkan posisi atau tempat duduk peserta didik tersebut dari yang lainnya, sedangkan yang kedua adalah dengan menerapkan strategi "group contigencies" yaitu dengan cara menawarkan atau memberikan hadiah dan keuntungan (reward) yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh kelas berdasarkan sikap atau perilaku peserta didik yang diinginkan oleh guru. Bila ada seorang peserta didik saja melakukan kekeliruan maka dampaknya seluruh kelas tidak akan memperoleh hadiah tersebut. Misalnya, seluruh siswa akan memperoleh tambahan waktu istirahat 5 menit apabila tidak ada seorang siswa pun yang berbuat kesalahan di dalam kelas.
3.      Menghindari situasi tidak menyenangkan
Ø  Peserta didik yang merasa bosan, jenuh, lelah di dalam kelas dapat mendorongnya berperilaku menyimpang, hal tersebut sangat wajar dan guru wajib menanggapi hal tersebut dengan normal dan tidak berprasangka terhadap peserta didik.
Ø  Cara mengatasi masalah ini diantaranya memperbaiki strategi pembelajaran di kelas, misalnya dengan menggunakan metode belajar bersama (cooperative learning) yang membuat peserta didik terlibat secara aktif, langsung, dan dinamis dalam belajar. Misalnya, diskusi kelompok, pemecahan masalah, dan masih banyak yang lainnya.
Ø  Gunakan pula penghargaan dan atau hadiah-hadiah ringan misalnya dengan memberikan pujian dan sanjungan bagi peserta didik yang melakukan atau menanggapi tugas dengan baik. Akan tetapi cara ini kurang efektif bila diterapkan bagi peserta didik yang tingkat pencapaian tugasnya rendah (low-achieving student), pada kasus ini guru perlu memberikan bimbingan belajar yang khusus.
4.      Tidak Tergesa- gesa Marah
Ø  Perilaku siswa bermacam-macam dan tidak jarang bisa sangat menjengkelkan sehingga beberapa guru mengatakan” kami harus bagaimana lagi berbagai cara sudah kami lakukan ya sudah akhirnya kami pukul ...guru kan juga manusia..!”.Padahal dibalik ulah siswa yang bermasalah itu ada berbagai latar belakang... Bisa jadi latar belakangnya adalah permasalahan pribadi yang dihadapi siswa itu sendiri,bisa jadi munculnya masalah karena mereka merespon anda sebagai guru yang dianggap mendatangkan masalah baginya dsb. Intinya jangan tergesa gesa marah.
Ø  Guru bersangkutan harus menyadari menghadapi beragam perilaku siswa termasuk siswa bermasalah adalah tantang bagi kompetensi kepribadian guru,justru lantaran itulah keberadaan guru dibutuhkan bukankah pembelajaran adalah menumbuhkan  perubahan perilaku kearah kebaikan dan kemajuan.
Ø  Dengan sikap tidak tergesa gesa marah itulah anda sebagai guru dapat melihat sisi lain dari perilaku siswa yang bermasalah itu. Dal hal ini guru harus mampu put your self in the other shoes artinya menepatkan diri  dari sisi siswa dengan latar belakang  permasalahan yang dihadapinya. Kalau seandainya anda jadi dia.
Ø  Guru harus  tahu apakah permasalahan siswanya adalah masalah psikologis atau neurotik yang memang membutuhkan bantuan tenaga ahli . Maka dari itu guru tidak boleh tergesa gesa marah agar dapat mengenali gangguan perilaku akibat masalah yang dihadapi siswa.
5.      Hasrat dan Minat Membantu Kesulitan Siswa.
Ø  Dalam mengatasi permasalahan siswa guru bersangkutan harus memiliki hasrat yang kuat  untuk membantu memecahkan persoalan  yang dihadapi siswa sekaligus ,memiliki minat untuk  mempelajari jalan keluarnya. Disinilah peran rasa empati guru dibutuhkan dikarenakan rasa empati guru dapat meningkatkan perasaan  peka terhadap realitas yang dihadapi siswanya  (to be sensitive the reality )  sekaligus berpikir jalan keluarnya,sense to goal.
Ø  Rasa empati ini amat penting bagi guru agar dapat menyusun rencana pembelajaran berbasis kebutuhan belajar siswa. Dengan adanya rasa empati guru bersangkutan dapat mengenali ,memberikan jalan keluar atas permasalahan yang dihadapi siswa sekaligus dapat mengelola konflik perasaan yang dihadapi guru bersangkutan. Guru yang memiliki rasa empati atas permasalahan yang dihadapi siswa biasanya lebih  dihargai siswanya karena dianggap yang paling mengerti persoalan diri peserta didik.
6.      Miliki Strategi Pembelajaran Berbasis Permasalahan Siswa.
Ø  Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran atau merencanakan strategi pengelolaan kelas bukan sekedar rutinitas administrasi saja melainkan juga kemampuan guru berpikir imajinasi tentang situasi kelas yang bakal dihadapinya. Kemampuan guru dalam memvisualisasikan platform pembelajarannya semestinya sudah mencakup situasi real yang dihadapi siswa di dalam kelas. Harus mampu menjawab tantangan kesulitan yang bakal dihadapinya termasuk solusi efektivitas pembelajaran.
Ø  Memang menyusun rencana /strategi pembelajaran tidak serta merta  dapat langsung menyelesaikan masalah namun setidaknya guru bersangkutan memiliki rencana tindakan strategis atas situasi “perang ‘ yang bakal dihadapinya. Dalam hal mengatasi permasalahan siswa atas siswa bermasalah harus dilakukan secara bertahap.Tidak boleh tergesa gesa ,termasuk memang harus berkonsultasi dengan berbagai pihak seperti dengan guru/wali  kelas  sebelumnya, kepala sekolah, orang tua siswa,  pengawas sekolah dan para ahli ( psikolog /psikiater).
Tugas guru di masa depan memang tidak mudah, namun jika guru memiliki hasrat belajar yang kuat semua persoalan bisa diatasi. Termasuk belajar menghadapi tantangan  permasalahan siswa dan siswa bermasalah.


BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
 Dari observasi yang dilakukan di MTs Negeri 2 Surakarta kita dapat mengambil kesimpulan bahwa peran serta guru dalam melakukan pendidikan tidak hanya terfokus pada satu tujuan yaitu mendidik di kelas, tetapi peranan guru lainnya adalah membantu siswa dalam mengatasi masalah pribadi yang akan mempengaruhi prestasi peserta didik. Guru Bimbingan dan Konseling yang notabene mengerti tentang kepribadian seorang anak harus melakukan tindakan-tindakan seperti mengerti kondisi anak dalam menerima mata pelajaran yang dirasa suit, maka guru Bimbingan dan Konseling dapat berkolaborasi dengan guru mata pelajaran , khusus dalam hal ini adalah guru IPS yaitu Sejarah. Banyak siswa yang masih kesulitan dalam memahami sejarah karena mindset siswa masih terpacu paa hafalan, sehingga peran kedua guru sangatlah penting yaitu dengan member solusi agar siswa tidak lagi mengalami kesulitan dalam menghadapi mata pelajaran.

B.     Saran
Sebagai calon pendidik yang professional kita harus mengerti tentang konsep Bimbingan dan Konseling agar kita bisa mengatasi permasalahan yang sedang dialami oleh peserta didik. Kita tidak hanya terpacu untuk mengajar dan mendidik di kelas, tetapi kita juga harus mengerti keadaan peserta didik dalam menerima pelajaran sehingga prestasi dan hubungan dengan guru dapat berjalan dengan baik. Guru mata pelajaran harus berkolaborasi dengan guru Bimbingan dan Konseling agar terjadi suatu sinergi bisa mewujudkan peserta didik yang dapat menunjang prestasi belajarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :
Rubiyanto, Rubino, dkk. 2008. Bimbingan Konseling. Surakarta : BP-FKIP UMS
Sukadji, Soetarlinah. 2000. Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah .Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Wawancara :
-          Guru Bimbingan Konseling
-          Guru IPS
-          Peserta Didik


Tidak ada komentar:

Posting Komentar