PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sebab
umum perang Iran – Irak :
1. Kedua
negara tidak mau mengakui keunggulan masing – masing
2. Masalah
minoritas etnis, pada zaman Syah Iran mendukung perjuangan otonomi suku Kurdi
di Irak sedangkan Iran mendukung minoritas Arab di Iran yang memperjuangkan
kebebasan yang lebih besar atau bahkan pemisahan.
3. Perbedaaan
orientasi politik luar negeri, sampai beberapa waktu lalu Irak adalah Pro-Uni
Soviet, sedangkan Iran adalah Pro-Barat.
4. Irak
beruasaha untuk merebut kembali beberapa daerah Arab yang telah di klaim oleh
Iran (Shatt al – Arab dan tiga pulau kecil di selat Hormus menurut perjanjian
Algiers tahun 1975).
Sebab
Khusus Perang Iran – Irak
1. Adanya
serangan granat pada tanggal 1 April 1980 terhadap wakil PM Irak Tariq Aziz
yang diduga didalangi oleh Iran.
2. Adanya
pengusisran ribuan keturunan Iran oleh Sadam, serta melancarkan serangan yang
sengit terhadap pribadi Khomeini dan membatalkan perjanjian Algiers. Sedangkan
Menlu Iran Shodeh Godzadeh berjanji untuk menumbangkan rezim Baath yang
berkuasa di Irak serta memutuskan hubungan diplomatik.
3. Kedua
negara saling menempatkan pasukan masing – masing di daerah perbatasan dalam
jumlah yang cukup besar (Subaryana, 1997 : 28 – 29).[1]
Ketegangan hubungan Irak-Iran mulai
meningkat ketika pada tahun 1975 melanggar perjanjian perbatasan dengan Iran.
Pejabat Irak mengatakan bahwa Iran menyerang instalasi ekonomi Irak di Sungai
Shatt al-Arab. Sumber lain mengatakan Iran menembak cadangan minyak Irak di
wilayah Basra, selatan Irak dan membakarnya. Bagian selatan Sungai Shatt
al-Arab ini merupakan bagian dari perbatasan kedua negara, menuju Teluk dan
menjadi jalur pasokan utama minyak menuju Barat. Perbatasan ini menjadi awal
pemicu peperangan. Disamping itu ada kekhawatiran pemimpin Irak nomor satu,
Saddam Husein atas perlawanan Syiah yang dibawa Imam Khoemeni dalam revolusi Iran.[2]
Dalam
serangannya, Irak menginginkan kemenangan cepat atas Iran dengan memanfaatkan
situasi internal Iran yang masih belum stabil pasca revolusi Islam. Irak juga
berharap bahwa masyarakat di Iran akan menyalahkan pemerintahan baru Iran dan
kemudian sebagian dari mereka terutama dari golongan Arab Sunni akan
mengarah kepada Irak.
Serangan
dari pasukan udara Irak berhasil menghancurkan gudang amunisi serta jalur
transportasi darat, namun sebagian besar pesawat Iran tetap utuh karena
terlindung dalam hanggar yang terproteksi khusus. Kegagalan Irak menghancurkan
pesawat-pesawat tempur Iran dalam serangan kejutan tersebut memberi peluang
bagi Iran untuk melancarkan serangan udara balasan ke Irak.
Perang Terbuka meletus pada tanggal 22
September 1980. Sebelumnya selama tiga minggu telah terjadi pertempuran
diperbatasan kedua negara. Irak mengebom pesawat-pesawat Iran dan pangkalan
logistik Iran termasuk Bandara Internasional Teheran. Taktik yang digunakan
seperti pertahanan Parit, pos-pos pertahanan senapan mesin, serangan dengan Bayonet,
penggunaan kawat berduri, gelombang serangan manusia serta penggunaan senjata
kimia (gas mustard) secara
besar-besaran oleh tentara Irak untuk membunuh pasukan Iran dan juga penduduk
sipilnya seperi yang dialami suku Kurdi diutara Irak. Dalam perang tersebut
dipercaya lebih dari satu juta tentara serta warga sipil Irak dan Iran tewas
selama pertempuran berlangsung. Walaupun Irak tidak mengeluarkan pernyataan
perang, tentaranya gagal dalam misi mereka di Iran dan akhirnya serangan Irak
dapat dipukul mundur Iran. Selanjutnya
PBB meminta adanya genjatan senjata, namun pertempuran tetap berlanjut sampai
tanggal 20 Agustus 1988.[3]
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Hal
yang belum ada dalam sumber Referensi
Sumber militer barat mengatakan
angkatan bersenjata Iran sedang siap-siap melancarkan ofensif besar-besaran
disepanjang perbatasan Irak-Iran. Serangan ini direncanakan akan dilakukan
sebelum musim panas berakhir. Pertempuran ini diperkirakan akan sama dahsyatnya
dengan periode awal peperangan kedua negara sekitar 3 tahun lalu, Iran dalam
hal ini berusaha sekuat mungkin menimbulkan kerugian material serta jiwa orang
Irak. Hitungan kasar menunjukkan selama berlangsung perang antar kedua negara
tak kurang dari 173.000 jiwa manusia lenyap dan 250.000 orang cedera. Dan
anehnya walaupun perang ini sudah berjalan cukup lama dan menelan korban jiwa
yang begitu besar. Pertempuran masih tetap tidak bergeser dari garis batas
internasional antarkedua negara. Seperti apa yang terjadi dalam Perang Dunia 1,
Iran-Irak saling baku hantam digaris perbatasan negaranya. Mereka menggali
parit-parit perlindungan serta membuat pos pengintai dibatas kedaulatan
negaranya tersebut. Iran dengan jumlah penduduk 40 juta jiwa serta sumber
penghasilan minyak bumi yang masih saja mengalir. Kemungkinan mempunyai
jangkauan lebih luas dalam Perang tersebut jika dibandingkan dengan Irak yang
berpenduduk 14 juta jiwa serta ladang minyak buminya yang mulai kandas digasak
Iran. Muhi adalah komandan brigade disalah satu sektor medan perang.
Pertanyaannya sebenarnya merupakan pandangan umum dikalangan rakyat Irak
mengenai kemungkinan berhentinya perang hanya setelah Khomeini tutup usia. Dari
seberang perbatasan kolonel Muhi menunjukan kota Qair E-Shirin yang berantakan
digasak artileri Irak. Sekarang dikota itu terkurung sekitar 2 brigade yang
terdiri dari 13 sampai 16.000 personil militer Iran. Muhi juga mengatakan jika
ofensif Iran benar-benar akan dilancarkan dalam waktu dekat ini, kemungkinan
mereka tidak akan menggunakan cara keroyokan seperti yang dilakukan pada masa
lalu dengan dukungan pengawal revolusi. “Iran banyak belajar dari pangalaman
perang selama ini. Dan mereka tidak akan memakai pengawal revolusi lain, sebab
tentara professional tampaknya justru lebih unggul”. Dan sebaliknya, Irak juga
makin mengerahkan pasukannya. Moral mereka tambah tinggi. Persenjataan secara
logistic berjalan lancar. Pengalaman perang membuat mereka menjadi lebih
matang. [4]
B.
Penyebab
Perang Teluk 1 berlangsung lama sampai 8 Tahun
Kejadian ini bermula pada
berlarut-larutnya permusuhan yang terjadi antara kerajaan Mesopotamia yang terletak
di lembah sungai Tigris-Eufrat, yang kini sudah menjadi sebuah
negara Irak modern dengan kerajaan Persia atau
negara Iran modern. Tahun 1980 Saddam menyerang Iran dgn harapan
menguasai wilayah dan minyak Iran. Selain itu ada sentimen Arab melawan Persia
dan Sunni melawan Syi’ah.
Prediksi Irak dalam Perang Teluk 1
sangat meleset. Perang yang semula diperkirakan akan berlangsung singkat, namun
kenyataan yang ada sangatlah berbeda yaitu berlarut sampai 8 tahun. Diluar
dugaan Iran mampu memberikan perlawanan gigih dan secara bertubi-tubi
melancarkan serangan-serangan udara dan laut, bukan saja terhadap
sasaran-sasaran militer melainkan juga sasaran-sasaran ekonomi. Awal tahun
1981,Iran yang tertekan sempat berusaha melakukan serangan balasan kepada Irak,
namun gagal karena presiden Iran, Bani Sadr, nekat memimpin langsung
pasukan reguler Iran sekalipun dia hanya memiliki pengetahuan militer yang
minim. Ia mengirimkan 3 resimen pasukan reguler tanpa didukung oleh Pasadar dan
tidak memperhitungkan waktu serangan di waktu hujan yang bakal menyulitkan
suplai logistik. Akibatnya, pasukan Iran dikepung pasukan Irak dan banyak dari
kendaraan lapis baja Iran yang hancur atau perlu ditinggalkan karena terjebak
dalam lumpur. Pesawat-pesawat F-4 milik Iran melakukan serangan ke wilayah Irak
dan secara efektif berhasil melumpuhkan sejumlah titik penting di Irak. Keberhasilan
tersebut membuat pasukan udara Iran terlihat lebih superior dibanding pasukan
udara Irak. Namun, kurangnya amunisi dan suku cadang yang hanya bisa didapatkan
dari AS mantan sekutu Iran yang berbalik memusuhi mereka pasca revolusi
Islam membuat Iran lebih banyak memakai helikopter yang dipasangi
persenjataan darat sebagai pendukung dari udara.
Sebagai akibatnya Irak tidak
berhasil menguasai kota-kota sasaran ofensifnya dengan cepat dan
kemajuan-kemajuannya harus dibayar mahal. Banyak instalasi minyak, khususnya
kilang-kilang minyaknya mengalami kerusakan berat. Dalam keadaan tesebut Irak
juga terpaksa menyerang sasaran-sasaran ekonomi Iran termasuk instalasi minyak
di provinsi Khuzestan yang semula dihindarinya. Dengan demikian perekonomian
kedua negara mendapat pukulan berat. Untuk sementara waktu ekspor minyak
melalui Teluk dan Selat Hoormuz terpaksa dihentikan dan penadapatan minyak
berkurang.[5]
C.
Intervensi
atau Campur Tangan Asing (Persenjataan, Motif Ekonomi, Motif Politik)
Tidak
dapat dipungkiri bahwa Timur Tengah memiliki magnet yang selalu menyedot
perhatian dunia. Akibatnya, kawasan ini selalu menjadi ajang pertarungan
berbagai kekuatan dunia dari waktu ke waktu untuk menguasai dan mengontrolnya.
Terdapat beberapa faktor yang membuat Timur Tengah selalu membuat kekuatan
dunia ingin campur tangan di dalamnya.
Dimulailah
era baru pemerintahan Iran yang pro-Amerika Serikat dipimpin oleh Reza Pahlevi
atau biasa disebut Syah. Seperti biasa, hak pengeboran minyak bumi menjadi
milik Amerika Serikat dan Inggris. Sebagai imbalannya, pemerintahan Syah Reza
Pahlevi pun mendapat sokongan tanpa henti dari negara adidaya tersebut. Era
demokrasi Amerika Serikat ini bukan tanpa konsekuensi. Iran yang secara
langsung berbatasan dengan Uni Sovet kala itu, mau tidak mau ikut terlibat
dalam panasnya perang dingin. Benar-benar sungguh di luar dugaan. Bahkan
mungkin di luar dugaan para ahli politik dan intelijen Amerika Serikat saat
itu. Pemerintahan Kerajaan Iran yang Pro- Amerika Serikat tiba-tiba digulingkan
oleh pemerintahan Revolusioner Islam Iran. Iran yang semula sekutu kini menjadi
musuh utama Amerika Serikat. Dan celakanya, peralatan militer Iran buatan Amerika
Serikat yang selama ini diinvestasikan untuk melawan Uni Soviet, kini berada di
tangan musuh Amerika Serikat, tidak terkecuali F-14 milik Iran. Revolusi Iran
secara nyata banyak menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat
internasional, dan hal itu benar-benar dimanfaatkan betul oleh Saddam Hussein
untuk menginvasi bagian barat Iran. Ibarat memancing di air keruh, militer Irak
secara mengejutkan menginvasi bagian barat Iran tanpa memberi kesempatan bagi
angkatan bersenjata Iran kala itu untuk bersiap. Hal ini justru menimbulkan
sentimen anti Irak pada rakyat Iran. Semula sebagaian diantara mereka meragukan
pemerintahan Revolusi Islam yang baru, namun keraguan itu terkalahkan oleh
kebencian mereka terhadap Irak yang memanfaatkan kesempatan pengalihan
kekuasaan di Iran untuk menginvasi negara mereka. Dan rakyat Iran pun bersatu
untuk mengusir penjajah dari tanah mereka.[6]
Posisi
strategis Timur Tengah yang merupakan pintu gerbang ke berbagai tempat dunia,
yaitu Eropa, Asia dan Afrika. Dengan demikian, maka dengan mengontrol kawasan
ini maka secara otomatis mengontrol sebagian besar mobilitas dunia. Faktor
historis Timur Tengah yang penuh dengan kejayaan dan kebanggaan. Lihatlah
Palestina yang menjadi tempat suci tiga agama besar dunia; Islam, Kristen dan
Yahudi. Selanjutnya, kawasan ini juga menjadi tempat lahir dan berkembangnya
agama-agama besar dunia; Islam di Saudi Arabia dan Kristen dan Yahudi di
Palestina. Peradaban-peradaban besar dunia juga pernah ada dan masih masih
menyisakan peninggalannya di kawasan ini, seperti pyramid di Mesir dan
peninggalan-peninggalan masa lampau yang berserakan di Irak dan Kota Batu Kuno
di Perta Yordania.
Karena
faktor minyak yang merupakan bagian terbesar dunia yang berada di kawasan ini.
Tercatat bahwa Arab Saudi dan Irak sebagai produsen minyak bumi terbesar di
dunia, belum lagi jika ditambahkan dengan Iran, Uni Emirat Arab, Oman, Bahrain,
Kuwait dan Yaman.
Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa tujuan campur tangan asing di Timur Tengah
adalah untuk menguasai beragam keunggulan dan kelebihan yang dimiliki kawasan
ini sebagai ‘ibu kota’ dan pusatnya dunia.[7]
Sebagaimana diketahui bahwa Iran
yang mewarisi kejayaan masa lalu Persia dalam kurun waktu yang lama berada
dibawah penguasaan Shah Reza yang didukung oleh Barat, utamanya Amerika
Serikat, sekaligus sekutu utamanya di Timur Tengah. Akan tetapi setelah terjadinya
Revolusi Islam tahun 1979 pimpinan ulama karismatik Syiah Ayatullah Komeini
yang mengubah bentuk Iran menjadi Republik Islam sekaligus mengusir Shah Reza
menuju pengasingan, maka Iran berubah menjadi musuh bagi Barat. Hal ini karena
kebijakan-kebijakan pemerintah Iran yang diterapkan Ayatullah Komeini sangat
anti Barat. Akibatnya, beragam upaya dilakukan Barat untuk menghambat
perkembangan Iran dibawah kekuasaan Ayatullah Komeini seperti pengucilan dari
percaturan dunia, meskipun tidak pernah berhasil. Keberhasilan Iran memukul
balik Irak dan berbalik menjadi negara penyerbu membawa kekhawatiran tersendiri
bagi Amerika Serikat yang memutuskan untuk membantu Irak sejak tahun 1982.
Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan menyatakan bahwa Amerika Serikat
akan berusaha dengan cara apapun untuk mencegah Irak kalah. Bantuan Amerika Serikat
beserta negara-negara sekutunya ke Irak yang diketahui mencakup bantuan
teknologi, alutsista, dan intelijen. Dukungan untuk Irak juga datang dari Uni
Soviet dan Liga Arab.
Keberpihakan terang-terangan Amerika
Serikat ke Irak, maka cukup mengejutkan ketika Amerika Serikat diketahui juga
membantu Iran dengan jalan menjual persenjataan ke Iran secara diam-diam. Hal
tersebut dilakukan untuk mencegah dominasi dari pihak pemenang di kawasan
tersebut.
Pada
Tahun 1987-1988 Perang Tanker berdampak pada negara netral seperti Kuwait akan
meminta bantuan kepada Negara Barat tahun 1986. Uni Soviet adalah negara
pertama yang merespon dengan mengirimkan kapal-kapal perangnya untuk mengawal kapal
Tanker Kuwait. Kebijakan Uni Soviet lalu diikuti oleh Amerika Serikat pada
tahun 1987 yang sebenarnya sudah didekati Kuwait lebih dulu.
Faktor pendorong utama ikut
campurnya Amerika Serikat dalam Perang Irak-Iran disebabkan karena kapal
perangnya ditenggelamkan oleh pesawat tempur Irak sehingga 13 awak kapalnya
meninggal. Irak meminta maaf kepada Amerika Serikat sambil mengatakan bahwa itu
adalah kecelakaan dan permintaan maaf Irak diterima oleh Amerika Serikat.
Ironisnya, sesudah insiden itu Amerika Serikat justru menyalahkan Iran dengan
alasan Iranlah yang menyebabkan peperangan semakin berkobar. Tuduhan Amerika
Serikat lalu diikuti tindakan Amerika Serikat mengirim armada lautnya untuk
mengawal kapal-kapal tanker milik Kuwait yang mengibarkan bendera Amerika
Serikat.
Tujuan utama Amerika Serikat dalam
penerjunan armada lautnya di sekitar Teluk adalah untuk mengisolasi Iran dan
menjaga agar kapal-kapal bebas berlayar di sana. Amerika Serikat baru
melancarkan serangan langsung ke Iran dengan menghancurkan kilang minyak Iran
di ladang minyak Rostam setelah pasukan Iran menenggelamkan kapal tanker Kuwait
berbendera Amerika Serikat, Sea Isle City. Setahun kemudian, tepatnya bulan
April 1988, Amerika Serikat kembali menyerang kilang minyak & kapal-kapal
perang Iran setelah kapal perangnya, USS Samuel B. Roberts, tenggelam akibat
ranjau laut Iran.[8]
Berdasarkan dampak yang dirasakan
dalam Krisis Teluk 1, maka Amerika Serikat dan Uni Soviet tidak hanya mengikuti
jalannya peperangan dengan seksama, tetapi juga mengambil langkah-langkah untuk
mengamankan kepentingan-kepentingan mereka dan mungkin juga memperbaiki
kedudukan masing-masing. Bagi Washington, Krisis Teluk 1 merupakan suatu
peluang untuk memulihkan kedudukannya di kawasan. Demikian juga bagi saingannya
Uni Soviet bisa terbuka kesempatan untuk membantu unsur-unsur kiri di Irak
maupun di Iran apabila terjadi perebutan kekuasaan akibat kekalahan dalam
peperangan tersebut. Keberhasilan golongan kiri
untuk merebut kekuasaan disalah satu negara akan memperbaiki kedudukan
Uni Soviet di kawasan, terutama jika Uni Soviet berhasil menempatkan
orang-orangnya pada puncak kekuasaan seperti terjadi di Afganistan.
Amerika Serikat dan Uni Soviet
telah sepakat untuk tidak campur tangan dalam peperangan ini. Pertama, karena
menyadari behwa intervensi yang satu akan memancing intervensi yang lain dan
dengan demikian terjadi konfrontasi bersenjata antara mereka. Kedua,
keterlibatan Amerika Serikat dan Uni Soviet dalam Krisis Teluk 1 hanya akan
mempersulit penyelesaian sengketa Irak dan Iran. Ketiga, jika Amerika Serikat
dan Uni Soviet melakukan intervensi dalam Krisis Teluk 1, maka akan dikutuk
oleh negara-negara lain yang berusaha membatasi konflik tersebut dan
menyelesaikannya secara damai. Selanjutnya kedua SuperPower berkepentingan
bahwa peperangan ini tetap terbatas pada kedua negara dan tidak ada pihak yang
keluar sebagai pemenang.
Amerika Serikat juga berkepentingan
bahwa peperangan ini tidak melibatkan negara-negara lain dikawasan karena
menyadari bahwa hal itu akan mengganggu keamanan arus minyak dari Teluk ke
negara-negara Barat dan Jepang. Iran telah mengancam akan menyerang
negara-negara lain dikawasan yang membantu Irak dan mempunyai kemampuan untuk
menhancurkan instalasi –instalasi minyak mereka. Selain itu, Iran mampu menutup
selat Hoormuz sehingga menghentikan arus minyak. Oleh karena itu Amerika
Serikat berusaha sekuat tenaga untuk mencegah negara-negara lain membantu Irak
dan menandaskan bahwa pengiriman empat pesawat peringatan dini ke Arab Saudi
semata-mata untuk memperkuat pertahanan negara dan bahwa Washington tetap
bermaksud netral dalam Krisis Teluk 1.
Godaan bagi Uni Soviet untuk turun
tangan dalam Krisis Teluk 1 bisa menjadi lebih besar. Dengan menguasai kawasan
Teluk Parsi, Uni Soviet bisa menundukkan negara-negara Eropa Barat dan Jepang.
Sejak pergolakan di Iran, Amerika Serikat meningkatkan kemampuan militernya
diperairan sekitarnya dan menyusul invasi Uni Soviet ke Afganistan.
BAB
III
KESIMPULAN
Dari
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa banyak yang melatarbelakangi
terjadinya perang antara Irak dan Iran. Pertama Kejadian ini bermula pada
berlarut-larutnya permusuhan yang terjadi antara kerajaan Mesopotamia yang terletak
di lembah sungai Tigris - Eufrat, yang kini sudah menjadi sebuah
negara Irak modern dengan kerajaan Persia atau Iran modern.
Pada Periode Tahun 1980-1982 Irak mulai menyerang Iran dengan tujuan Menguasai
wilayah-wilayah strategis serta kaya minyak di Iran, Mencegah tersebarnya revolusi
Islam yang dibawa oleh Ayatullah Khoemeni di wilayah tersebut. Peperangan
dimulai dari negara Irak yang memulai melancarkan serangan ke Iran, tetapi Iran
tidak selemah yang Irak kira, ternyata Iran bisa membalik keadaan dan akhirnya
Irak dipukul mundur, hal itulah yang membuat Perang Irak-Iran menjadi sangat panjang
dan berdampak pada stabilitas ekonomi dan politik masing-masing negara.
Amerika Serikat dan Uni Soviet telah
sepakat untuk tidak campur tangan dalam peperangan ini. Pertama, karena
menyadari behwa intervensi yang satu akan memancing intervensi yang lain dan
dengan demikian terjadi konfrontasi bersenjata antara mereka. Kedua, keterlibatan
Amerika Serikat dan Uni Soviet dalam Krisis Teluk 1 hanya akan mempersulit
penyelesaian sengketa Irak dan Iran. Ketiga, jika Amerika Serikat dan Uni
Soviet melakukan intervensi dalam Krisis Teluk 1, maka akan dikutuk oleh
negara-negara lain yang berusaha membatasi konflik tersebut dan
menyelesaikannya secara damai. Selanjutnya kedua SuperPower berkepentingan
bahwa peperangan ini tetap terbatas pada kedua negara dan tidak ada pihak yang
keluar sebagai pemenang.
Pada tahun 1988, arah pertempuran mulai
kembali ke arah Irak di mana Irak berhasil meraih beberapa kemenangan penting
atas Iran. Perang akhirnya berakhir setelah Iran menerima Resolusi Dewan
Keamanan PBB 598 dan secara resmi mengakhiri perang yang sudah terjadi selama 8
tahun pada tanggal 20 Agustus 1988.
DAFTAR
PUSTAKA
Sumber Buku :
Isawati.
2012. Sejarah Timur Tengah (Sejarah Asia
Barat Daya) Jilid 1, Dari Peradaban Kuno Sampai Krisis Teluk 1. Yogyakarta
: Penerbit Ombak
Kirdi
Dipoyudo. 1977. Timur Tengah Dalam
Pergolakan. Jakarta : Centre For Strategic And International Studies
______________.
1981. Timur Tengah Pusaran Strategis
Dunia. Jakarta : Centre For Strategic And International Studies
M.
Riza Shihbudi.1991. Islam, Dunia Arab,
Iran : Bara Timur Tengah. Jakarta : Mizan
Sumber Internet :
http://danzberdikari.blogspot.com/2012/12/tragedi-perang-berdarah-irak-iran-1980.html
(diakses tanggal 30 Desember 2013)
http://roedijambi.wordpress.com/tag/perang-irak-iran/
(diakses tanggal 31 Desember 2013)
http://bungfey.wordpress.com/2013/02/03/perang-iran-irak/(diakses
tanggal 31 Desember 2013)
http://returnfalse.wordpress.com/2009/12/05/f-14-tomcat-sang-pembunuh-mig-sang-penyelamat-bangsa/
(diakses tanggal 1 Januari 2014)
[1]
http://bungfey.wordpress.com/2013/02/03/perang-iran-irak/
[2]
Akhmad Iqbal. Perang-Perang paling
berpengaruh di Dunia (Yogyakarta : PT.Niaga Swadaya, 2010) hlm.170.
[3]
M.Riza Sihbudi, Islam, Dunia Arab, Iran.
Bara Timur Tengah (Bandung : Penerbit Mizan, 1991), hlm.135-142.
[4]
Sumber Koran tahun 1980-1988 yang diperoleh di Monumen Pers Surakarta pada hari
Jumat, 27 Desember 2013.
[5]
Isawati.Sejarah Timur Tengah (Sejarah Asia Barat Jilid 1) dari Perdaban Kuno
Sampai Krisis Teluk 1 (Yogyakarta : Penerbit Ombak) hlm. 122
[6]http://returnfalse.wordpress.com/2009/12/05/f-14-tomcat-sang-pembunuh-mig-sang-penyelamat-bangsa/
[7]
http://roedijambi.wordpress.com/tag/perang-irak-iran/
[8] http://danzberdikari.blogspot.com/2012/12/tragedi-perang-berdarah-irak-iran-1980.html